Josh tak lagi melihat makhluk gaib dan mendengar pikiran orang lain. William—ayahnya telah menemukan mantra untuk membatalkan mantra pendengar pikiran dan Josh langsung mengakui kesalahannya yang lain. William membantu Josh tanpa menghukumnya karena Josh mengakui hanya ingin merasakan apa yang Jamie rasakan.
Kencan pertama Jamie dan Josh di malam Halloween yang sempat mendapat gangguan karena kehadiran vampire, dapat dikatakan berakhir sukses. Josh mengantarkan Jamie pulang dengan selamat dan semakin hari hubungan keduanya semakin baik. Mereka juga semakin sering keluar bersama.
Belakang juga Josh mengajak Jamie pulang pergi bersama dengannya. Josh beralasan, untuk keamanan Jamie dari vampire yang kerap muncul di hadapannya. Jamie tak keberatan. Ia dengan senang hati menerima ajakan Josh.
Walaupun terkadang Jamie agak geli sendiri mengingat bagaimana dulu ia sangat membenci Josh, tetapi setelah mengenalnya dengan baik. Josh tak begitu menyeb
Setiap hari terasa indah bagi Jamie dan Josh yang sedang di mabuk asmara. Dan di mana ada kesempatan mereka selalu habiskan berduaan dan bermesraan. Di mobil, di perjalanan bahkan di kampus.Kecuali … jika ada Leslie.Jamie belum mengatakan pada Leslie karena ia terlalu malu. Ia tak siap jika Leslie nantinya menertawakan atau mengatakan, aku bilang juga apa.Namun, Jamie juga sedikit menyalahkan Leslie. “Ini semua karena ucapan Leslie,” ucap Jamie dalam hati.Jamie dengan berat hati meminta pada Josh untuk berpura-pura jika ada Leslie. Josh sebenarnya tak mengerti mengapa Jamie sangat malu dengan hubungan mereka di hadapan Leslie, tetapi memilih mengikuti keinginan sang kekasih.Pagi itu, mereka sedang berada di depan loker, merencanakan kencan mereka berikutnya.“Aku harus kerja paruh waktu agar bisa lebih sering membawamu ke tempat yang romantis,” terang Josh.Jamie tersipu dan tersenyum manja. “
Hubungan Jamie dan Josh sudah berjalan beberapa bulan, keduanya semakin lama semakin erat. Josh telah beberapa kali berkunjung ke kediaman keluarga Mikell untuk makan malam, begitu juga dengan Jamie. Mulai dari hari Natal, tahun baru, hari kasih sayang dan hari-hari lainnya bahkan mereka habiskan bersama. Dan tak terasa sudah akan kenaikan semester, yang artinya Josh akan berada di tahun terakhir kuliahnya. Jamie mulai uring-uringan takut Josh semakin sibuk. Belum lagi setelah lulus, Josh akan bekerja dan tak akan ada waktu untuknya. Josh berkali-kali meyakinkan bahwa Jamie akan jadi yang kedua setelah keluarganya. Tak akan ada yang lain lagi. Josh juga sampai tak jadi mengambil kerja paruh waktu di tempat lain karena selain William—ayahnya, khawatir, Jamie memaksa memintanya menjadi tutor untuk dirinya. Josh tak punya pilihan lain, ia melakukan demi sang kekasih. Namun, ada yang menjadi kekhawatirannya. Josh menatap sang kekasih yang berada di hadapa
Sejak kejadian di malam Halloween, Damien hanya berdiam diri dalam kediaman mereka. Semua itu karena Damien yang dengan bodohnya harus lagi-lagi berpapasan dengan seorang manusia dan sengaja mengakui dirinya. Sedangkan dirinya tahu manusia itu punya kemampuan.Carden dan sesekali Darick sendiri yang sekarang turun tangan mengawasi sebuah keluarga yang berada di Kanada.Darick mau tak mau turun tangan mengawasi dan membiarkan Damien bersembunyi di kediaman mereka. Dia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada adik kandungnya.Beberapa waktu lalu, sepulang pengawasan Carden, dia langsung menceritakan pada Darick dan Damien apa yang dirinya lihat dan dengar. Ada yang janggal, membuat Darick terus menerus merasa cemas.Tak terkecuali hari itu. Damien sudah bosan dengan Darick yang sejak tadi mondar-mandir di hadapannya memikirkan rencana. Dia pikir rencana Darick waktu itu sudah matang, tetapi Darick mengubah rencana dan menunda kedatangan si kembar, Talon da
