Clara membuka matanya perlahan. Mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya lampu ruangan. Hal yang pertama kali Clara rasakan adalah pusing, degup jantungnya yang berdebar, dan seluruh tubuhnya yang terasa begitu sakit.Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam ruangan. Beberapa orang memeriksa kondisinya. Dan alat yang melekat pada tubuh Clara mulai di lepaskan.“Nona, Clara. Kau sudah sadar?” tanya salah seorang dari mereka.Clara mengeryitkan dahinya, merasa heran dengan keadaan di sekitarnya. Apa yang telah terjadi? Mengapa dirinya bisa berada di dalam ruang rawat seperti ini. Dan siapa itu … Clara?Tidak lama kemudian, seorang pria menyusul masuk ke dalam ruangan Clara. Pria itu tampak sangat tidak asing bagi Clara. Namun mengapa Clara tidak bisa mengenalinya. Siapa dia? Pria tersebut semakin mendekat. Membaca hasil laporan keadaan Clara. Dan kini dia berbincang dengan seorang dokter.“Bagaimana keadaanmu saat ini, Clara?” tanyanya, dan membuat Clara sem
Sudah dua minggu semenjak Clara di rawat di rumah sakit. Sudah dua minggu pula Aland tidak pernah datang mengunjunginya. Setiap hari hanya ada Jonathan yang datang menemuinya untuk menanyakan kondisi Clara. Dokter tampan itu tidak pernah absen melakukannya.“Bagaimana kondisimu hari ini, Clara?” tanya Jonathan seraya melihat hasil laporan kesehatan Clara.“Aku sudah baik-baik saja.” Jawabnya dengan senyuman. Hari ini wajah Clara tampak cerah dari sebelumnya.“Baguslah. Kau sudah boleh pulang hari ini.”Seketika Clara terdiam sejenak dan berkerut heran. Pulang? Kemana dia akan pulang. Clara bahkan tidak mengingat namanya sendiri jika Jonathan tidak memanggilnya dengan nama ‘Clara’ setiap hari.“Kemana aku harus pulang?” tanya Clara. Membuat Jonathan seketika menatap ke arahnya.Selama Clara berada di rumah sakit. Tidak ada satupun orang yang datang menjenguknya. Bagaimana dengan keluarga Clara? Apakah dia seorang yatim piatu? Baiklah, mungkin itu masuk akal. Tapi mengapa Jonathan, dokt
Apa benar jika aku adalah istri Aland?Hanya pertanyaan itu yang terus terngiang-ngiang di dalam pikiran Clara. Clara sendiri masih tidak yakin dengan hal itu. Entah semua ini karena dia kehilangan ingatanya, atau memang ada hal yang lain. Karena jelas tubuhnya selalu menolak akan kehadiran Aland.Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Clara dan Aland sudah melewati makan malam bersama. Dan Clara sendiri sudah kembali ke dalam kamarnya. Sementara Aland, Clara tidak tahu kemana perginya pria yang mengaku sebagai suaminya itu.Clara beranjak dari peraduanya. Dia beringsut turun untuk berjalan dan melihat-lihat setiap sudut kamar. Di dalam laci, meja rias, dan juga kamar mandi. Semuanya terlihat biasa saja. Bahkan sangat aneh karena Clara tidak bisa menemukan kenangan apapun bersama Aland. Sangat berbeda dengan foto yang dia temukan sebelumnya.Sementara di ruangan lain, yaitu ruang keamanan. Aland terus memperhatikan gerak-gerik Clara. Pria tampan itu masih belum terlalu yakin jika
