Seminggu kemudian, di hari Minggu Kandi kembali bersantai di rumahnya, namun lagi-lagi dia kaget, saat mendengar ada pertengkaran di sebelah rumah bidakannya.Walaupun terganggu, tapi Kandi tetap tak ingin ikut campur persoalan rumah tangga Sisca dan suaminya ini. Biarpun masih remaja, Kandi paham, urusan rumah tangga menjadi private suami istri.“Hmm…pasti suami mba Sisca datang lagi dan mereka bertengkar! Kasian sekali mba itu, dapat suami kok istrinya banyak dan ringan tangan! Tak tanggung jawab lagi.” batin Kandi dan kini sengaja bersantai di teras, sambil merokok dan menikmati kopi panasnya.Di depan kos ini ada mobil milik suaminya, Kandi diam saja dengan tenang, dia benar-benar tak mau ikut campur urusan rumah tangga orang lain.Tiba-tiba terdengar bunyi tamparan berkali-kali, dan Sisca mengerung menangis. Kandi kaget, tapi dia tetap bertahan dan tidak mau ikut campur.Walaupun hatinya tak tega mendengar wanita ini kena tampar hingga berkali-kali dan bentakan-bentakan dari suam
Sore ini Sisca tak jadi jemput anaknya, karena hujan deras, dan ketika dia datang ke rumah bidakannya naik ojek. Saat bersamaan Kandi juga datang, sehingga mereka barengan tiba.Tiba-tiba…blappp…listrik mati.Sisca pun kaget, dia lalu cari lilin dan menyalakannya. Karena hari sudah senja dan kini makin gelap, karena awan hitam dan hujan yang sangat deras.Tok..tok…!”Kandi membuka pintu dan heran melihat Sisca sudah ada di depan pintu rumah bidakannya.“Kenapa mba Sisca..?”“Aku phobia gelap dan hujan…temani ngobrol ya mas!”Dengan singkat Sisca yang masih kenakan seragam kerjanya sebut agak ngeri berada sendiri di kamarnya, lalu minta Kandi menemainya ngobrol di kamar nya ini.“Baik mba, bentar aku matikan lilin dulu. Nanti aku susul ke kamar mba!”Kini keduanya ngobrol santai sambil di temani kopi panas dan kue yang tadi di beli Sisca. Hujan masih turun dengan deras dan listrik pun juga belum nyala hingga kini.“Maaf ya mas, aku ganti baju dulu!”Sisca pun berdiri lalu menuju lemari
Kandi hari ini agak ngantuk ke sekolah. Tadi malam, dia bercinta dahsyat dengan Sisca. Si janda denok yang makin keluar sifat aslinya benar-benar di puaskan Kandi hingga 3 ronde, dari jam 9 malam, tengah malam dan pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah.Akibatnya pemuda ini benar-benar kecapekan, apalagi sebelum bercinta, sepulang sekolah dia ke bengkel dulu dan kerja hingga jam 6 sore, selesaikan pekerjaan nge-deco mobil pelanggan.Brakkkk…Kandi langsung terjengkang ke samping, motor jadulnya penyok dan jatuh ke aspal. Tak sengaja motornya tersenggol sebuah SUV mewah.Sopir mobil SUV ini turun dari mobil, lalu orang yang duduk di jok tengah juga turut keluar melihat siapa yang tersenggol.“Siapa yang kamu tabrak Man?” tanya lelaki setengah tua yang masih tampan ini.“Nggak tau Tuan Besar, tiba-tiba saja ada motor nyelonong, bentar saya cek!” Firman, sang sopir ini buru-buru mendatangi Kandi.“Kamu tak apa-apa dek?”“Tak apa Om…aku yang salah, nyelonong ke tengah!” sahut Kandi sambil
