“Tega kamu, Lisa! Jahat kamu sama orang tua. Ibu ini sudah tua waktunya bahagia. Kenapa kamu malahan begini. Andaikan kamu merasa Ibu mertuamu ini bersalah kan, kamu bisa memaafkan Ibu. Semua manusia di dunia ini tidak ada yang luput dari kesalahan Lisa. Toh, kesalahan Ibu hanya menyuruh Eko menikah lagi, jika kamu tidak suka Eko bisa menceraikan madumu dan memilih tetap tinggal bersama kamu. Bukan begini malah kamu adukan pada orang tua. Itu sama saja kamu membunuh Ibu,” ujar mertuaku lagi. Beliau terlihat sekali panik.“Apa Ibu bilang? Tak segampang itu aku mengobati luka hatiku, Bu. Aku tahu manusia di dunia ini semua melakukan kesalahan. Aku akui bahwa aku pun banyak salah, tapi untuk penghianatan dalam rumah tangga aku tidak mau memaafkan, Bu. Aku bukan wanita tegar berhati baja yang mampu menerima suaminya menikah lagi. Dan apa kata Ibu tadi, Mas Eko mau menceraikan maduku? Tidak segampang itu, Bu. Pernikahan bukan untuk mainan setelah puas lalu dicampakkan. Lebih baik aku yang
Tok! Tok!“Bu, di bawah ada polisi. Bapak meminta Mbok untuk manggil Ibu,” kata Mbok Wati saat kubuka pintu.“Emang polisinya nyariin aku, Mbok?” tanyaku. Mbok Wati hanya geleng-geleng kepala.“Sepertinya sih, tidak Bu. Karena polisinya membawa bapak, tapi bapak belum mau ikut kalau belum bertemu Ibu, jadi saya disuruh untuk manggil Ibu.”“Biarkan saja Mbok, aku enggak mau turun. Bilang saja sama bapak kalau aku lagi tidur. Malas berurusan sama mereka Mbok, bikin kepala pusing lagi pula polisi itu biarlah yang ngurus nanti orang lain saja.”“Baik, Bu!” Kupandangi punggung Mbok Wati hingga menghilang saat menuruni anak tangga.Kutarik nafas perlahan lalu menghembuskannya dengan kasar. Setelah ini aku pastikan akan terjadi keributan lagi di rumah ini.Ibu dan juga para maduku itu pasti tidak akan terima jika Mas Eko masuk penjara. Mereka akan merengek terutama ibu akan memaki bahkan memaksaku untuk membebaskan Mas Eko.Aku tahu sih, perkara ini lumayan sulit untuk kasus perampokan di
Kleek!Handle pintu kubuka. Ibu duduk lemas di lantai seraya menggedor-gedor pintuku. Pantas Ibu kuat dan lama menggedor-gedor pintu kamarku rupanya beliau duduk di bawah. Melihatnya begitu aku merasa kasihan, tapi aku pun kesal dan sebal padanya. Bagaimana tidak, Mas Eko itu sudah tua, sudah punya anak, bahkan istrinya banyak harusnya biarkan saja dia memikirkan jalan keluarnya sendiri tidak semua harus ibunya yang menghandle. Apa otaknya tidak dipakai! Apa dia tidak kasihan pada ibunya. Dasarnya mereka berdua memiliki sifat yang sama dan ini benar-benar membuatku jengah.“Lisa, tolong Ibu. Keluarkan Eko dari penjara. Ibu yakin kamu tidak benar-benar marah padanya. Walau bagaimana pun juga dia adalah suamimu yang membersamai sejak kalian tidak punya apa-apa. Untuk kesalahan Eko, lupakanlah untuk sementara yang terpenting Eko keluar dulu dari penjara. Kamu tahu kan, Lisa, di penjara itu tidak enak dan orang-orangnya juga kejam. Ibu pernah lihat di TV kalau orang yang baru pertama ka