Clara terus teringat mimpinya semalam. Itu terasa begitu nyata, dan seperti bukan mimpi. Apakah itu adalah salah satu bagian dari ingatan masalalu Clara yang hilang? Jika ya, maka siapa tiga anak itu, dan siapa wanita yang begitu kejam menyiksa salah satu dari mereka.“Kau menginginkan apa sebagai sarapanmu, Nona?” tanya seorang pelayan yang seketika membuyarkan lamunan Clara.Kini dia tengah duduk di meja makan bersama Aland yang duduk di depannya. Aland tengah sibuk dengan tablet di genggamanya. Sementara di atas meja, sudah tersaji beberapa menu sarapan yang telah koki dan pelayan mansion persiapkan.Setelah memakan makanan rumah sakit yang cukup hambar, melihat makanan di atas meja tentu saja membuat Clara tergiur dan merasa lapar. Terlebih lagi, pikirannya sangat menginginkan itu. Aneh. Perasaanya menunjukan jika makanan di atas meja adalah makanan yang sangat lezat dan mustahil Clara dapatkan. Namun bukankah Clara adalah istri Aland? Istri dari seorang pria kaya. Tapi kenapa di
“Aland, aku mohon … Aku memiliki alasan untuk itu.” lirihnya dengan isak tangis.Aland bukan seorang pria yang akan memberikan sebuah toleransi. Apalagi hal itu menyangkut masalah prinsip hidupnya. Bahkan kepada Helena sekalipun, wanita yang jelas-jelas dulu Aland kasihi. Aland sendiri tidak akan segan kepadanya.“Katakan.”Ada sekilat senyum dan senang pada raut wajah Helena. Meskipun dia berusaha menutupinya dengan raut wajah penyesalan. Wanita memang sangat licik. Kita tidak bisa menilai seseorang dari luar, dan kita juga tidak akan pernah tahu isi hati seseorang.“Aku akan menjelaskannya dengan sangat detail, Aland. Aku berjanji.” Helena pikir akan sulit membujuk Aland kembali, namun ternyata hal itu sangat mudah. Ckck! Seseorang memang akan buta jika menyangkut cinta. Helena merasa jika Aland mencintanya. Dan kini, Helena sudah bersiap menjelaskan beberapa alasan yang sudah dia persiapkan sebelumnya.“Aku-, aku melakukan itu karena ….” Dia terdiam dengan menampilkan ekspresi gug
Clara beranjak dan berlari kecil untuk melihat siapa yang baru saja berjalan melewatinya. Ternyata itu memang Aland. Pria tampan yang mengaku sebagai suaminya itu masuk ke dalam satu ruangan yang Clara tidak tahu apa isi ruangan tersebut.Tiba-tiba ada seorang pelayan wanita yang lewat dengan membawa nampan dengan satu cangkir coffe. Clara yakin jika itu di siapkan untuk Aland. Seketika Clara memberhentikannya dan mengambil alih nampan berisikan cangkir coffe tersebut.“Nona-”“Biar aku saja yang mengantarkanya.” ucap Clar lalu berjalan menuju ruangan Aland. Sementara pelayan itu terlihat sangat resah. Karena ini tak lain merupakan tugasnya. Bagaimana jika Clara melakukan kesalahan? Dan tentu saja pelayan tersebut yang akan terkena hukuman dari tuan mudanya. Lord! Semoga semuanya akan baik-baik saja.Clara mengetuk pintu perlahan, lalu tak lama terdengar suara Aland yang mempersilahkannya untuk masuk. Wanita cantik itu membuka pintu kemudian masuk ke dalam ruangan Aland. Sementara di
Clara beringsut turun dari ranjangnya dan keluar kamar untuk mengambil satu gelas air putih. Namun ketika baru saja dia keluar dari kamarnya, langkahnya langsung terhenti ketika dia melihat seorang wanita cantik yang baru saja keluar dari ruangan Aland.Tidak mau bertanya-tanya dan berprasangka buruk, Clara langsung berjalan untuk menghampirinya sebelum wanita cantik tersebut pergi terlalu jauh.“Tunggu.” seru Clara, dan seketika membuat wanita cantik itu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arahnya.Clara berjalan mendekatinya lalu bertanya. “Siapa kau? Mengapa kau berada di sini dan keluar dari ruangan suamiku?” tanyanya dengan nada yang sedikit canggung. Dia tidak menampilkan raut wajah heran, malah sebaliknya. Clara bertanya dengan sopan. Dia hanya takut akan menuduh orang lain tanpa alasan.Sementara dia malah menatap Clara dengan tatapan heran. “Kau belum tidur?” tanya seseorang yang suaranya terdengar sangat tidak asing bagi indera pendengaran Clara.Clara langsung menolehk