Begitu jam istirahat pukul 10.15, semua siswa SMUN 4 Bagoya menatap heran dan takjub, saat Kandi masuk ke sekolah ini dan memarkir motor mehongnya ini.“Woww…dapat jackpot ya bro, bagus banget motor ente!” Joni dan Bona dua teman akrabnya langsung memegang motor Kandi.“Iya…dapat jackpot!” sahut Kandi kalem, sambil melepas helm-nya. Lucunya saat keduanya mencoba menaiki motor besar ini bergantian, kaki kedua sahabatnya ini harus jinjit. Karena tingginya motor!Joni hanya bertinggi badan 165 centimeteran. Sedangkan Bona lebih pendek lagi, hanya 158 centimeteran. Kandi hanya senyum saja dengan ulah kedua sahabatnya ini. “Mau nyoba ngga?” tawar Kandi sambil menyerahkan kuncinya.Inilah sifat yang di sukai kedua sahabatnya ini, Kandi terkenal tak pernah pelit, apapun itu. Termasuk ringan hati memberikan soal jawaban kala sedang ulangan (ujian).“Nanti saja bro, takut aku, lihat kakiku jinjit, mana masih baru lagi…kalau jatuh dan penyok, nggak cukup uang jajanku memperbaikinya!” sahut Jo
Hadi Baramuli dan Tante Tuti menatap Kandi yang kini ngapeli Irwina di malam minggu. Kandi langsung berdiri lalu mengangguk hormat, kedua pasangan suami istri berlalu dan langsung masuk ke mobil mewahnya.“Papa dan Mama kamu kemana Win?” tanya Kandi berbasa-basi.“Katanya ada undangan makan malam dari Om Langga Kasela!”“Oh yaa…Om Langga yang ngasih aku motor itu berarti yaa..?” ceplos Kandi kaget.“Bisa jadi…soalnya kata Papa, Om Langga itu pengusaha asal Banjarmasin, yang rencananya akan jalin kerjasama dengan perusahaan papa, atau lebih tepatnya papa sedang menawarkan kerjasama dengan perusahaan Om Langga!”Kandi hanya mengangguk. Irwina lalu menawarkan Kandi mau minum apa. Keduanya malam ini hanya di rumah saja. Apalagi cuaca mendung dan mulai gerimis, sehingga tak mungkin jalan-jalan di malam minggu dengan cuaca begini. Naik motor pula.Karena ini pertama kalinya Kandi mengapeli Irwina, keduanya awalnya kaku bicara, tapi lama-lama mulai mencair. Bagi orang yang sedang berbahagia,
“Kandi…Kandi..!” remaja yang memarkir motor sportnya ini kaget melihat Bona dan Dewi datang menyusulnya ke parkiran, keduanya sebelumnya duluan sampai di sekolah. “Ada apa…?” Kandi menatap keduanya keheranan. “Irwina…!” sahut Bona, sambil menatap Dewi, seakan minta gadis mungil ini yang cerita. “Irwina pindah sekolah Kandi, mulai hari ini…!” Kandi langsung terdiam sambil menatap Dewi, si mungil ini kembali menganggukan kepala, tanda apa yang tadi barusan dia ucapkan benar adanya. “Kenapa…harus pindah..!” gumam Kandi tanpa sadar. “Katanya…ayahnya yang minta…setelah ketemu kamu di sebuah bengkel.” Dewi selanjutnya menceritakan Hadi Barmuli ayah Irwina marah karena Kandi hanya seorang anak montir…dan tak setara dengan keluarga mereka. Intinya Kandi tak boleh memacari anaknya, karena status mereka yang beda! “Sabar ya bro…kalau jodoh kelak tak akan kemana…ayo kita masuk kelas lagi, lonceng sudah bunyi!” ajak Bona, sambil menepuk bahu Kandi. Ketiganya kini jalan beriringan ke kelas 1
Tante Ola menatap sumringah remaja tampan yang datang dengan pakaian sederhana, hanya kenakan jeans dan kaos, dilapisi him lengan pendek, khas remaja.“Kirain nggak jadi datang…sini dongg…peluk tante sayang..!” Tante Ola langsung memeluk tubuh jangkung Kandi, sampai harus ber-jinjit kakinya saat mengecup bibir Kandi, karena tinggi Tante Ola hanya 165 centimeteran.“Tunggu tante…!” Kandi sedikit mendorong tubuh wanita gemoy ini.“Kenapa sayang…tante udah basah nihhh…!” desah Tante Ola. Sambil menarik tangan Kandi dan membimbingnya ke hutannya yang lebat.“Mana uang yang tante janjikan…!” sahut Kandi kalem.“Ha-ha…ga percaya amirr sihh…!” tante Ola lalu melepaskan pelukan dan mengambil uang di tasnya yang berharga mahal dan…melemparnya ke atas meja dua bebat uang warna biru, 10 juta rupiah.Kandi tersenyum sinis…dia bukanlah remaja bodoh…karena hari ini dia jadi gigolo buat Tante Ola!Kandi tak sadar, dia benar-benar mengulang apa yang dilakukan ayah kandungnya dulu, yakni jadi pria pem
