“Helena…ayoo kita bergerak perlahan!” Kendra pun memecah kesunyian, dan gadis ini langsung beri tanda setuju.Keduanya kini berindap-indap menuju ke bangunan yang juga porak poranda akibat perang ini. Saat akan melangkah ke bangunan yang sudah Helena sebutkan, merupakan bekas kantor Walkot Afiah, tak sengaja Kendra menginjak benda lunak.Sesaat dia kaget dan saling pandang dengan Helena, saat mereka menoleh ke bawah, ternyata itu mayat seseorang.Keduanya tidak saling bicara hanya beri kode, kemudian berlalu meninggalkan jasad yang agaknya jadi korban aksi saling tembak menembak barusan tadi.Akhirnya mereka sampai juga ke bangunan yang sebagian hancur ini. Tanpa ragu Helena mengajak Kendra masuk.Mereka tetap waspada, pistol tak pernah lepas di tangan masing-masing. “Kendra, seingatku, ruangan kerja walkot itu di sana!” tunjuk Helena sambil menuju ke pintu warna putih yang jebol.Kendra pun mengangguk dan mengikut langkah gadis jelita ini. Setelah masuk dengan hanya gunakan peneranga
Kendra tak tahu berapa lama dia pingsan, ketika sadar ia sudah berada di sebuah ruangan mirip klinik. Tangan kirinya di pasangi slang infus dan wajah pertama yang dia lihat adalah…Helena Ajram, yang tersenyum lega menatapnya.“Kamu sudah sadar jagoan…hampir 5 jam kamu pingsan!” sapa Helena masih menyunggingkan senyum manisnya, hingga lesung pipitnya terlihat sedikit, cantik sekali di tambah matanya yang bak mata elang.“Helena…aku di mana?”“Kita berada di sebuah desa yang masuh wilayah Yordania. Ini klinik dan kamu aman di sini. Kamu sudah habiskan 1 kantong darah, untungnya darah kamu sama dengan ku, sama-sama O. Jadi aku lah yang jadi pendonornya!”“Ohh…terima kasih yaa…darah kamu sudah masuk ke dalam tubuhku!” Kendra kini menatap wajah Helena, yang di tatap kini terlihat lega. Bahkan kini tak segan mengelap wajahnya yang keluarkan keringat.Kendra tak tahu, selama 5 jam ini, Helena sangat khawatir dengan dirinya. Sehingga saat dokter yang ada di klinik ini bilang, butuh minimal sa
Helena tak munafik, dia pun pernah punya kekasih dan melakukan hubungan suami istri. Tapi dengan Kendra dia merasakan hal berbeda. Kendra pun sama, entah kenapa sejak dekat dengan Helena dia jadi bisa melupakan Ratna.Helena yang supel dan suka tertawa, membangkitkan jiwa dan semangat pemuda ini. Sekian lama bergaul dan paham karakter masing-masing, membuat Kendra merasa nyaman bersama Helena. Apalagi di darahnya kini sudah masuk darah Helena, hingga ada perasaan aneh dalam batinnya.Saat penetrasi, Kendra aneh sendiri, karena Helena bak lepas perawan malam ini dengannya. Kendra agak kesulitan menembus rahim wanita jelita ini! Andai tak di tuntun Helena pelan-pelan, mungkin butuh waktu lama penyatuan sempurna itu berlangsung.Tentu saja Kendra tak tahu, walaupun Helena sudah jujur pernah melakukan hubungan badan dengan mantan kekasihnya.Tapi mereka sangat jarang sekali berhubungan badan. Karena sama-sama sibuk dan jarang bertemu, lalu akhirnya memutuskan pisah sejak setahunan yang la
Perjalanan Kendra lancar sampai akhirnya keluar dari wilayah Yordania, dia pun memasuki wilayah gurun pasir dengan bukit-bukit cadas, yang sama sekali tak di kenalnya.Ini gara-gara sinyal ponselnya yang sering hilang selama dalam perjalanan. Sehingga tak sadar Kendra, kalau mobilnya bukannya melewati jalan tikus menuju ke Kuwait seperti yang dikatakan Helena sebelumnya.Namun dia malah nyasar ke wilayah Irak..!Masalah mulai muncul saat akan memasuki pos perbatasan Yordania-Irak. Mobilnya langsung di stop 5 tentara, yang berjaga di sebuah pos perbatasan, mereka menghadang mobil mewah ini.Kendra tentu saja kaget bukan kepalang, saat membaca ada plang bertuliskan wilayah Irak. Daerah yang mirip Suriah, sering terjadi bentrok atau perang saudara, setelah sang Presiden Saddam Husein di gulingkan Amerika beberapa tahun yang lalu.“Stop anda mau kemana..? Keluar dari mobil cepat!” tanya seorang prajurit Irak, sambil mengetuk pintu kaca mobil Kendra.“Maaf saya hanya ingin lewati perbatasa