Terakhir Jamie bertemu Josh, ia mengabaikannya. Setelah tiga hari berlalu, Jamie tak lagi melihat tanda-tanda kehadiran Josh di kampus.“Apa dia sakit?” gumamnya pelan.Leslie tahu, Jamie sedang merajuk dengan Josh. Dia membujuk Jamie menghubungi Josh lebih dulu. Lagipula, kesalahan Josh kecil, tetapi Jamie masih gengsi. Ia memilih menunggu Josh yang lebih dulu menghubunginya.Satu hari, dua hari berlalu lagi dan Josh masih tak muncul di kampus. Jamie masih memberi Josh waktu sampai minggu depan untuk menghubunginya.“Jika sampai minggu depan dia tak juga meneleponku. Aku akan mengambil keputusan!” Jamie mulai geram.Sampai minggu berikutnya pun masih sama. Jamie yang emosinya semakin memuncak, akhirnya mengirim pesan panjang pada Josh.Satu jam, dua jam sampai lima jam berlalu, pesannya tak juga terkirim. “Apa dia memblokirku?”Keesokan harinya, Jamie meminjam ponsel Leslie, tetapi masih sama. Josh
Anna—ibu Jamie, sedang berada di rumah kolam di bagian belakang pekarangan kediaman mereka. Walaupun dia sudah menguasai teknik memanipulasi energi air, tetapi Anna masih sering melatih kemampuannya.Rumah kolam sengaja di desain tertutup, agar kegiatan Anna tak diketahui pelayan atau penjaga keamanan di kediaman mereka.Setelah dari kediaman keluarga Josh, Jamie berderap menuju rumah kolam. “Mom …,” panggil Jamie.Belum sempat menanyakan apa yang Anna lakukan di sana, ia sudah lebih dulu melihat air dalam wadah plastik, memancur ke atas—seperti air mancur. Semakin lama semakin tinggi, kemudian menggulung seperti ombak dan kembali ke dalam wadah plastik. Air tersebut berubah menjadi tenang.“Wooowww, Mom, itu keren sekali! Bagaimana kau melakukannya? Ajari aku.”Jamie tahu Anna bisa memanipulasi energi air, tetapi yang ia tahu selama itu hanya untuk penyembuhan—orang sakit atau kesu
Si laki-laki bertubuh tinggi dan besar masih sedikit menoleh tanpa membalikkan tubuhnya menghadap Jamie. Dia kembali berteriak. “CEPAT PERGI!!!”Jamie tak dapat bergerak. Tubuhnya lemas dan ia masih merasakan sesak di dadanya. Ia pegangi dadanya sembari berusaha bangkit, tetapi terjatuh lagi.Mata Jamie menangkap Elena yang baru saja bangkit dari atas rumput di pekarangan. Elena menyeringai lebih sadis daripada sebelumnya.“Itu … itu …,” ucap Jamie lirih.Jamie tak sanggup mengatakan hal lain, hanya mengangkat jari telunjuknya yang gemetar ke arah belakang laki-laki itu. Si laki-laki bertubuh tinggi dan besar menoleh pada Elena.Jamie sedikit terperanjat ketika seseorang menyentuh bahu dari belakangnya. Ia terkesiap ketika tiba-tiba terduduk di depan pintu rumahnya tanpa sempat melihat apa yang terjadi berikutnya.Dengan wajah sangat pucat, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. “Apa yang baru saja terja