“Ya, benar itu aku pun tidak mau kehilangan A’ Eko. Walau bagaimana pun juga aku ini adalah istri yang paling disayang oleh A’ Eko. Sungguh aku tidak tega kalau melihat A’ Eko masuk penjara begitu. Ayolah Lisa, enggak usah semakin membuat kami emosi lakukan saja apa permintaan kami. Beres kan? Ingat ya, keluarin duit untuk seorang suami itu nanti bakalan diganti lebih banyak oleh Tuhan. Kamu enggak usah khawatir Lisa, benar kata Ibu hanya duit puluhan juta saja sisanya pasti masih banyak!” sahut Rara lagi dengan jurus ceramahnya.“Benar-benar ya, kalian berdua ini tidak punya otak! Kalian pikir duit puluhan juta itu jumlahnya sedikit? Lebih baik aku sedekahkan ke panti asuhan dari pada aku pakai untuk ngeluarin Mas Eko dari penjara. Punya otak itu dipakai untuk berpikir bukan malah kalian taruh dengkul! Aku ngumpulin uang dari 0 demi masa depan. Ini malah kalian seenak jidat minta uang padaku. Sudahlah sana kalian pergi aku tidak ada waktu untuk meladeni kalian. Oh, ya, mana tadi si T
“Ya, sudah kalau enggak mau. Maaf ya, aku enggak punya banyak waktu untuk melayani kalian!” Segera kututup kembali pintu kamarku lalu kukunci. Ibu kembali menggedor-gedor seraya berteriak-teriak disertai sumpah serapahnya. Terserah saja dia bukan ibu kandungku. Sumpahnya tidak akan mempan. Lebih baik aku nonton drama Korea full volume agar ocehan dan teriakan ibu tidak terdengar.Sebenarnya mudah bagiku untuk langsung to the point memberitahu bahwa sertifikat rumah ibu ada padaku, tapi tidak aku lakukan agar ibu mau memikirkan ulang tentang tawaranku tadi. Lagi pula kalau langsung kuberitahu takutnya ibu pingsan karena beliau tidak akan pernah menyangka bahwa rumahnya pun dalam keadaan tidak aman.Jika rumah Rara dijual dan aku bisa cari pembelinya uangnya akan aku pakai untuk menutup bank tagihan rumah ini. Kalau diingat aku sakit hati sekali. Rumah yang kuperjuangkan dan kubeli dengan keringatku tahu-tahu sudah di sekolahkan sertifikatnya ke bank demi ambisinya. Mas Eko enak saj
“Iya, Bu. Mbok akan jaga rahasia ini. Sebenarnya Mbok juga kasihan sama Ibu, tapi Mbok tidak bisa berbuat apa-apa selain menjadi tangan kanan Ibu yang jika Ibu butuhkan selalu siap sedia dan cuma bisa mendoakan. Hanya itu yang bisa Mbok lakukan. Kalau Mbok orang kaya pasti Mbok sudah kasih uang ke Ibu untuk menebus rumah ini. Bagaimana pun juga Ibulah yang mengangkat derajat keluarga Mbok. Berkat kerja di sini dan digaji besar sama Ibu, jadi ekonomi keluarga Mbok membaik. Anak-anak Mbok tidak jadi putus sekolah bahkan masih Ibu bantu bayar kuliahnya. Rasanya Mbok seperti manusia yang tidak berguna disaat orang yang Mbok kasihi punya banyak masalah kok, tiidak bisa melakukan apa pun.”“Mbok, tidak sepatutnya bilang begitu. Apa yang aku kasih ke Mbok selama ini tidak lebih dari usaha Mbok karena Mbok pun sudah bekerja dengan baik di sini. Maka sudah sepantasnya aku memberikan itu semua pada Mbok, jadi Mbok tidak usah merasa bersalah yang penting sekarang adalah Mbok selalu support aku
“Iya-iyaaaa ... aku yang mecahin kaca jendelanya! Puas kamu!” Rara mengakui perbuatannya dengan menantang. Dasar tidak tahu diri. Lihatlah bahkan tatapan matanya seperti siluman ular. Dia yang salah, tapi justru dia yang seperti berkuasa di sini dasar wanita jalang!“Rara, kamu apa-apaan sih, bikin masalah aja bukannya kasih solusi gimana caranya agar kita itu bisa membebaskan Eko, ini kamu malah bikin ulah lagi. Kenapa sih, kamu itu enggak bisa duduk diam. Mikir ini otakmu. Bukan kasih solusi yang benar malah mecahin kaca jendela,” omel ibu seraya menoyor kepala Rara.“Iya, habisnya aku kesel Bu, sama si perempuan tidak tahu diri itu. Sudah jelas-jelas A’ Eko dibawa polisi di penjarain, eeh ... dia malah enak-enakkan di kamarnya. Tidur tidak tahu waktu dan malah nonton drama Korea segala. Harusnya ‘kan sebagai istri tua, dia mencari solusi untuk masalah kita bukan malah enak-enakkan tidur!” jawab Rara. Dia berkacak pinggang, tangannya menuding-nuding wajahku.“Iya, kamu ada benarny