Sang pemimpin ini berdiri dan tingginya hampir sama dengan Kendra, dia memutari tubuh jangkung kokoh pemuda ini.“Hebat-hebat….tak ku sangka, dari Indonesia, seorang mahasiswa…nyasar jauh-jauh ke sini malah jadi penembak jitu, punya julukan hebat lagi. Yang luar biasa, kamu malah bikin aku jadi miliuner, kasian kamu Abu Basod…ha-ha-ha!”“Apa hubungan anda dengan Abu Basod?” tanya Kendra kalem. Sudah sering terlibat petualangan mendebarkan bersama Abu Basod, membuat Kendra tak lagi punya rasa takut.“Ho-ho…bagus…sebuah pertanyaan yang memang harus aku jawab, sebelum kamu berubah julukan jadi hantu gurun, karena setelah ini kamu terpaksa aku eksekusi!”“Hmm…urusan hidup dan mati bukan Anda yang menentukan, tapi Tuhan yang menentukan,” sela Kendra ringan, seolah kematian bukan hal yang di takutkan.Abu Bad’r langsung kaget dan terkagum-kagum, benar-benar pemuda tampan yang nekat, batinnya. Bahkan semua anak buahnya kini memandang kagum pada pemuda ini, gaya Kendra tetap santai, tak ada t
Kendra terus memacu mobil mewah ini di tengah gurun, apesnya mereka malah di kejar helikopter pemerintah Irak, karena di kira sebagai komplotan Abu Bad’r.“Bangsaatttt…kenapa kita di kejar dan di berondong!” Yusak marah betul, untung saja Kendra sangat mahir meliuk-liukan mobilnya, sehingga tembakan itu luput.Saking jengkelnya melihat ada senjata berat yang tadi di rampas Kendra dari basir dan temannya, Yusak minta Kendra buka sunroof mobil ini, dia berniat ingin membalas tembakan itu.“Kalau kita diam, kita yang mati konyol,” sungut Yusak marah.Kendra yang juga marah, lalu benar-benar membuka sunroof mobil mewah ini, dan Yusak lalu bangkit dan membidik helikopter tersebut.Trattt..trattt…berondongan Yusak membuat helikopter ini terlihat menaikan terbangnya dan menghentikan tembakan.“Mampusss bangsaattt…ha-ha-ha!” Yusak terbahak melihat helikopter ini menjauh dan akhirnya hilang dari pandangan.Namun, itu hanya sesaat…di depan terlihat helikopter ini kembali menghadang mereka dan h
Yusak bilang…Kendra tertarik dengan anak gadisnya, hingga Amir tersenyum kecil. Padahal Kendra tak ngomong apa-apa…!Tak sampai satu jam, istri Yusak datang bawa mobil sendiri, setelah sebelumnya di telpon Yusak.Kendra melotot saat melihat istri cantik Yusak datang dengan seorang gadis yang tak kalah cantiknya kenakan berkerudung hitam, yang di kenalkan Yusak inilah calon bini ke duanya, alias sepupu istrinya.“Hah…belum resmi jadi istri udah begini akrabnya dengan calon madu!” seru Kendra terheran-heran, hingga Yusak makin tertawa, dianggapnya lucu kelakuan Kendra ini.Kendra benar-benar tak habis pikir, poligami bagi Amir dan Yusak bukan hal yang aneh, beda dengan di negerinya.Walaupun banyak yang poligami, tapi jarang-jarang yang berani se-terbuka seperti apa yang di perlihatkan kedua sahabatnya ini.Sebab bagi istri kedua dan seterusnya, pasti akan di cap pelakor, alias perebut laki orang. Lhaa di sini poligami biasa-biasa saja.Kendra ternyata tak perlu bercerita panjang lebar
Kendra kini melajukan mobilnya ke tengah gurun, dia senyum-senyum sendiri mengingat hampir saja menikah dengan Qawiya.Kenapa Kendra bisa ‘lolos’ dan kini bisa melaju di jalanan gurun pasir menuju ke Kuwait, yang kini masih berjarak 200 kiloan..?Usai kepergok Amir dan 3 istrinya karena mencium Qawiya, dengan hati gundah gulana, antara mengiyakan dan menolak. Kendra lalu merokok sambil berjalan ke dekat mobilnya yang terparkir di samping rumah besar Amir, otak pemuda tampan ini bingung bukan main.Di satu sisi, dia jujur sangat menyukai Qawiya, tapi si sisi lain, dia juga rada aneh menikahi gadis belia ini, selain baru bertemu usia Qawiya pun ternyata…belum 16 tahunan!“Masa aku nikahi anak-anak…? Walaupun badannya besar dan bak remaja mau dewasa…tapi kayak menikahi adik sendiri, malah masih tua’an Imelia, adikku sendiri” pikir Kendra sambil menghela nafas panjang.Iseng-iseng Kendra membuka pintu mobil mewahnya ini, bermaksud mau mengambil rokoknya lagi. Karena rokoknya tadi sudah ha
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d