“Jakarta…?” Kandi menatap si ngondek ini yang mengajaknya pindah ke sana.“Iya nekk…di sini kota kecil Kandi, tarif kamu itu kemehongan, Linda ajee nggak sanggup boking kamu tiap minggu…walaupun dia bilang kangen banget ama pelayanan yee!” Arthur menatap body Kandi yang bikin dirinyapun ikut leleran. Namun Kandi sudah menegaskan, berapapun dibayar, dia tak bakal mau melayani gay.Arthur juga bilang, di Jakarta Kandi bisa sekalian kuliah di kedokteran dan bebas milih kampus.“Eike banyak teman di sana, kamu tenang saja. Eike jamin ye bakalan kelimpungan terima order kakap. Wajah ye itu lebih tampan dari artis Rezky Aditya, tubuh ye juga woww…oh ya, sekalian eike mau daftarkan ye di lomba susu formula kebugaran…mau yaa?”Kandi diam sejenak, memang harus ia akui, dengan tarifnya yang ‘selangit’ itu, hanya Linda dan Tante Ola yang sanggup, yang lain rata-rata nawar maunya 10 jutaan atau malah hanya 5 jutaan, dan Kandi langsung menolak mentah-mentah. Akhirnya, di saat kawan-kawannya pesta
Bannon hanya menunduk, gayanya tak ubahnya seorang anak TK yang bersiap kena marah bu gurunya. ‘Si guru’ ini antara gemas, marah dan kesal campur aduk. Syahila menghela nafas panjang, andai saja lengan kirinya tak di pasangi infus, sejak tadi dia ingin menabok wajah suaminya menumpahkan kekesalan hatinya. Tapi saat melihat kelakuan suaminya ini, hati siapa yang tak gemas sekaligus ingin tertawa! Dua perawat yang tadi bantu proses persalinan membiarkan kedua suami istri sepadan ini bicara. Tapi mereka sepakat, iri melihat sang suami yang sangat ganteng dan istrinya yang jelita ini dan kini lahirlah seorang junior tampan yang mewarisi keduanya. “Ehemm, cantik banget yaa mami si Banina itu, keibuan lagi dan…sangat dewasa!” cetus Syahila. “I-ya…cakep kayak artis si Celine Evaaa….!” Bannon mengatupkan lagi rahangnya saat mata Syahila yang indah bak bintang kejora melotot. Namun saat melihat sang suami langsung menunduk, mata indah indah ini kembali normal. “Bang, jujur deh, apakah s
Bannon sudah memensiunkan baju seragam militernya. Dia kini menjadi eksekutif muda, kerjasama dengan perusahaan Abu Magun sepupunya, juga pastinya perusahaan ayahnya.Bannon juga menempati gedung perkantoran Sulaimin Group yang berada di lantai 17, dari 37 lantai gedung mewah ini.Dari berseragam militer, Bannon kini kini sering tampil trendy dengan jas dan dasi.Ritme kehidupan Bannon berjalan baik sampai usia kandungan Syahila sudah memasuki usia 9 bulanan. tapi diam-diam, Bannon tetap jalin komunikasi dengan Angel dan anaknya Banina.Hingga suatu hari usai bertemu sesama pengusaha lainnya, di sebuah kafe yang berada di Plaza Indonesia, Bannon tak sengaja melihat Angel dan Banina.Setelah meminta dua stafnya dan sekretarisnya duluan ke kantor, dengan senyum lebar pria ini mendekati ibu dan anak ini.Hati tak bisa di bohongi, amor cinta sudah begitu mendalam dengan si janda jelita ini.Angel apalagi, tak menyangka bertemu mantan kekasihnya yang makin tampan dan pastinya makin kelihat
