" Faellyn, undangan untukmu" Aku menatapnya dan berjalan mendekat.
2 tahun berlalu semenjak keberangkatan Michael dan sekitar sebulan lagi usiaku genap 17 tahun.Aku juga sudah menyelesaikan kelas permaisuriku padahal aku hanya tunangan kontrak Michael."Terimakasih Tuan Michel" Dia hanya mengangguk singkat dan melanjutkan perkerjaannya.Hubunganku dengan Michel cukup baik setelah percakapanku dengan Carlios kala itu, Michel awalnya tidak suka padaku karena menurutnya semenjak Michael bertemu denganku Michael jarang merawatnya sendiri.untuk hal tersebut Michel mengintimidasiku kala itu."Putri Elaine?" gumamku."Ya dia adalah satu-satunya putri di kekaisaran, sepertinya dia kembali karena kabar Michael bertunangan" Ah jadi maksudnya karena aku ya."Saya dengar Putri Elaine sudah menikah?" Michel menatapku."Ya dia sudah menikah dengan putra mahkota kerajaan Vitera, dia adalah kakak Carlios" Setelah sek" Ini adalah teh lavender yang saya bawa langsung dari kerajaan Vitera"Ucap Elaine menjelaskan teh berwarna ungu tersebut dengan sangat percaya diri. diantara kekaguman para bangsawan aku merasa mual karena teringat taman lavender marchioness. kudengar Lavender memang tidak berbahaya dikonsumsi sebagai teh, dengan kata lain bahan racunku kala itu sebenarnya bukan lavender namun tetap saja warnanya mengingatkanku pada racun. "Nona Faellyn apa itu tidak cocok dengan selera anda?" Aku sedikit tersentak dengan suara Elaine. "Ah saya dengar, alergi pada bunga lavender" Alelia Ronan, darimana rumor itu berasal. "Ah benar, saya mendengar rumor yang sama" dia? Aku tidak mengenalnya. tapi tentang rumor itu? "Begitu ya, saya merasa bersalah kerena tidak mengetahui hal tersebut, bukankah begitu pangeran Michel" Michel terdiam dan menikmati tehnya. "Saya..uhuk" Michel!! "Kyaa" teriakan para gadis membuatku membeku,
"Putri mahkota.. ah maksud saya nona, ada surat untuk anda" Aku tersenyum pada Nani. Setelah dongeng yang diceritakan Michel hari itu aku tidak memiliki keberanian untuk menatapnya, padahal aku tidak takut akan apapun sebelumnya, namun saat ia bertanya apakah aku mencintai Michael aku benar-benar tidak bisa menjawabnya karena dikehidupan ini maupun kehidupan dimasa lalu aku tidak mengenal apa itu cinta. Untuk hal itu aku benar-benar tidak suka dipanggil putri mahkota, aku merasa bersyukur karena Elaine hanya memanggilku nona. "Terima kasih nani" Aku membuka surat tersebut, ini adalah surat yang ditulis Ayah angkat baruku, Asrahan Andreash. Aku tersenyum meliht isi surat tersebut, tulisan tangan yang indah dengan kalimat singkat yang sedikit cangung, bahkan jika dikirim tanpa nama pengirim pun kurasa aku akan tau siapa yang mengirimnya. 'Untuk Putriku, Faellyn. Jika tidak sibuk berkunjunglah ke kediaman Andreash karena itu juga rumahm
"Nona, saya yang akan memandu anda berkeliling" Aku menatapnya.Setelah sarapan aku memutuskan untuk mengenal tempat tinggal sementaraku. em mungkin."Mohon bantuannya, Tifia" Kami pun berjalan menyusuri koridor dengan Tifia yang terus menjelaskan padaku setiao ruangan yang sda didalam mansion.tanpa kusadari hari sudah petang padahal masih ada beberapa tempat yang belum ku datangi.Samar-samar aku mendengar bunyi pedang bergesekan satu sama lain."Apa ada kesatria yang masih berlatih jam segini?" Tifia menatapku dengan tatapan yang berbinar."Ya, apa anda ingin melihatnya?" Aku mengangguk setuju debgan saran tersebut."Mari ikuti saya, akan saya tunjukkan" Aku berjalan mengikutinya. "Nah putri kita sudah sampai, mereka adalah anak-anak jalanan yang diselamatkan tuan muda" Aku mematung trpat fitempatku berdiri.Ruangan luas layaknya stadion yang digunakan untuk berlatih pedang, terlebih lagi mereka ada
