Dengan begitu sangat ragu, Clarissa memberanikan diri untuk menghubungi nomor ponsel bosnya. Ini untuk pertama kalinya ia mencoba menghubungi nomor ponsel bosnya.
“Hallo,” ucap seseorang yang mengangkat sambungan telepon tersebut.
Clarissa tersenyum ketika mendengar suara bosnya yang menyahut panggilan teleponnya. “Halo Pak, maaf saya mengganggu,” ucapnya.
“Iya tidak apa-apa, ada yang sedang kamu butuhkan,” tanya Fathir.
“Tidak ada Pak. Hanya saja saya ingin menanyakan sesuatu,” ucapnya.
“Apa itu,” tanya Fathir.
“Apakah saya boleh bekerja?" ucap Clarissa.
Fathir mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan gadis tersebut.
“Saya bingung berada di rumah setiap hari. Sudah 3 hari saya tidak ada bekerja dan sekarang saya juga tidak bekerja juga
Fathir Memandang Istrinya yang keluar dari dalam ruangannya. Fathir memijat-mijat keningnya yang terasa amat pusing. Pria itu merasa sudah kehilangan kesabaran mengatasi sikap Istrinya. Dia selalu berharap istrinya berubah namun sampai detik ini sikap istrinya tidak pernah ada berubahnya, bahkan seluruh kartu sakti yang diberikannya sudah ditariknya agar istrinya bisa lebih terkontrol. Fathir teringat saat istrinya masih memegang kartu kredit yang diberikannya. Setiap saat notif pemberitahuan uang keluar yang di gunakan Istrinya untuk membeli berbagai macam barang terus masuk ke ponselnya. 1 bulan dengan santainya istrinya menghabiskan uang satu miliar. Pada saat itu perusahaannya belum sebesar yang sekarang. Pada akhirnya Fathir mengambil kartu ATM, kredit dan juga black card istrinya."Aku masih mempertahankan rumah tangga kita karena aku kasihan dengan anak kita. Namun bila sikap kamu selalu seperti ini, jujur aku sudah tid
Fathir datang ke rumah sakit di mana saat ini istrinya berada. Dia tidak menyangka apa yang dikatakannya akan menjadi kenyataan. Fathir sedikit berlari melewati lorong Rumah Sakit menuju kamar istrinya. Ia melihat istrinya yang terbaring di atas tempat tidur. Ada rasa cemas yang begitu sangat besar ketika mengetahui apa yang sedang menimpa istrinya saat ini. Fathir masuk ke dalam kamar itu dan melihat istrinya menangis.Farah memandang suaminya. Make up yang dipakainya sudah luntur karena air matanya. Rambutnya yang lurus dan licin kini terlihat berantakan dan berserak."Apa yang terjadi,” tanyanya.“Tas satu miliar aku dirampok orang Mas,” ucapnya sambil menangis. Farah sudah tidak mampu untuk menahan suara tangisnya saat melihat suaminya yang berada di dalam kamarnya.“Uang didalamnya masih utuh,” tanya Fathir.Farah menganggukkan kep
“Aku pusing ma," ucap Fathir dengan wajah frustasi."Kenapa? Apa ada masalah selain dengan Farah,” tanya Haryati.“Iya ma,” jawab Fathir"Masalah apa?" tanya Haryati.Fathir diam dan mengusap wajahnya dengan sangat kasar. “Aku benar-benar sangat tidak tenang ma. Aku melakukan itu tanpa sengaja. Aku," ucapnya yang menghentikan kalimat yang akan keluar dari mulutnya."Jangan katakan kamu merusak nama baik keluarga kita,” ucap Haryati yang memandang putranya dengan tatapan tajam.Fathir hanya diam tanpa melanjutkan ucapannya. Ia tahu bila mamanya mengetahui apa yang telah dilakukan, mamanya pasti akan sangat mengamuk dengannya.“Apa yang sudah kamu lakukan,” ucap Haryati dengan nada suara yang tinggi.Fathir menarik nafasnya dalam-dalam dan kemudian melepaskan