Di dalam ruangan khusus. Beberapa pelayan tengah berjejer dan Aland berada di hadapan mereka. Tidak usah di tanya apa alasannya kenapa Aland mengumpulkan mereka di dalam satu ruangan. Alasanya sudah sangat jelas. Beberapa pelayan itu tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Siapa yang terakhir menjaga Clara, hingga wanita cantik itu keluar dari kamarnya tanpa sepengetahuan siapapun. Bagaimana dengan pelayan yang bertugas hanya untuk mengisi air minum di dalam gelasnya? Bagaimana dengan keamanan di mansion Washington? Siapa yang terakhir kali menjaga ruang keamanan dan melihat Clara sebelum dia di temukan pingsan? Semua itu sangat di pertanyakan Aland.“Tidak becus!” geram Aland dengan suara yang lantang. Sudah di pastikan jika ruangan khusus yang dia pakai kedap suara.Dan semua yang berada di sana akan mendapatkan hukuman yang setimpal.Sementara di sisi lain. Clara tengah duduk di atas ranjangnya sembari di periksa oleh Jonathan untuk yang kedua kalinya, dengan di bantu oleh beberap
Happy Reading …. Clara baru saja kembali dari ruang rapat, sebelum masuk ke dalam ruangan sekretarisnya mengatakan jika Aland sedang menunggunya. Clara langsung masuk ke dalam ruangan, melihat pria yang sedang berdiri menatap keluar dinding kaca.“Sepertinya kau memiliki banyak waktu senggang,” ucap Clara seraya menghampirinya.Aland berbalik, menyambut Clara dengan pelukan hangat. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa tidak merindukanmu.”Clara tersenyum. “Mulutmu itu sangat manis.”“Aku tahu, karena itu kau sangat menyukainya, bukan?” goda Aland.Clara berdecak, melepaskan pelukannya pada tubuh Aland. “Jangan membicarakan hal seperti itu di dalam ruanganku.”“Baiklah, Nyonya Clara.”Kemudian, Clara duduk di atas sofa dan Aland mengikutinya. Dia menuangkan teh ke dalam gelas, lalu memberikannya kepada Aland.“Aland, apa kau tidak sibuk?” tanya Clara.“Aku menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat hari ini, dan aku juga tidak memiliki pertemuan penting.”Clara melihat arloji yang melingka
Happy Reading ….“Clara, apa kau sudah selesai bersiap?” teriak Aland dari dalam kamar.Clara sedang berada di dalam walk in closet, wanita cantik itu tengah berdandan, memoleskan make up pada wajahnya. Malam ini, mereka akan hadir di pesta pernikahan William. Dan Clara sudah berdandan sangat lama hampir satu jam penuh. Membuat Aland bosan menunggunya.“Aku sudah selesai,” ucap Clara seraya keluar dari ruangan pakaiannya.Clara mengenakan sebuah gaun berwarna peach tanpa lengan, berpadu cantik dengan higheels yang di kenakannya. Rambut legamnya yang terurai semakin memperindah penampilannya malam ini.Aland beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Clara lalu meraih pinggang ramping wanita cantik itu. “Baby, kau sangat cantik. Apa malam ini kau berencana memikat para pria?” goda Aland.“Aku tidak ingin memikat mereka. Tapi mereka sendiri yang akan terpikat olehku,” ucap Clara dengan bangga.Aland tersenyum, mencium ceruk leher istrinya. “Kau sangat cantik. Aku tidak senang jika orang