"Putri, apa ini benar pertama kalinya anda berlatih pedang?" Aku hanya tersenyum, melihat Rega yang tersenyum licik kearahku."Tidak, ini sudah seminggu sejak kita berlatih Sir Rega" Benar, ini sudah seminggu berlalu sejak aku mendapatkan pedang.Aku sangat senang karena dapat menggerakkan tubuhku dengan bebas setelah sekian lama, tidak sebagai Lily tapi sebagai Faellyn."Apa anda sedang berbohong? Anda bahkan hampir setingkat tuan muda" Aku tertawa. Cal pernah mengatakan bahwa sedikit lagi aku bisa menjadi sword master jika aku berlatih sedikit lebih lama.namun pada akhirnya aku terkurung diistana tanpa bisa memegang pedang, kurasa dia tidak berbohong dengan levelku."Ah" ini pertama kalinya aku menjatuhkan pedang Rega."Saya kalah tuan putri, anda sangat hebat" Eh, aku tidak ingin berbangga diri tapi sensasi yang kurasakan saat melihat lawan kehilangan pedang karenalu itu sangst menyenangkan."Putri, Pangeran Carlios
"Jangan sampai lendir monster mengenai kalian" Teriak Michael sambil terus mengayunkan pedangnya.3 hari berlalu sejak tumbangnya satu-satunya penyihir api, Callisto Andreash yang kini masih terbaring didalam tenda.dengan tidak adanya penyihir api dan sihir pemurnian monster yang sudah terbunuh kadang hidup kembali, hal tersebut cukup menyulitkan sehingga mereka hanya menyerang monster yang mendekati tenda para kesatria."S*alan, mereka tidak ada habisnya" Maki Michael sambil mengibaskan pedangnya yang berlumuran darah monster.Michael menatap grand duke yang terus mengayunkan pedang tanpa mengatakan apapun, beberapa kali ia melihat aura berwarna emas yang mengikuti ayunan pedang hitam tersebut membuatnya kagum.ia menatap pedang ditangan, Grand duke menyebutnya pedang suci Elvathan. Nama yang sama dengan nama pemilik sebelumnya Elvathan Hildegyan. 'padahal dalam buku sejarah, pedang suci hanya ada satu yaitu pedang
"Callandra?" Aku tersentak sejenak.Ayah selalu memanggil nama tengahku, tanpa ku ketahui alasannya. seorang pria yang selalu memakai topeng bahkan saat ia tertidur, Asrahan Andreash."Ya, Ayah?" Balasku sambil menatapnya penasaran."Kembalilah, putra mahkota terluka sangat parah akan lebih baik jika dia diobati di istana" Aku terdiam sejenak lalu mentap Michael yang terbaring dengan penuh luka."Aku akan tetap disini untuk mengurus sisanya, aku berencana mengirimmu kembali lebih awal agar tidak ada yang menyadari bahwa kamu menyusul" Ah, ini perihal usulanku untuk menyembunyikan kemampuanku."Apa kamu tidak masalah dengan teleportasi?" Aku mengangguk."Lain kali jangan terjun dalam bahaya karena aku masih bisa melindungimu setidaknya bergantunglah padaku" Ah. "Alasan kamu terjun langsung apa itu karena kamu sangat mencintai Tunanganmu?" Aku membelalakan mataku, aku menatapnya meskipun aku tak bisa melihat