Fathir tersenyum ketika mendengar suara gadis yang mengangkat panggilan teleponnya.“Halo Pak Assalamu’alaikum,” ucap Clarissa."Iya Wa’alaikumsalam. Kamu lagi apa?" tanya Fathir."Ini lagi duduk di teras pak, saya lagi lihat anak-anak tetangga main," ucap Clarissa."Oh ya," ucap Fathir."Iya pak, Saya sudah mulai kenalan sama tetangga sebelah rumah, dan sekarang saya lagi lihat anak-anak tetangga di sini main,” ucap Clarissa.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban gadis tersebut. “Apa boleh besok saya datang kerumah membawa anak-anak saya,” ucapnya.“Boleh Pak, besok Risa bakalan masak lagi untuk bapak,” ucap Clarissa yang masuk ke dalam rumahnya agar lebih nyaman saat berbicara dengan bosnya."Tidak usah, kita makan di luar saja," ucapnya
Fathir tidak ada henti-hentinya memandang Clarissa. Tatapan matanya hanya tertuju ke arah gadis cantik yang sedang sibuk bermain dengan anak-anaknya. Rasa kagum dan cinta mulai dirasakannya. Ia begitu menyukai gadis sederhana, bersifat keibuan dan penuh kesabaran tersebut.Fathir tersenyum saat melihat anaknya begitu sangat nyaman bermain dengan gadis cantik tersebut."Kenapa Sheren nangis?" ucap Fathir yang mulai panik, ketika Putri kecilnya menangis."Ini sudah jam tidurnya pak. Sherennya lagi ngantuk," ucap Clarissa yang tidak terlihat panik saat sheren menangis."Gitu ya," ucap Fathir"Iya pak, susunya mana?" tanya Clarissa.“Ada di mobil,” ucapnya.“Bapak ambilin susunya," ucap Clarissa saat pria itu binggung harus melakukan apa."Baik akan saya
Clarissa masuk ke dalam kamar dan berencana mengganti pakaiannya. Ia duduk di tepi tempat tidur sambil memandangi wajah Devan dan juga Sheren yang masih tertidur. Memandang wajah cantik bayi berpipi bulat dan wajah tampan anak laki-laki yang berbibir merah itu, membuat Clarissa lupa bahwa saat ini ada seorang pria yang menunggunya di ruang televisi. Cukup lama Clarissa duduk di tepi tempat tidur sambil tersenyum memandang anak-anak yang begitu sangat menggemaskan dimatanya.Clarissa memukul keningnya saat mengingat tujuan utamanya masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Dengan terburu-buru ia berlari menuju tempat lemari pakaian. Ia memajukan bibirnya ketika menyadari bahwa tidak ada pakaian bagus yang dimilikinya terkecuali baju yang baru dibelinya kemarin. Baju itu juga baru satu kali dipakainya.Dikeluarkannya baju terbaik miliknya dari dalam lemari pakaian. Baju itu sudah di seterikanya dengan sangat ra
Clarissa menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban pria tersebut yang menurutnya sangat logika.Clarissa memandang pelayan yang meletakkan hidangan di atas meja. Hidangan itu begitu sangat banyak dan menggugah selera. Clarissa masukkan nasi ke dalam piring. "Devan mau makan pakai apa,” tanyanya.“Ayam goreng,” jawab Devan.Clarissa mengambilkan ayam goreng sesuai yang diminta anak laki-laki tersebut. Clarissa tersenyum memandang Sheren yang sudah bangun. "Sheren bangun gitu cium bau makanan,” ucapnya yang mencium pipi Sheren.Fathir tertawa saat mendengar ucapannya.“Abang makan aja, Risa mau suapin adik-adik dulu, nanti setelah mereka selesai makan, baru Risa makan,” ucapnya.Fathir menganggukkan kepalanya dan mengambil ikan bakar gurame yang menjadi menu favoritnya. Fathir juga m