Happy Reading ….Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamarnya masing-masing. Kini Clara sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, sementara Aland masih sibuk dengan macbook di atas pangkuannya.Seketika Clara teringat dengan sebuah undangan pernikahan yang Jessie berikan padanya kemarin. Karena sibuk dengan pekerjaan, Clara belum sempat untuk memberitahunya kepada Aland.Setelah mengikatkan mantel tidurnya, dia pergi menuju walk in closet dan mengambil tas yang kemarin dia pakai. Mengambil sebuah undangan dari sana, lalu kembali ke dalam kamar dan menemui Aland.“Aland, ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”“Katakan, Clara,” ucap Aland tanpa mengalihkan pandangannya dari layar macbook.Clara berdecak samar, duduk di samping Aland lalu mengambil macbook tersebut dan menggentikannya dengan sebuah undangan yang dia bawa. Kemudian Aland membuka undangan itu, dan membacanya.“Kemarin Jessie memberikannya padaku,” tutur Clara.Aland menyimpan undangan tersebut ke
Happy Reading ….Wanita cantik itu melenggang masuk ke dalam mansion, menaiki anak tanggan dan pergi menuju kamarnya. Sesampainya di sana, dia menyimpan tasnya ke atas nakas, menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.“Aku sangat lelah,” gumamnya rendah.Aland keluar dari kamar mandi, dia baru saja menyelesaikan acara mandinya. Melihat Clara yang sedang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghampiri istri cantiknya itu.“Kau sudah pulang?” “Ya.” Clara mengangguk.“Ada apa? Kau bahkan memiliki jam kerja lebih banyak dariku,” ucap Aland.Clara beranjak duduk, menatap Aland dengan wajahnya yang lesu. “Ini sangat melelahkan ….”Aland tersenyum, duduk di samping Clara di tepi ranjang. “Sudah aku katakan, kau hanya cukup menjadi Nyonya Aland Wahsington, dan aku akan menjamin hidupmu. Kau akan bahagia, hanya perlu duduk manis, dan mengatakan apa yang kau inginkan, aku akan menurutinya. Bagaimana?”“Tidak … itu membosankan.”“Apa membosankan menjadi istriku?” tanya Aland sedikit kesal.Cl
Happy Reading ….Keluarga kecil itu tengah sarapan di meja makan bersama. Keempatnya sudah bersiap untuk pergi dan menjalani kegiatan mereka masing-masing. Fiona dan Fillio terlebih dulu menghabiskan sarapan mereka, karena keduanya harus segera pergi ke sekolah.“Mami, kau akan menjemput kami di sekolah hari ini, kan?” tanya Fillio.Clara tersenyum. “Tentu, Sayang.”Setelah memeluk ringan dan mencium mami dan papinya, kedua anak itu pergi ke sekolah dengan di anatarkan oleh supir. Sementara Clara dan Aland masih berada di meja makan, dengan santai memakan sarapan mereka.“Bagaimana pertemuanmu dengan investor kemarin?” tanya Aland.“Semuanya berjalan lancar, mereka setuju untuk berinvestasi meskipun awalnya mereka ragu.”“Ragu?”“Ya.” Clara mengangguk. “Karena aku baru menjabat sebagai pemimpin perusahaan, mereka takut jika perusahaanku sedang tidak stabil. Tapi tenang saja, aku bisa menyakinkan mereka,” imbuhnya dengan bangga.Jika Aland tahu bahwa orang yang aku temui kemarin adalah
Happy Reading ….Clara berada di dalam kamarnya, berdiri di depan cermin seraya mengikatkan tali mantel tidur miliknya. Kini waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Aland belum juga kembali. Clara sudah terlalu lama menunggu pria itu, dia memutuskan untuk tidur terlebih dulu dan tidak akan menunggunya lagi.“Aku harap dia tidak menganggu tidurku,” gumam Clara rendah.Aland selalu meminta jatahnya sebagai seorang suami, tapi dia sendiri yang tidak bisa menepati waktu untuk melakukannya. Pria itu selalu sibuk dengan pekerjaan, lalu meminta pada Clara disaat waktu yang tidak tepat. Contohnya seperti di perusahaan Clara tadi siang. Membuat Clara kesal.Wanita cantik itu baru membaringkan dirinya di atas ranjang, menarik selimut dan hendak memejamkan mata. Tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, Aland masuk ke dalam kamar dan langsung naik ke atas ranjang, berbaring di samping istrinya, memeluk tubuh Clara dengan erat.“Aland … menyingkirlah dariku.”“Tidak, Clara.”Clara berde