Jamie menghiasi kamarnya dengan bawang putih yang ia dapat dari internet sebagai penangkal vampire. Anna sangat kesal dengan tingkah putri satu-satunya yang membuat seisi kediaman mereka beraroma bawang putih. Anna dengan terpaksa mengalah. Dia berencana menyingkirkan itu semua saat Jamie sudah mulai masuk kuliah. Jamie juga hampir tak pernah keluar dari kediamannya. Ia hanya keluar ketika bersama Anna—ibunya atau Liam—ayahnya. Pernah mereka pergi keluar bertiga untuk makan malam dan Jamie membawa bawang putih dalam tasnya. Anna dan Liam awalnya tak mengetahui, tetapi aroma bawang putih tercium di dalam mobil yang Liam kendarai dan akhirnya Jamie mengaku. Anna meminta Jamie membuang bawang putih tersebut. Lama kelamaan mereka mual harus mencium aroma bawang putih di mana-mana. Dia memaksa Jamie mengatakan alasannya, tetapi Jamie menghindar dan mengalihkan pembicaraan. Jamie dengan berat hati membuangnya, tetapi ia telah menyiapkan sen
Sejak perjumpaan dengan keempat laki-laki di koridor tadi, Jamie tak henti-hentinya melamun. Memikirkan keempat sosok yang tak tampak seperti manusia. Sosok laki-laki yang paling tinggi terlihat seperti sosok laki-laki bertubuh tinggi dan besar yang menolongnya dari Elena. Walaupun malam itu kediaman Keith—keluarga Josh hanya disinari lampu temaram, tetapi Jamie masih dapat mengingat dan melihat sosok yang berdiri tepat di hadapannya. Jika memang keduanya sama, Jamie semakin bingung. Sebab, jika dia manusia, bagaimana mungkin dia tak terbunuh oleh Elena. Dan jika dia vampire, apa alasannya dia menolongnya malam itu. “Sepertinya mereka laki-laki yang sama. Haruskah aku bertanya? Bagaimana jika dia benar-benar vampire? Apa dia akan menghisap darahku? Tapi … bukankah dia menolongku malam itu?” Jamie mendesis ragu seraya mengigiti kuku ibu jarinya. Pikirannya berganti pada sosok laki-laki paling muda yang terlihat seperti sosok y
Di tengah kecurigaan Jamie, dirinya teringat Darick pernah mengatakan Zaros memanipulasi pikiran seseorang di kantor pusat tempat dirinya bekerja agar melakukan perubahan pada data Jamie. Dengan begitu, Noir dan kelompoknya tak dapat menemukan keluarga Jamie. Jamie akhirnya mulai mencurigai Zaros. Ia juga berkali-kali melihat sosok Damien, Talon, Zaros, Carden, Gabriel dan Adam di sekitarnya, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang ingin menemuinya. Jamie menoleh pada Damien dengan tajam. “Apa kau pikir aku tak melihatmu dari jendela kamarku?!” ketusnya. “A-Aku … itu … hm, maaf, Jamie,” jawab Damien menyesal. Jamie menunjuk Talon, Zaros Carden dan Gabriel dengan mata berkaca-kaca. “Aku tahu Talon membersihkan apartemenku setiap datang! Aku tahu Gabriel dan Adam pernah mengunjungiku, tetapi kepergok oleh Josh, ‘kan?! Aku juga tahu Carden mengisap makhluk gaib di sekitarku! Aku tahu pasti yang membawa kalian berpindah pasti Zaros!” Talon, Zaros, Carden dan Gabriel gelagapan. “M-Maa
Adam mempersilakan mereka maju dan menghiraukan ucapannya karena dia akan bersembunyi di tempat persembunyiannya.“Apa dia minta mati kali ini?!” Darick menyeringai sadis.Darick melindungi kediaman itu dengan kekuatannya dan hanya manusia yang dapat masuk ke dalam kediaman itu. Sayangnya, Darick dan kelompoknya tak bisa membedakan aroma manusia yang satu dan lainnya. Jika manusia sudah masuk ke dalam kediaman yang Darick lindungi, tentunya manusia yang memiliki kekuatan bisa menggunakan kekuatan dalam kediaman itu.Darick juga melindungi pikiran dirinya dan kelompoknya dari kelompok lain. Oleh karena itu, hanya Darick dan kelompoknya yang bisa masuk ke dalam pikiran satu sama lain, seperti Carden yang selalu membaca pikirannya.Dan sekarang, ada manusia yang berani masuk ke dalam kediamannya bahkan memecahkan kaca kediaman itu. Tentu saja, Darick dan kelompoknya sudah mengetahui siapa yang berani melakukan itu berdasarkan pengalaman.Mereka melesat mencari asal kaca pecah yang ternya