“Geser dikit sana, Sa!” pintaku pada Salsa yang duduk tempat bersebelahan dengan si pelakor.“Apaan sih, Teh, itu juga ‘kan di sana masih kosong dekat Teh Ocha. Kok, nyuruh-nyuruh aku geser. Teh Lisa, ganggu aja deh! Aku lagi ngerjain tugas ini!” protes Salsa. Oh rupanya dia sedang mengerjakan tugas kampus? Syukurlah. Aku kira sejak tadi dia sok cuek karena asyik berbalas pesan dengan pacarnya. Ya mudah-mudahan saja Salsa kuliah dengan benar agar dia bisa lulus cepat setelah itu kerja membahagiakan ke dua orang tuanya. Tapi, meski Salsa ngomel-ngomel dia mau geser juga. Kini posisi dudukku tepat di sebelah pelakor ini. Badannya wangi sekali seperti loundry, tapi aku tahu ini parfum murahan. Berapa botol yang dituangkan ke badannya sampai menyengat begini.Aku amati sekali lagi kalung yang melingkar di leher jenjangnya. Pakaiannya sangat terbuka bahkan dadanya separuh terlihat. Pantas saja bapaknya Teh Ocha sejak tadi curi-curi pandang ke arah sini rupanya dia memperhatikan Si Rara.
POV Lisa. ***“Ibu, aku ada di mana? Di mana Via da Bapak?” tanyaku pada ibu yang sedang mengaji di sampingkuAku pindai ruangan ini dan sekarang aku paham aku ada di mana seingatku memang aku pingsan rupanya aku dirawat di sini.“Alhamdulillah ... Nak, kamu sudah sadar. Bapak ada di luar. Via juga ada di luar sama Mbok. Alhamdulillah sadar, Ibu senang sekali. Kamu pingsan terlalu lama Lisa, sampai membuat Ibu khawatir. Jangan tinggalkan Ibu, ya, Nak, kita hadapi ini sama-sama kalau kamu sakit begini Ibu juga ikut sakit. Kalau kamu lemah, Ibu lemah tidak bisa berbuat apa-apa, tapi kalau kamu kuat menghadapi, Ibu akan jauh lebih kuat lagi. Lisa, maafkan Ibu. Sungguh maafkan Ibu selama ini tidak jadi orang tua yang perhatian padamu sampai-sampai masalah seperti ini harus kamu telan sendiri. Ayo, Sayang, bangkit anak Ibu yang cantik anak ibu yang kuat. Tetaplah bersama Ibu, tetaplah menjadi kebanggaan Ibu yang tidak pernah takut apa pun di luar sana. Ibu akan selalu ada di sampingmu sam
POV Lisa. ***“Ibu, nggak usah kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. Kalaupun orang tuanya teh Ocha mau mengatakan sesuatu ya, biarkan saja dulu berbicara setelah selesai berbicara baru Ibu menyangkalnya tidak begini. Namanya nggak sopan,” kataku.“Mungkin ini akan terdengar aneh, tapi kami harus mengungkapkan kebenarannya. Neng Lisa maafkan Ibu selama ini menyembunyikan padahal sebenarnya awal dari kedatangan kami ke sini ingin memberitahukan kebenaran ini pada Neng Lisa, tapi yang ada banyak sekali kendala-kendalanya dan mungkin hari ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kami untuk mengatakan sejujurnya. Perlu Neng Lisa dan keluarga tahu bahwa Ocha benar-benar istrinya ke dua Eko. Sedangkan Rara istri ketiganya Eko jelas,” bapaknya Teh Ocha.Ibuku jangan ditanya beliau langsung ambruk jatuh ke lantai,meski tidak pingsan, tapi aku yakin hatinya hancur mendengar kejujuran ini semua.“Kenapa begini? Kenapa rumah tangga anakku jadi begini sakit sekali aku mendengarnya. A