Angel tak langsung mengiyakan, dia menatap Bannon. “Bang…bagaimana dengan Syahila, istri Abang itu,” Bannon terdiam.Melihat pria ini terdiam, Angel tersenyum maklum, walupun usianya dengan Bannon hanya terpaut satu tahun lebih muda dari pria ini. Tapi Angel memiliki pikiran dewasa.Kedewasaan ini lah yang membuat Bannon selalu teringat Angel hingga saat ini. Benar-benar mirip mendiang Yurica sifatnya. Juga pengertiannya yang itu yang tak bisa Bannon lupakan hingga kini.Angel seorang wanita dan paham, belum tentu Syahila ikhlas menerima dia sebagai madunya.“I-itu…nanti akan aku bicarakan dengan Syahila..!” agak tergagap juga Bannon bicara.“Bang…aku akan mengiyakan ajakan Abang menikah…syaratnya adalah, pertemukan aku dengan Syahila dan ingat…seandainya Abang menikahiku, karir Abang di militer habis…pikirkanlah lagi. Abang masih muda, masih bisa meraih pangkat bintang di bahu Abang!”Kaget lah Bannon, mempertemukan kedua wanita cantik ini, bagaimana tanggapan Syahila, mana lagi hami
Kakek Langga tersenyum memandang hasil tes DNA, hasilnya adalah 99,9 persen Malik Sulaimin identik.Kini tak ada keraguan lagi dari si kakek ini, kalau Malik adalah memang benar buyutnya, anak dari Aldi Sulaimin dan Selena, ibu dari si bocil ini.Kakek Langga sengaja lakukan itu, untuk menyakinkan hatinya, kalau Malik adalah buyutnya...karena Kakek Langga ingin berikan warisan besar buat Malik.Hasil inipun langsung dia kirim ke Kandi Sulaimin, pria setengah tua ini pun bahagia, sama seperti ayahnya Langga Kasela, Kandi Sulaimin juga plong.Besoknya, Kandi dan Nadia langsung terbang dengan private jet ke Banjarmasin.Hati tak bisa di bohongi rasa sayang pada cucu sendiri sangat besar. Kandi langsung memeluk cucunya ini.Kali ini Malik lagi-lagi menerima dengan baik kakek kandungnya sendiri. Melihat ketampanan kakeknya, ceplosan Malik bikin Nadia melotot sambil tertawa."Kakek ganteng banget, nggak pingin nambah nenek baru buat Malik ya kek!" cerocos Malik, telinganya langsung di jewer
Bungki ternyata menurun kecerdasan ayahnya, walaupun tak punya uang, tapi akal cerdiknya jalan. Dia jual ponsel mahalnya yang dibelikan Bannon, seharga 15 jutaan.Ponsel berharga hampir 30 juta ini tentu saja langsung di beli pemilik gerai ponsel. Si pemilik gerai tahu ini ponsel premium dan baru 4 bulanan di pakai Bungki.Bungki langsung ke bandara dan tujuannya bukan ke Timur Tengah, tapi ke Kalimantan. Dia ingin ke Banjarmasin. Tempat yang belum pernah ia datangi.Siapa yang di temuinya…?Inilah yang membuat Abu Magun gagal mencarinya, juga aparat kepolisian dan tentara di Jakarta. Sebab di saat bersamaan Bungki sudah berada di Bandara Syamsudinor, Banjarbaru.“Om Bannon pernah bilang kakek buyut dan nenek buyut ada di Banjarmasin,” batin si bocil ini.Dalam hati Bungki, sebenarnya sudah mengakui kalau Abu Magun ayah kandungnya.Saat melihat wajah Abu Magun, Bungki sudah kagum sekali. “Tak heran Umi jatuh cinta dengan Abi….ganteng soalnya!” bibirnya malah senyum sendiri.Tapi pikir
“Bang…tenang dulu, biar nanti aku bujuk pelan-pelan, entah kenapa Bungki eh si Malik jadi mendadak berubah, begitu tahu Abang adalah ayah kandungnya?” Bannon mencegah Abu Magun yang ingin kejar Bungki.Abu Magun terdiam dan mengangguk.Bungki ternyata kabur dari rumah dan tak pulang hingga malam hari, ponselnya pun sengaja tak di aktifkan. Setelah berkali-kali Bannon mencoba mengontaknya.Bannon apalagi Abu Magun bingung juga dengan perubahan si Bungki, kenapa bisa mendadak berubah dan agaknya marah dengan Abu Magun.Marahnya kenapa? Seharusnya dia bahagia akhirnya tahu kalau Abu Magun adalah ayah kandungnya. Dan tak sengaja malah di temukan Bannon, yang ternyata Om nya sendiri.Bannon sampai menelpon guru dan beberapa teman Bungki di sekolah Paket A. Apakah anak itu ada ke sana. Namun semuanya bilang tidak ada.Abu Magun langsung khawatir dengan anak sulungnya ini.“Jangan khawatir Bang, Bungki itu anak yang