Darick berdecak kesal. “Sudah aku bilang jangan menemui Jamie lagi! Dia sudah cukup sedih sekarang!” perintahnya.“Kalau dia belum melupakan kita, dia pasti senang bertemu dengan kita, Darick!” Carden membujuk Darick.“Tetapi masalahnya tak semudah itu, Carden!” desis Darick sembari menggertakkan giginya.Zaros menunduk dan mengakui kesalahannya. “Aku tak memanipulasi pikirannya karena tak ingin Jamie melupakan kenangan bersama kita!” Zaros membela diri.“Ya, bagus itu!” jawab Adam yang tiba-tiba kembali lagi setelah selesai merajuk dan tak sengaja menguping mereka.“Masalahnya … aku memanipulasi pikiran orang lain dan membuat seolah kejadian yang Jamie alami adalah mimpi,” ungkap Zaros.Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja Zaros ungkapkan. “Apa maksudmu?” tanya Damien, Talon, Carden dan Adam bersamaan.Zaros memang mendapat perintah
“Mengapa setega itu pada Jamie, Darick?” tanya Zaros sedih.“Salah siapa?” hardik Darick.Darick melihat Zaros hanya mengerucutkan bibirnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu pengikutnya yang lain.“Halo, Darick,” sapa pengikutnya dari balik ponsel.“Earl, aku titipkan dia padamu,” tutur Darick.“Kau akan kembali sekarang? Kita tak jadi bertemu?” Earl sebenarnya tahu Darick datang bukan untuk menemui dirinya.“Maaf, aku harus segera kembali. Pastikan kau dan Kalen tak ketahuan olehnya, oke?” Darick memperingatkan Earl agar tak mengulang kesalahan seperti Damien dan Carden. “Dia sangat pintar mengenali vampire.”“Kau tak ingin berpamitan dulu dengannya? Aku sering melihat dia bersedih,” ungkap Earl membujuk Darick.Darick tersenyum tipis. “Tidak. Ini untuk kebaikannya juga. Penyihir itu pasti akan menja
Jamie menghela napas pasrah. Ia ingin menceritakan pada Josh yang sebenarnya terjadi. Namun, Jamie ragu sekaligus takut kalau sampai apa yang mereka katakan benar.Ia memilih menelan semua sendiri dan berusaha menganggap kejadian itu hanya mimpi, walaupun masih tak percaya itu hanya mimpi. Namun, sekeras apa pun dirinya mengelak, tak ada orang lain yang tahu kejadian itu selain dirinya, sekalipun Josh yang bersama dengannya saat kejadian.Satu yang pasti, itu bukan penglihatan karena Jamie sudah bisa membedakan mimpi biasa dan mimpi pertanda melalui penglihatan. Lagi pula, dalam penglihatan biasanya hanya kilasan kejadian yang akan terjadi dan tak sedetail yang dirinya alami.Jamie mulai menjalani aktivitasnya setelah cuti dan membiarkan kejadian itu menjadi misteri.“Jamie! Akhirnya kau kembali dari cuti!” sambut Mr Lewis.“Dasar tua bangka! Semua yang aku alami karenamu!” geram Jamie dalam hati.“Selamat pagi,
