Keduanya saling bertatapan, bingung kini bagaimana menyampaikan niat untuk berumah tangga. Sikap tegas Kandi Sulaimin tadi sudah jelas, ayah kandung Abu Magun tidak merestui hubungan keduanya.dokter Cecilia kini tersenyum, sikap dewasanya muncul, dia paham berat bagi Abu Magun melawan kehendak orang tuanya.“Aldi…kita sebaiknya…!” ucapan dokter Cecilia di potong Abu Magun.“Cilla…jangan begitu, kita harus cari cara bagaimana agar orang tuaku kelak merestui. Aku paham, papa masih marah gara-gara aku menikahi Loli tanpa izin beliau…!”Cecilia tersenyum, dia kini yakin kekasihnya ini benar-benar mencintainya. Awalnya dia memang meragukan cinta Abu Magun ini, tapi hari ini keyakinannya muncul kembali, tak ada keragua di hatinya, pemuda tampan ini memang mencintainya.“Baiklah…aku percaya denganmu Aldi, semoga ada jalan bagi hubungan kita. Aku juga mengerti…tentu ortu kamu ingin calon mantu…yah setidaknya bukan janda dan punya, anak, dan umur yang sudah tu..!”“Husss jangan bahas soal umu
Kendra tertegun, di depannya dua jasad iparnya terbujur kaku, ayah mertuanya harus di amputasi kirinya lengannya. Perbuatan biadap pelaku bom bunuh diri memakan korban jiwa tak sedikit para jamaah.Dari informasi yang Kendra dapatkan, ada 100 orang yang jadi korban dan ratusan lagi luka-luka berat dan ringan, imbas ledakan dahsyat itu. Pemerintah Irak pun sampai sebut ini Tragedi Nasional, saking ngeri nya efek dari bom bunuh diri ini.Usai penguburan jasad Husin dan Usman, keluarga mertua Kendra pun kini masih dalam suasana duka, Qawiya dan Shafea serta yang lain, yang sebelumnya tak henti-hentinya menangis, kini mulai tenang dan bisa menerima musibah berat ini.Kendra pun sampai termangu di depan rumah mewah mertuanya, tak mengira keluarga istrinya mengalami musibah hebat ini.“Hmmm siapa kelompok yang tega berbuat jahat ini, kenapa orang-orang tak berdosa jadi korban. Di tempat ibadah pula..!” batin Kendra dengan hati yang sangat marah.Benar-benar murka batinnya, kok ada orang yan
Kafe ini lumayan rame, Kendra sengaja duduk agak dipojokan, dia tak mau menyolok. Bahkan dia sengaja memasang topi di kepalanya, agar tak di kenali.Kendra kini juga tak lagi berpenampilan klimis, dia membiarkan cambang bauknya mulai tumbuh lebat. Semenjak bom bunuh diri lalu, dia tak pernah lagi bercukur dan membiarkan cambang dan kumisnya tumbuh subur.Saat itu dia melihat ada dua orang pemuda sedang bertengkar. Mulanya hanya beredebat mulut, namun suasana langsung berubah geger, bahkan banyak pengunjung yang keluar buru-buru dari kafe ini, saat keduanya keluarkan senjata pistol masing-masing, dan kini saling todong dari jarak hanya 2 meteran.Hanya Kendra yang terlihat tetap tak berubah posisi duduknya, sedangkan pengunjung kafe ini sudah berhamburan keluar. Tak ingin terbawa-bawa, atau malah akan jadi korban dari senjata kedua orang ini.Tapi salah kalau mengira pria ini tak waspada, dia sudah melepaskan kancing jas kulitnya, pistolnya yang terletak di dada bisa secepat kilat dia
Di kawal ketat, Kendra di ajak masuk ke dalam markas kelompok militan ini. Mobilnya juga di bawa salah anggota militan lainnya, dan di bawa masuk halaman markas yang luas ini. Mobil Kendra ini lalu jaga 3 anggota militan lainnya.Badannya di geledah, dua pistolnya langsung diamankan, juga ponselnya. Kendra tak melawan dan membiarkan dia di lucuti.Kini Kendra berada di sebuah ruangan, ke 10 orang tadi terus menatapnya dengan curiga dengan senjata terkokang. Kendra tetap bersikap tenang, agar dia tak main di curigai.Tak sampai 10 menitan, orang yang di panggil Tuan Abu Jarrah keluar, pakaian pria ini mirip dengan baju Kendra, ala-ala tentara. Warnanya pun loreng abu-abu, di pinggangnya ada sebuah pistol.Jenggotnya panjang menjuntai, tapi di lehernya ada syal bertuliskan Free Palestina. Agaknya pria ini tak mau ketinggalan berita, turut mendukung Palestina.Orang yang bernama Abu Jarrah ini terlihat belum terlalu tua, Kendra taksir paling 40 tahunan, bisa jadi juga lebih muda, walaupu