POV Lisa. *** “Lapor sana, lapor cepetan aku tidak akan pernah takut! Asal kamu tahu saja ya, perempuan murahan, pezina macam kamu bisa dipenjara. Perselingkuhan yang kamu lakukan dengan Eko bisa kena pasal dan kamu akan membusuk di penjara bersama Eko! Paham kamu?!” teriak ibuku tepat di depan wajahnya Rara sampai dia mundur matanya dan wajahnya merah aku tahu Rara ketakutan. “Jangan sok tahu Ibu tua. Aku dan A Eko itu melakukannya atas dasar suka dan sama suka, jadi tidak ada yang bisa memisahkan kami dan begitu dengan kamu tidak akan pernah bisa memenjarakan kami,” jawab Rara. “Dasar perempuan bodoh! Selain bodoh kamu juga norak. Perselingkuhan zaman sekarang bisa dipenjarakan. Oh, ya, aku baru tahu kalau ternyata seleranya Eko rendahan begini. Lihat besan selingkuhannya Eko bahkan tidak lebih baik daripada Lisa. Udik sudah seperti jemuran jalan nggak jelas begitu. Pokoknya aku mau Eko dan Lisa pisah,” ucap ibuku. “Terserah kamu saja Besan yang penting aku juga tetap pada pendi
POV Lisa. **** “Bahkan perempuan yang duduk di seberang Ibu yang diperkenalkan sebagai saudara itu adalah maduku,” kataku lagi. Perih sekali aku harus mengatakan jujur kepada kedua orang tuaku, tapi di sisi lain aku plong karena merasa berhasil mengeluarkan racun yang ada di dalam dadaku. “Apa!” teriak ibuku. “Be—san ... ini masuknya gimana, ya, tolong jelaskan pada kami!” bentak bapak. “Tidak ... ini pasti Lisa dan Besan sedang ngeprank kan, bentar lagi kan Ibu mau ulang tahun jadi pasti kalian bikin surprise kan?” kata ibuku sepertinya beliau memang belum bisa menerima kenyataan ini, tapi air mata sudah membasahi pipinya. “Tenang dulu Bu, kita minta penjelasan mengenai ini dari Besan dan juga Lisa,” sahut Bapak seraya mengusap bahu ibu. “Bapak, tahu ‘kan kalau mereka biasanya memang suka bikin kejutan begini. Bikin hati orang tua cemas ujung-ujungnya nge-prank seperti yang sering kita lihat di YouTube itu loh, Pak dan ujung-ujungnya kita dapat hadiah. Iya, kan, Lisa?” kata i
POV Lisa.****“Iya, Besan memang aku yang melarang Lisa untuk memberitahukannya pada kalian karena kami pikir bisa menyelesaikannya. Kasihan kalian juga kan, kalau terbebani dengan masalah anakku. Sudah kukatakan tadi bahwa anakku di sini posisinya bersalah Aku malu jika harus memberitahukan padamu. Aku juga yang mewanti-wanti Lisa agar tidak memberitahukan bukan kami tidak menghargai Besan, tapi sebenarnya malu," jawab ibu mertua aku beliau pasang muka sesedih mungkin.Bapak menatapku meminta penjelasan. Aku mengangguk saja karena memang aku tidak perlu menjelaskan apa-apa. Biarkan saja Ibu mendramatisir apa yang terjadi itu tidak akan pernah merubah keputusanku nantinya jadi aku bebaskan saja Ibu mengarang cerita.“Tapi, ya, enggak boleh gitu juga lah besan. Kita ini kan, keluarga jadi mau sekecil apa pun permasalahan kita harus berdiskusi apalagi ini sampai di penjara loh, si Eko dan sampai dihajar bahkan kritis begitu. Kita bisa menuntut yang menghajar Eko jangan mau kita diinjak
POV Lisa. ***“Ibu sama Bapak cuma berdua aja si Via nggak nangis kan, Bu," tanyaku mengalihkan pembicaraan. Aku muak mendengar ucapan manis mertuaku yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.“Eggak ... tadi sih, sama Mbok lagi mainan boneka. Happy kok, Ibu sama Bapak ke sini juga nggak sendiri sama saudara besan loh, tadi ketemu di depan rumah si Lisa. karena mereka kaget Eko ada di rumah sakit ya, sudah akhirnya kami ajak ke sini," jawab ibuku. Sementara Salsa dan mertuaku terlihat kaget aku pun sebenarnya iya, tapi mencoba bersikap biasa saja. Saudara yang dimaksud orang tuaku pasti itu Teh Ocha dan kedua orang tuanya kalau begitu moment ini sungguh sangat istimewa. Aku tidak akan menyia-nyiakannya. Saatnya aku membongkar kebusukan mertua dan suamiku di depan orang tuaku.“Saudara yang mana besan? “tanya mertuaku sok tidak tahu. Padahal dari matanya jelas terbaca beliau sangat panik.“Si Ocha sama orang tuanya tapi tadi lagi izin ke toilet katanya kebelet. Oh, ya, Eko sakit apa