Jamie merasa sesak dan bersandar pada kursi meja makan. Lama-kelamaan tubuhnya terkulai lemas dan dirinya hampir terjatuh dari kursi. Leslie buru-buru menahan tubuh Jamie. “Ada apa, Jams? Jams! Jamie!” Jamie mendengar suara Leslie semakin lama semakin menghilang dan matanya mulai berkaca-kaca. “Apa yang terjadi? Apa itu benar-benar hanya mimpi?” batinnya. Leslie menampar pelan wajah Jamie. “Jams! Jamie!! Ya Tuhan, ada apa denganmu?!” Jamie terkesiap karena tamparan pelan dan suara memekakkan telinga yang berasal dari Leslie. Ia menoleh dan melihat raut wajah Leslie yang panik serta khawatir dengan dirinya. Jamie melihat Leslie sepanik itu saat dirinya hampir terjatuh dari kursi atau saat dirinya berteriak dari dalam kamarnya. Jadi, rasanya tak mungkin kalau memang dirinya baru kembali dari Roxbury setelah tak mengabari berhari-hari dan Leslie memasang raut wajah biasa saja. “Jadi, aku hanya bermimpi?” gumam Jamie lirih. “Sepertinya tid
Jamie kebingungan karena berada di dalam ruang gelap. Ia menoleh ke kanan dan kirinya, kemudian menyadari tadi dirinya tak menyalakan lampu karena langsung tertidur. “Apa sekarang sudah malam? Jadi aku tidur seharian?” gumam Jamie sendiri sembari bangkit dari tidurnya. Jamie merasa lapar yang luar biasa dan perutnya mulai mengeluarkan bunyi. Ia merasa heran karena biasanya Darick atau Adam yang membangunkan dirinya. “Aneh, biasanya Darick akan mengetuk pintu untuk membangunkan aku,” gumamnya lagi. “Apa dia terlalu lelah setelah pertempuran?” Jamie mendesis seraya memiringkan kepalanya. “Tapi … dia vampire. Apa vampire bisa lelah juga?” “Aku rasa Adam masih sibuk mengurus Gabriel,” gumamnya sambil meraba dinding untuk mencari sakelar lampu dekat pintu kamar. Jamie menyalakan lampu dan matanya membulat saat melihat ruangan di sekelilingnya. Ruangan itu tak lagi berdinding kayu dan tak ada jendela kayu besar yang tertutu
Zaros merasa ngeri dengan tatapan Jamie. Dia sudah menjadi vampire ratusan tahun, tetapi baru kali itu ada manusia yang menatapnya tajam sampai dia merasa takut.Zaros berderap ke belakang Darick. “Aku hanya disuruh, Jamie.”“Iya, tetapi … apa harus pakai penyadap?” tanya Jamie tak percaya. “Itu namanya … melanggar hak privasi!”“Kami tak menaruh di kamar mandi, Jamie,” ucap Carden setelah membaca pikiran Jamie. Dia tahu Jamie panik. “Lagi pula, penyadap tak seperti kamera CCTV.”“Kami juga hanya menaruhnya di ruang terbuka.” Damien menimpali Carden untuk menenangkan Jamie.Seperti biasa dan seperti yang semua orang tahu, mereka bagai ayah dan anak. Sekalipun Carden berbohong, Damien tak akan menyentuh tangannya untuk mendeteksi kebohongan Carden. Namun, dia dan Carden sekarang memang hanya mengatakan yang sejujurnya pada Jamie.“Bagaimana caranya kal
Zaros kembali membawa Gabriel dalam keadaan selamat, tetapi kurang sehat karena Gabriel terlihat pucat. Bukan karena Gabriel menjadi vampire, melainkan kedinginan. Pasalnya, suhu di Arlington, Vermont saat itu satu derajat celcius. Baik Arlington, maupun Roxbury, keduanya merupakan kota dengan kelembaban di atas sembilan puluh dua persen. Selama awal tahun rata-rata per bulan untuk hari kering hanya tiga sampai lima hari, hari berkabut tujuh sampai sembilan hari dan sisanya hari salju. Sinar matahari muncul hanya di hari-hari tertentu tak lebih dari lima jam. “Kau baik-baik saja, Gabriel?” tanya Jamie khawatir. Darick dan Damien hampir memarahi Zaros yang selalu ceroboh dan terburu-buru. Mereka paham Zaros pasti sangat ingin membantu pertempuran mereka dengan Noir dan kelompoknya semalam, tetapi khawatir juga Gabriel terkena hipotermia. Darick dan Damien mengurungkan niat untuk memarahi Zaros karena mereka juga salah. Mereka tak menyadari Gabriel tak