"Hahaha dasar pria gila" Maki Callisto, begitu melihat Asrahan yang tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir keluar dari topengnya. "Ellyn, bisa kamu lepas topeng menjijikan ini" Faellyn langsung mengangguk dengan permintaan Callisto. Callisto tersenyum begitu melihat topeng tersebut terlepas dari wajah Asrahan dengan mudah. "Sudah kuduga,Ah Ellyn apa yang ayah katakan padamu? " Faellyn menatap Callisto lalu berpikir sejenak. "ah aku mendengar seperti ayah sudah berjuang sangat keras untuk memisahkanku dengan Michael, dan tentang menjelajah dimensi" Jelas Faellyn."Yah, aku bisa mengerti tapi itu tidak seperti yang kamu pikirkan" jelas Callisto. "kalau sudah begini mau tak mau kita harus mengundur kepulangan kita, Ellyn apa kamu keberatan?" Faellyn kembali menatap Callisto tanpa bereaksi apapun. "Bukankah kak Cal mahir dalam sihir? anda bahkan menerobos kuil dengan sihir" Callisto tersenyum dengan
"Apa yang membuatmu kembali begitu cepat Adrian?" sosok gadis yang tengah bersimpuh sambil menutup matanya tersebut menoleh lalu menatap Adrian dengan tatapan tajam lalu melunak diiringi senyuman yang manis terbentuk dibibirnya."Anita?" Adrian berjalan mendekati anita lalu memeluknya dengan sangat erat. "Bagaimana?" Lirih Anita tepat di telingga Adrian yang membuat Adrian melepaskan tangannya yang mendekap erat anita dan sedikit berjalan mundur. "Aku bertemu pria bertopeng itu, namun aku bertemu Faellyn disana" Anita berjalan keluar dari ruang doa diikuti Adrian yang membuntutunya tanpa diminta. "Faellyn ya?" Anita tersenyum."Dia memang menganggu" Lanjutnya dengan lirih sampai-sampai sulit didengar Adrian. "Anita?" Anita membalikkan tubuhnya menghadap Adrian lalu menatap matanya lurus. "Apa yang terjadi Adrian?" Ujar Anita sambil tersenyum sangat manis pada sosok pria didepannya.tanpa disadarinya telinga
"Yang mulia putra mahkota!" Teriak seorang kesatria begitu melihat Michael berjalan dengan wajah tertunduk dan seorang wanita ditangannya. "Panggil Callisto Andreash!" Perintahnya. mendengar hal tersebut Ruth, langsung mengangguk dan melaksanakan perintah sang tuan tanpa pentanyaan lebih lanjut. "Semuanya keluar!" perintah Michael bigut memasukki kamarnya. ia meletakkan Faellyn di kasur dengan hati-hati. "Akting anda cukup bagus Chael" Wajah kaku Michael melunak begitu mendengar suara Faellyn."Apa itu pujian?" Tanya Michael memastikan, Faellyn mengangguk pelan sambil tersenyum."Ellyn! " Faellyn menatap ke arah pintu. "Oh halo kak Call" Callisto dan Ruth yang semula berlari dengan sekuat tenaga kini mematung tidak percaya melihat Faellyn yang baik-baik saja tanpa luka sedikitpun. "Apa-apaan ini? " tanya Callisto yang tidak memahami situasi."Emm... sebuah permainan peran" ujar faellyn sambil tersenyum ke arah sang kakak yang dalam kondisi berantakan."Hahaha... " Tawa Callisto
"Ronald" bisik Faellyn tepat didepan Liontin yang dipegangnya didepan mulutnya, sekilas liontin tersebut terlihat sama dengan liontin yang diberikan Call padanya namun ada perbedaan diantara mereka. Liontin yang Call berikan kala itu mengandung kekuatan suci dan kini liontin itu kembali pada pemiliknya untuk membantu Call menekan kutukan Cranos sedang kan liontin ini mengandung kekuatan sihir yang memungkinkan penggunanya untuk memanggil siapa saja yang barada dikediaman Andreash yang sengaja dibuat Asrahan untuk melindungi Faellyn. "Senang bertemu anda kakak" Sapannya dengan sopan, Ronald yang sempat mengubah warna rambutnya kini kembali dengan rambut merah muda yang senada dengan warna bola matanya setelah mendapatkan ijin dari Faellyn. "Ronald, kenalkan beliau adalah putra mahkota Michael, dan Chael kenalkan ini adalah Ronald" Chael menatap tajam anak kecil didepannya, rasanya aneh menatap seorang anak berusia 15 tahun yang lebih dekat dengan Faellyn