POV Lisa. ***Aku benar-benar tidak menduga bahwa dia otaknya konslet bahkan lebih konslet dari Teh ocha. Ya, Tuhan beginikah selera suamiku? Selera seorang berpendidikan tinggi sungguh turun derajat sekali karena sewaktu dulu kuliah Mas Eko itu termasuk lelaki yang benar-benar pemilih kualitas perempuan giliran selingkuh kok, sama remahan rengginang begini. Astagfirullah dan itu menjadi sainganku kalau diladenin mungkin sampai lebaran monyet tidak akan berhenti. Ya, lebih baik aku diam saja malas ngeladenin orang-orang yang otaknya lebih konslet daripada Teh Ocha.“Diamkan kamu nggak usah balas ucapanku. Makanya kalau mau ngomong itu ngaca dulu kamu itu siapa? Ih ... malas banget meskipun kata Eko kamu adalah wanita yang paling berjasa dalam hidupnya, tapi kalau soal yang lain contohnya soal ranjang A Eko selalu memujiku bawa aku adalah yang terbaik,” kata Rara seraya mengibaskan rambut pirangnya.Astaghfirullahaladzim aku mimpi apa ya, bisa berhadapan dengan pelakor model begini. S
POV Lisa. ***“Puas kamu, Lisa, udah buat anak Ibu begini. Pokoknya kamu harus mempertanggungjawabkan semuanya. Lihatlah sekarang Eko kritis. Ibu benar-benar kecewa sama kamu," ucap mertuaku begitu melihat kedatanganku. Untung saja Via tidak aku ajak karena situasi di sini sangat tidak kondusif. Mertuaku bahkan berusaha menyerangku.“Puas banget tuh, aku kira datang ke sini Mas Eko tinggal nama ternyata masih ada orangnya, ya, meskipun dalam keadaan kritis," jawabku pasti mereka semua tidak akan pernah menyangka bahwa aku akan menjawab seperti itu bahkan orang-orang sampai melongo.“Apa kamu bilang, dasar ya, kamu itu istri nggak tahu diri suami sekarat malah Alhamdulillah, benar-benar ya kamu kurang seons otaknya pantas aja dia pergi ninggalin kamu lihatlah, Bu, menantu yang Ibu bangga-banggakan ternyata begitu kan? Licik dan jahat. Bahkan dia mendoakan suaminya meninggal," sahut Rara. Aku hanya tertawa saja mendengarkan ocehannya. Terserah mau ngomong apa aku tak peduli.“Teteh kay
POV Lisa. *** “Ya, mau bagaimana lagi Ibu juga khawatir, tapi kalau kita pergi malam ini lebih mengkhawatirkan keselamatan kita. Duh, tiba-tiba kepala Inu jadi pusing begini memikirkan sesuatu yang terjadi semuanya secara tiba-tiba,” keluh mertuaku. “Ayo, Mbok kita pergi dari sini aku nggak mau lagi mendengarkan perdebatan mereka!" ajakku pada Mbok, lalu kumatikan lampu agar mereka benar-benar pulang. “Tuh, kan, lampunya mati lagi, Bu. Sudahlah Ayo, kita pulang!" teriak Salsa. Sampai kamar aku menimbang-nimbang apa yang harus aku lakukan. Sejujurnya aku sedikit khawatir pada Mas Eko. Pasti sakit maag-nya kambuh lagi sampai dia dibawa ke rumah sakit begitu. Mas Eko itu orangnya milih-milih soal makanan sedangkan di penjara pasti makan seadanya dan Mas Eko nggak mau makan itu sebabnya dia sakit. “Apakah besok Ibu akan jenguk pak Eko?" tanya Mbok Wati. Aku menggeleng saja belum tahu apa yang akan aku lakukan besok. “Mbok, jadi curiga jangan-jangan Bapak dipenjara digebukin sama na