Happy Reading ….Clara baru saja kembali dari rapat para pemegang saham. Mereka mendiskusikan untuk pengangkatan CEO baru perusahaan Royce. Sebagai pemegang saham tertinggi dan pendidikan yang memadai, dia berhasil menjadi pemimpin baru dari perusahaan keluarganya.Awalnya, mereka semua meragukan kemampuan Clara. Namun Clara memberikan beberapa bukti jika selama belajar di luar negeri, dia telah berhasil menderikan sebuah perusahaan kecil yang bisa terbilang sukses. Mereka tidak bisa meragukan kemampuan Clara lagi.Wanita cantik itu baru saja diantar ke ruang kerjanya yang baru, ruang kerja CEO. Clara meraba meja kerja, menatap kursi yang dulunya ditempati oleh Robert Royce. Dia teringat kembali kenangan masa kecilnya ketika pertama kali di bawa ke ruangan itu.Clara kecil menangis dan ingin ikut Robert bekerja, ibunya tidak berdaya untuk menolak permintaannya. Terpaksa Robert membawa Clara ke perusahaan, duduk menemaninya selama bekerja. Semuanya sangat indah disaat kehancuran belum t
Happy Reading ….Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam mansion. Pergi menuju kamar buah hatinya. Namun seketika langkahnya terhenti saat dia mendapati seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Wanita itu menatapnya dengan senyuman penuh.“Hai, apa kabar?”“Clara ….”“Ya, aku kembali.”Aland tersenyum, berjalan cepat menghampiri wanita cantik itu kemudian memeluknya erat. Clara membalas pelukannya dengan hangat. Mereka tidak saling bertemu hampir setengah tahun, dan kini waktunya mereka untuk saling melepaskan rindu satu sama lain.Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Fiona dan Fillio sedang menonton kedua orang tuanya yang sedang berpelukan. Menyadari hal itu, Aland dan Clara langsung melepaskan pelukan mereka.Fiona dan Fillio berlari menuruni tangga, lalu menghambur ke dalam pelukan mami papinya. “Kami juga ingin dipeluk,” ucap mereka bersamaan.Rasanya kini keluarga kecil mereka sudah lengkap kembali, kebahagiaan mereka akan bertambah setiap harinya.
EMPAT TAHUN KEMUDIAN.Happy Reading ….Di dalam sebuah kelas sekolah taman kanak-kanak. Beberapa anak kecil sedang berlarian dan bermain. Meskipun guru di depan kelas meminta mereka untuk mengikuti pelajaran, namun beberapa anak nakal hanya sibuk bermain dan tidak memerdulikan pelajaran.“Papiku membelinya kembarin, ini sangat bagus,” ucap seorang anak laki-laki seraya memperlihatkan mainannya pada beberapa anak yang lain.“Aku akan meminta papiku untuk membelikannya juga.”“Aku mau!”“Aku mau!”Seorang guru mendatangi kerumunan anak laki-laki yang berada di sudut kelas itu. Mengambil sebuah mainan yang sejak tadi menjadi perhatian mereka.“Fillio, kau membawa mainanmu lagi ke sekolah. Apa kau ingin Bu guru mengambilnya?”“Aku hanya ingin memperlihatkannya kepada mereka,” jawab Fillio.“Baiklah.” Guru muda dan cantik itu memberikan mainannya kembali pada Fillio. “Besok kau bisa melakukannya ketika istirahat, tidak pada jam pelajaran.”Anak laki-laki itu mengangguk paham.“Fiona Fiona,