“Merebut sebuah kampung yang di kuasai Al Ballak? Nama kampungnya Al Iqra!” Kendra menatap pemimpin militan Al Jarrah, yang kini memberi perintah padanya dan 100 orang pasukannya. Ini perintah pertama di minggu 3 setelah Kendra bergabung.Perintah untuk berperang melawan musuh bebuyutan mereka, kelompok militan Al Ballak. Sekaligus merebut sebuah desa, yang di kuasai musuh bebuyutan Al Jarrah ini. “Iya tuan Kendra, dulu kampung itu kita yang menguasai di bantu oleh pasukan pemerintah. Tapi sejak pasukan Al Ballak dan pasukan yang di bantu negeri barat dengan persenjataan lengkap datang menyerbu, kita pun terpaksa harus mengalah, hampir 45 anggota kita tewas dalam adu tembak melawan pasukan jahanam itu!”“Apa sih istimewanya desa itu Tuan Abu Jarrah?” pancing Kendra sambil menyeruput minuman khas padang pasir, yang anehnya mengandung alkohol, walaupun kadarnya ringan. Kendra sebenarnya agak-agak kaget, kenapa ada minuman beralkohol di markas ini.Dan ada satu hal yang membuatnya kada
Setelah berada di kamar penginapan ini, Nancy duduk memperhatikan Kendra yang terlihat serius menatap dirinya. Keduanya sama-sama kagum, Nancy sebenarnya sejak melihat pria ini sudah ada rasa kekaguman itu, apalagi saat tahu julukan Kendra adalah si Penjagal Gurun.Sedangkan Kendra tentu saja makin teringat dengan mantan kekasihnya Helena, seorang agen dari Yordania, yang tewas setelah di siksa mantan atasannya yang berkhianat (baca bab-bab terdahulu).“Nancy, seperti yang aku bilang sebelumnya, aku sengaja ajak kamu ke sini, karena ada yang ingin aku tanyakan, bukan ingin mengajak kamu bercinta. Tolong jangan salah paham!”“Silahkan Tuan Kendra, apa yang ingin ditanyakan?” sahut Nancy pendek saja, ringkas dan padat.“Menurut kamu, bagaimanakah sosok Tuan Abu Jarrah, benarkah dia berjuang untuk membantu pemerintahan yang berkuasa saat ini..? Jangan takut, aku bukan bagian dari mereka, ataupun mata-mata dari kelompok manapun, aku berdiri sendiri.” Kendra menyakinkan wanita cantik ini.
Nancy tersenyum saja, inilah senyum pertama semenjak di tangkap kelompok Al Jarrah dan di jadikan gundik Abu Jarrah, sang pemimpin kelompok itu. Kendra yang fokus selamatkan para sandera tidak memperhatikan perubahan itu. Kendra kini memakai penutup wajahnya, dan dia dengan tenang keluar dari persembunyiannya, hingga Nancy kaget bukan main meliat kenekatan pria ini.“Heiii siapa kamu berhenti ku tembaaa…aaaarggh!”Dorr…dorrr…dorrr…dorr..dorr.. 5X tembakan beruntun yang Kendra lesakan dengan kedua tangannya sudah cukup membungkam ke 5 penjaga ini.Nancy yang melihat dari tempat persembunyiannya sampai terbelalak melihat aksi Kendra ini. Benar-benar di luar dugaannya, begitu dingin dan tenangnya pria ini menghabisi ke 5 penjaga bersenjata itu.“Astaga…julukan si Penjagal Gurun ternyata bukan isapan jempol, berdarah dingin sekali menembaki musuh!” pikir Nancy terkagum-kagum.Namun Nancy kecele kalau mengira ke 5 orang mati! Kendra terlihat memberi kode padanya agar mendekat. Nancy pun
Besoknya Kendra pun pamit dengan warga yang di tolongnya, untuk kembali ke markas Al Jarrah. Namun dia kaget, saat Nancy dan Ashi tiba-tiba ingin ikut. Mereka bahkan sudah berpakain rapi, yakni pakaian bak serdadu, lengkap dengan senjata masing-masing. “Aku janji tak akan merepotkan tuan Kendra.” “Aku juga janji sama, aku hanya niat ingin bantu tuan dan balas dendam pada komplotan Al Jarrah,” sela Ashi tak mau kalah. Lama Kendra terdiam, antara menolak dan menerima. Bingung harus bilang apa! Apalagi kedua wanita cantik ini terlihat sangat nekat, mereka bahkan sudah benar-bebar siap lahir batin. Senjata di badan masing-masing buktinya. Ashi ternyata diam-diam mengambil senjata milik salah satu dari 5 penjaga yang dia brondong sebelumnya. Sedangkan Nancy membawa senjata yang sejak jadi gundik Abu Jarrah selalu dia tenteng kemana-mana. Saat menatap sang Kepala Kampung, Abu Dillah, Kendra melihat pria setengah tua ini seakan merestui keinginan kedua wanita ini ikut dengannya saat in
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d