"Idemu ini bagus! Nggak ada yang gratis di dunia ini!" Mardi merenung. Dia tetap sangat membenci Doni. "Benaran ingin cari kesempatan untuk bunuh Doni si berengsek itu! Thomas, saat komunikasi dengan Keluarga Kusmoyo, awasi Doni. Kalau ada kesempatan untuk bunuh dia, kamu harus beri tahu aku.""Siap!"...Dalam tiga hari berikutnya, Grup Kusmoyo menjadi sangat sibuk karena proyek satu triliun itu.Selain mengaturkan sumber daya manusia untuk Doni, juga dibentuk divisi proyek kedua yang bersifat sementara dan dipegang oleh Doni. Jika tidak, terlalu konyol bahwa seorang direktur divisi keamanan menjadi penanggung jawab proyek.Aksi itu membuat Yulia sangat jengkel. Divisi proyek kedua itu sederajat dengan divisi proyek yang dia pegang. Meskipun divisi proyek kedua dikatakan bersifat sementara, itu adalah proyek satu miliar. Setidaknya akan memakan waktu dua atau tiga tahun. Dalam waktu sekian lama, divisi sementara pun bisa menjadi divisi tetap. Kelak jika ada dua divisi proyek di Grup K
Setelah menjadi pekerja kerah putih untuk waktu yang lama, Denada memahami bagaimana cara untuk menghadapi anggota dewan direksi. Dia harus selalu menanyakan pendapat mereka, melapor setiap dua hari, sebisa mungkin mencari hal-hal sepele untuk mereka tentukan. Itu bertujuan untuk memuaskan keinginan mereka untuk mengambil kendali. Dia juga harus sering memberi laporan agar mereka merasa mereka adalah seorang pemimpin.Denada telah menggunakan cara itu dalam mengerjakan beberapa proyek. Anggota dewan direksi belum tentu sangat puas padanya, tetapi tidak bisa mencari kesalahannya.Solusi itu merepotkan bagi Denada, tetapi dia harus melakukannya demi kelancaran pekerjaan.Mendengar Doni mulai bertanya, Denada beranjak dari kursinya dan mengucapkan omongan yang telah disiapkan."Pak Doni, aku laporkan persiapan kerja kita.""Kita masuk dua hari yang lalu. Setelah itu, kita ...."Doni melambaikan tangan saat menyela, "Buat apa sebut-sebut soal ini? Nggak perlu sebut ulang yang sudah jelas b
Pikiran Denada menjadi kosong. Dia menggerutu dalam hati, mampus!Doni jelas ingin mengurus hal-hal penting dalam proyek. Akan tetapi, apakah Doni mampu? Lebih tepatnya, apakah Doni bisa?Seketika, Denada seolah-olah bisa melihat momen ketika proyek menjadi kacau karena keputusan sembrono dari Doni.Dengan harapan terakhir, Denada bertanya dengan suara rendah, "Pak Doni, lalu bagaimana pembagian kerja kita. Aku akan turut.""Ini baru benar!" Doni menyilangkan kaki. Dia dengan penuh minat melirik kaki Denada yang ramping dan panjang. Terkadang, kekurusan macam itu juga menyejukkan mata. Terutama lutut Denada relatif lebih kecil sehingga bentuk kakinya cukup indah.Melihat Doni tampak puas, ekspresi Denada menjadi masam. Itu adalah situasi yang paling tidak dia inginkan. Jika mengatai Doni bodoh, Doni tahu hal mana saja yang penting dan benar-benar bernilai. Jika mengatai Doni pintar, Doni tidak sadar diri dan hanya memikirkan keinginan untuk mengambil kendali, malah mengabaikan kemampua
Terdapat sebuah kota kecil di dekat lokasi proyek. Doni duduk di dalam kedai mi, tersenyum saat mendorong buku menu pada Denada. "Cewek duluan. Kamu pesan dulu."Denada masih terbengong.Omongan Doni barusan membuat Denada sangat tercengang. Tak terpikir olehnya bahwa Doni ingin melempar tanggung jawab. Itu bertolak belakang dengan dugaannya.Selain itu, Denada juga tidak menyangka traktir yang dimaksud oleh Doni adalah traktir makan di kedai mi pinggir jalan.Doni adalah anggota dewan direksi Grup Kusmoyo! Kalaupun tidak pergi ke rumah makan biintang lima, setidaknya harus ke tempat yang layak untuk mentraktir bawahannya makan.Kedai mi ini sangat kecil. Hanya ada tiga meja di dalam, sedangkan sisanya ditaruh di trotoar di luar. Meja dan kursi terbuat dari bahan plastik, jelas adalah produk murahan. Saat duduk kursi pun terasa goyah.Sejak bekerja, sudah bertahun-tahun Denada tidak makan di kedai kecil seperti itu. Terakhir kali adalah di zaman sekolah. Pada saat itu, keluarga Denada
Di ruangan VIP, Thomas melirik ke arah pintu. Pintu tertutup rapat, maka dia mengulurkan tangan ke pinggang pelayan dan meraba ke bawah.Pelayan cantik itu mengernyit dan menggerakkan tubuh karena risih. "Pak, mohon jaga sikap."Thomas mendengkus. Dia mengeluarkan setumpuk uang dari dompet dan menepukkannya ke meja. "Pelayananmu bagus, ini tips untukmu. Berikan nomormu. Aku telepon kalau butuh pelayananmu."Pada saat yang sama, Thomas meraba paha pelayan itu dan memainkan stoking warna kulitnya.Pelayan itu melirik ke uang di meja dan mengambilnya. Lalu, dia mengeluarkan kartu nama dari saku dan menaruhnya ke meja. "Pak, telepon saja kalau butuh aku."Thomas menyeringai sinis dan sedikit kehilangan minat. Wanita cantik yang terlihat dingin ini ternyata hanya berpura-pura.Tidak tahu apakah Helen berpura-pura atau tidak.Kali ini, setelah dia membeli tanah milik Doni dan menjebak Keluarga Kusmoyo, apakah Helen akan terpaksa tidur dengannya demi uang?Waktu berlalu sedikit demi sedikit.