"Yang mulia putra mahkota, Nona saintes meminta untuk menghadap anda, beliau menunggu anda diruang tamu" Michael sedikit tersentak, pasalnya ia tidak pernah mengundang sang saintes ke pesta apalagi keruang pribadinya."Apa kamu gila? Faellyn sudah menungguku kenapa kamu membiarkannya masuk seenaknya" Omel Michael pada Ruth, padahal Ruth sejak awal berada disamping Michael yang dapat dikatakan bahwa Ruth juga tidak mengetahui sejak kapan sang saintes berada diruang tamu. "Beliau mengatakan bahwa ini sangat penting berkaitan dengan Yang mulia putri mahkota" Michael menatap tajam sang penjaga yang mengatakan hal tersebut padanya, lalu menatap Ruth secara bergantian. Ruth mengangkat kedua pundaknya membuat, Michael sangat ingin menebas pundak tersebut."Ini pemaksaan" Keluh Michael, lalu berjalan keruang tamunya. "Saya menyapa yang mulia putra mahkota, semoga berkat Lorelia menyertai anda" Michael duduk tepat didepan sang saintes.
"Benar" Suasana menjadi hening, aku tidak pernah menyangka akan mendapatkan fakta semudah ini."Kenapa?" Ia hanya terdiam tanpa bereaksi apapun. "Ellyn apa kamu tau, aku tidak bisa merasakan perasaan manusia, meskipun ayah mengajariku sekalipun tidak ada yang berubah sama sekali, karena ayah... ", "Ayah tidak bisa merasakan perasaan manusia karena kutukan" potongku. "Ah, kamu sudah tau ya?" Benar itu yang tertulis dalam buku yang tak berjudul itu."Ellyn, mari temui ayah sekali lagi" Aku menatapnya tanpa bereaksi apapun. "Apa ayah menyegel ingatan saya seperti ayah menyegel kekuatan sihir Call?" ia mengeleng kecil. "Ayah menyegel ingatan semua orang" apa dia gila, menyegel ingatan semua orang apa dia dewa? "Sebenarnya ayah tidak perlu menyegel ingatan semua orang, karena saat kamu mengingat seluruh potongan ingatanmu ingatan semua orang tentang kehidupan yang berulang akan otomatis tersegel, namun ayah tidak ingin k
"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"~"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"~"Saya baik-baik saja, karena ada Chael disamping saya"Michael meneguk Sampanye ditangannya dalam sekali tegukan, suara Faellyn terus terngiang-ngiang dipikirannya sampai rasanya seperti orang gila yang langsung tersenyum kala mengingat satu kalimat itu. Namun ia cukup kesal karena kakak beradik Andreash itu kini tengah menjadi pusat perhatian karena melakukan dansa kedua bersamaan, meskipun dansa pertama Faellyn tetap milik Michael namun ia merasa tidak terima karena Sibling Andreash lebih menarik perhatian bangsawan daripada Putra mahkota dan tunangannya. "Kapan lagunya berhenti?!" Ruth menatap sang putra mahkota yang terlihat sangat siap untuk membunuh seseorang yang telah mencuri tunangannya."Yang mulia ini belum sampai satu menit sejak putri berdansa dengan Tuan muda Andreash" Jelas Ruth berdasarkan fakta secara real time.