“Katakan siapa yang membuat Selena sakit?” kali ini Abu Magun melunak dan menunggu.“Abu Jarrah, dialah pelakunya. Dia dendam dengan orang yang bernama Abu Magun, lalu saat dengar ceritaku, dia menembak Selena, tapi kena punggung dan inilah yang bikin Selena sakit parah""Karena aku yang melindungi saat itu. Aku juga terpaksa membuang Malik, karena dia tahu itu anak Abu Magun dan Selena dan ingin membunuhnya..!”Abu Magun terdiam sesaat.“Hmm…ceritamu menolong nyawamu, di mana sekarang si bangsat Abu Jarrah itu bersembunyi.” dengus Abu Magun marah.Dalam hati Abu Magun kaget juga, di pikirnya Abu Jarrah sudah tewas, ketika dulu markas mereka dia serbu bersama Kendra, juga Nancy, Ashi serta Soleh di distrik Al Iqro (baca bab-bab terdahulu).Tanpa ragu Afok Yousef sebutkan persembunyian Abu Jarrah. Tapi Afok Yousef bilang, dia sudah lama tak tahu kabar soal Abu Jarrah setelah insiden itu.Jadi dia tak tahu apakah Abu Jarrah masih hidup, atau malah sudah mati. “Tuan..jadi kamulah yang b
Peringatan itu di ingat betul Abu Magun. “Berarti ni orang benar-benar berbahaya,” pikir Abu Magun, sambil memacu mobil ke alamat yang di sebutkan pria setengah mabuk tadi.Abu Magun membuka penutup kain di jok depannya, ternyata di bawah kain ada sebuah senjata otomatis, yang bisa menembakan 100 peluru.Walaupun lama tak ikut berperang, tapi kemampuan Abu Magun tetap terjaga, dia malah sangat antusias menghadapi musuhnya kali ini.Tempat ini berada di pinggiran kota Al Balla. Daerah ini terlihat ramai, namun Abu Magun sudah melihat ada beberapa mata tajam menatap mobilnya.Di balik kacamata hitamnya, Abu Magun bisa melihat pandangan curiga pada dirinya. Tapi tanpa takut dia terus maju.Di sebuah tikungan, Abu Magun tersenyum sendiri, di depannya sudah berjejer 10 orang sekaligus dengan senjata terkokang.Abu Magun tak ada ketakutan sama sekali, dia keluar dari mobilnya dan menghadap ke 10 orang ini.“Stop, siapa kamu?” bentak pemimpin komplotan ini.“Maaf, aku tak ingin bermusuhan de
Iman makan dengan sangat lahap, benar-benar lapar sekali si bocil ini. Tanpa malu-malu dia sampai minta tambah hingga 2X ke pemilik kafe.Si pemilik kafe ini sempat ragu, apakah si bocil ini bsa membayar makanannya tersebut.Tapi keraguan itu terjawab, setelah Abu Magun taruh uang di atas meja. “Ambil ini, sisanya buat kamu!” si pemilik kafe langsung mengangguk hormat, lalu buru-buru ambilkan pesanan Iman.Abu Magun membiarkan saja bahkan meminta Iman jangan sungkan nambah dan ambil lauk yang mana dia suka.Saking kenyangnya, Iman pun bersendawa lumayan nyaring, hingga Abu Magun senyum sendiri melihat kelakuan spontan anak ini.“Makasih Tuan, enak sekali, baru kali ini Iman makan sekenyang ini!” Iman sampai mengelus-ngelus perut kurusnya yang terlihat membuncit.“Bagus…sekarang aku mau tanya, benarkah kamu dan Bungki itu bersaudara angkat?” Abu Magun agaknya langsung saja ke topik, dia malas bertele-tele.“Betu sekali tuan, Bungki waktu itu nangis di tengah pasar kelaparan, lalu aku d