Bukan begitu caranya berbisnis.Doni mengakhiri panggilan setelah mengatakan ini.Thomas sangat marah dan menghancurkan teko teh hingga berkeping-keping."Bajingan ini! Beraninya dia mempermainkanku!" Thomas menggertakkan gigi, "Kalau bukan karena ingin mendapatkan tanah yang kamu miliki, aku nggak akan pernah peduli padamu!"...Keesokan paginya, Doni hendak melihat bangunan kuno yang belum selesai dia lihat kemarin. Thomas menelepon lagi dan memberi tahu Doni kalau dia sedang menunggunya di luar lokasi konstruksi."Si bodoh ini." Doni mengerucutkan bibirnya dengan penuh kebencian dan berkata kepada Denada, "Aku akan keluar untuk melakukan sesuatu, kuserahkan tempat ini padamu."Sikap Denada terhadap Doni menjadi lebih baik setelah memastikan dia tidak memerintah dengan sewenang-wenang. Terutama karena Doni bilang orang sebenarnya yang bertanggung jawab atas proyek ini adalah Denada dan hasil kerja keras atas keberhasilan proyek akan menjadi miliknya. Kalaupun ada sesuatu terjadi dala
Thomas menyesap tehnya dan berkata sambil tersenyum, "Singkatnya, proyek ini sangat menjanjikan dan sangat penting bagi Grup Waleri. Itulah sebabnya kami bertekad untuk mendapatkan sebidang tanah ini."Doni tersenyum."Pak Thomas, tadi kamu berbicara dengan begitu lantang dan meyakinkan. Proyek ini kedengarannya bagus juga.""Tapi ... tatapanmu nggak meyakinkan.""Gerakan tanganmu juga nggak wajar.""Saat menyebutkan uang, tatapanmu menjadi antusias lagi.""Kurasa ada kegelisahan di dalam hatimu.""Ini membuatku meragukan kebenaran ucapanmu.""Hah?" Thomas tertegun dan raut wajahnya aneh. Meskipun ini hanya tipuan, dia bersumpah ekspresi dan gerakannya sangat alami, ini telah diuji dengan cermat oleh ahli dari Keluarga Winta yang berfokus dalam bidang ini. Saat mengatakan ini, dia sendiri juga percaya. Setelah itu, dia sadar kalau Doni ini sedang menguji kemampuannya dan tertawa terbahak-bahak."Pak Doni, kamu lucu sekali.""Mungkin kamu agak bingung karena kami tahu tanah itu milikmu.
Tiga hari berlalu dalam waktu singkat dan Doni terus berada di lokasi proyek setiap hari. Meskipun dia memutuskan untuk menjadi bos di balik layar, selama waktu ini dia sebagai penanggung jawab utama masih harus muncul dan mengurus banyak hal.Pada pagi hari ketiga, Doni baru saja tiba di kantor dan Thomas menelepon saat mendengar Denada berbicara tentang pengangkutan bahan ke lokasi."Pak Doni, uangnya sudah tiba. Kamu bisa kemari dan menghitungnya, lalu kita akan menandatangani kontraknya.""Semua uang tunainya sudah sampai? Nggak ada sepeser pun yang kurang? Di mana kalian?""Tentu saja! Kami berada tepat di luar lokasi proyek.""Oke, aku akan segera pergi ke sana." Doni menyimpan ponselnya dan berkata kepada Denada, "Aku akan keluar.""Hah?" Denada menengadahkan kepalanya, "Ada sesuatu yang harus kulaporkan kepadamu.""Bukankah sudah kubilang kamulah yang akan mengambil keputusan?""Ada inspeksi keamanan dari atasan secara resmi. Kamulah penanggung jawab proyek ini dan harus mengat
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a