"itu terjadi sekitar 16 tahun yang lalu ..." tundukku, aku tidak berani menatap mata emas Faellyn secara langsung. Aku tersesat saat mengikuti Duke ronan yang tengah berburu, Michel yang sakit-sakitan tidak pernah menghadiri perburuan sebagai gantinya aku yang menghadiri setiap undangan perjamuan maupun perburuan yang mengundang Michel. Saat itu hari semakin malam, aku yang berusia 4 tahun sangat takut berada ditempat yang sangat asing bagiku, aku yang ketakutan menangis berharap ada seseorang yang mendengar tangisanku dan menemukanku. Namun yang datang bukanlah seseorang yang ingin menjemputku melainkan binatang buas yang siap memangsaku. Aku berlari sambil terus berteriak meminta tolong, cukup lama aku berlari, sampai pada akhirnya aku tiba diujung jurang. Aku terpojok dan ibumu menyelamatkan" aku menjeda ceritaku. "ibumu menitipkan bayi kecil berusia 1 tahun padaku, beliau juga memberi perlindungan kekuatan suci dan menu
"Ayah apa anda tidak akan ikut dalam parade?" Callisto menatap sang ayah yang kini mengarahkan kudadanya untuk menjauh dari rute parade. "Tidak, jangan kembali sendiri"~terjemah (Jangan kembali sendiri tanpa adikmu, apapun yang terjadi kamu harus membawa adikmu kembali bersamamu) Callisto tersenyum masam."Saya akan berusaha" sanggupnya sambil melihat kuda yang ditunggangi Asrahan yang kian menjauh."Callisto Andreash!" Ia terkejut lalu menoleh ke sisi lain. "Putra mahkota? " spontannya lirih. "Apa grand duke... ", "Ayah sedikit lelah karena terlalu lama menahan barier" Tegasnya memotong pertanyaan sang putra mahkota lalu memacu kudanya melewati putra mahkota.Meskipun itu sebuah kebohongan karena sebenarnya Asrahan hanya malas memperlihatkan dirinya didepan publik, apalagi bangsawan. Michael menatap Asrahan yang memacu kudanya menjauh dari rute parade. "Begitu ya... Beliau berusaha sangat keras"
"Kamu sudah berkerja keras" Aku tersenyum formal dengan pujian yang kaisar berikan padaku. Seminggu berlalu semenjak prosesi pemakaman Michel, istana kekaisaran kembali disibukkan dengan perkerjaan yang membuat setiap orang tidak dapat bersedih berkepanjangan."Anda terlalu memuji baginda, kalau begitu saya akan kembali" Pamitku dengan hormat. Nani, Michel, Michael benar-benar kehilangan orang-orang disampingnya. Tentang makam Nani, aku sudah memperbaikinya dan soal nama Chael yang ditulis mendiang Michel akan dijelaskan baginda saat Chael sampai dan itu sekitar besok pagi menjelang siang hari. Ah lalu, aku tidak mendapat jawaban dari ayah tentang ijin pernikahanku dengan Michael. "Fae?" Ah, aku mematung. Apa aku gila? bagimana mungkin aku mendengar suara Chael sekarang?"Fae? apa kamu tidak merindukan ku? " Ah. Tangan?"Chael?" ia mendekapku sangat erat, entah mengapa aku merasa senang ia kembali
"Kakak ipar?" Aku sedikit tertegun. Gambaran aneh saat Kaisar menyentuh pundakku adalah kematian kaisar, kematian yang sama dengan karya aslinya. "Kalau begitu saya akan kembali ke istana saya" Pamitku, aku keluar tanpa menunggu jawaban Carlios, entah sejak kapan aku mulai terbiasa dengan sikap kurang ajarku terhadap Carlios. "Surat yang kaisar berikan padaku, membuatku sangat penasaran namun sebelum itu ada hal yang harus ku lakukan. "Tania, apa kita bisa memasuki hutan terlarang?" Tania menatapku sejenak. "Saya bisa memasukinya putri, apa perintah anda" Bagus, orang-orang Andreash memang tidak mengecewakan. "Pergilah saat malam hari tanpa ketauan, cari makam bernama 'Nani' apa kamu mengerti?" Tania mengangguk paham dengan apa yang ku bisikkan padanya. "Adel, Layani Putri mahkota" Sinis Tania lalu keluar dari kamarku."Keluarlah, bawalah buku-buku ini padaku" aku memberikan kertas padanya. "Bai