“Iya nggak apa-apa devan duduk di sini aja, lagian Adek Sheren nggak marah kok. Abangnya duduk di sini,” ucap Clarissa saat Devan duduk dipahanya sebelah kanan, sedangkan Sheren duduk dipangkuannya sebelah kiri.“Biasanya kalau naik mobil, Devan mau duduk di belakang,” ucap Fathir yang memandang Clarissa.Clarissa hanya tersenyum memandang Devan.“Untung aja Sheren enggak marah sempit- sempitan,” ucap Clarissa yangmemandang Devan.“Sheren nggak suka nangis dia Paling suka main. Nangisnya kalau lagi lapar, haus dan ngantuk,” ucap Fathir.Clarissa tersenyum memandang Sheren, diciumnya pipi gadis kecil tersebut.“Kenapa Maminya nggak ada nelpon, apa maminya gak ingat sama anak-anaknya. Padahal perginya udah dari pagi sampai sekarang
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya."Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya."Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.“Iya sama Dek,” ucap Fathir.“Sama apanya.”“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Farah duduk di meja kerjanya. Saat ini dirinya memeriksa laporan penjualan butik miliknya. Butik yang didirikannya 10 bulan yang lalu. Farah juga mengurusi pemesanan secara online.Farah menghentikan pekerjaannya dan menutup layar komputernya. Farah melihat foto-foto kedua anaknya seperti ini, air matanya menetes seketika. Setelah perpisahannya dengan mantan suaminya, Farah belum pernah bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindunya begitu sangat kuat, namun Farah malu untuk menatap wajah kedua anaknya. Menyandang nama sebagai ibu yang tidak baik, begitu membuatnya tidak berani untuk mendekati kedua anaknya.“Andainya aku berjumpa dengan mereka , apakah mereka akan berlari memeluk ku?" Farah bertanya di dalam hatinya. “Maafkan mami, Mami malu menatap wajah kalian. Sekarang kalian pasti begitu sangat bahagia. Berkumpul sama opa dan Oma. Kalian sudah memiliki mama baru, yang sepertinya dia sangat menyayangi kalian,” ucap Farah yang mengusap air matan
Fathir masuk ke dalam kamarnya. Pria itu melihat istrinya yang sedang tidur bersama dengan anak ketiganya. Sudah 2 hari ini istrinya sudah pulang ke rumah.Fathir tersenyum memandang wajah istrinya yang saat ini tertidur dengan sangat nyenyak. Pria itu mencium kening istrinya dengan sangat lembut kemudian mencium pipi dan bibir istrinya. “Enak kali tidurnya sampai nggak tahu,” ucap Fathir yang sedikit menarik hidup istrinya. Istrinya tidak bergerak sama sekali meskipun dirinya sudah dekat seperti ini.Fathir merangkak naik ke atas tempat tidur. Pria itu memandang wajah putranya yang begitu sangat tampan. “Ini tidurnya pasti sama enaknya sama mamanya. Atau jangan-jangan lagi lomba tidur." Fathir berbicara dengan suara yang sangat kecil. "Pipinya lembut sekali." Fathir mencium lembut bibir putranya.Fathir tersenyum ketika putranya bergerak. Pria itu mencium pipi putranya dan membuka jas yang saat ini di pakainya. Fathir menggendong putranya dan
Clarissa berbaring di atas tempat tidur kamar rawatnya. Senang sangat hati Clarissa setelah proses persalinannya berjalan dengan sangat lancar. Saat ini kamar yang ditempatinya sudah penuh dengan keluarganya. Adik-adiknya, anak-anaknya, Papa mertua, Mama mertua kemudian juga Ibu serta papa sambungnya. Clarissa tersenyum saat melihat wajah ibu dan juga mama mertuanya yang sedang asik mengendong cucunya.Clarissa tertawa ketika melihat tingkah Sheren yang begitu sangat lucu. Sheren menarik tangan Omanya agar dirinya bisa mencium Adik bayinya tersebut."Sejak tadi dicium-cium Sheren dan Devan, tapi tetap aja gak bangun-bangun," Clarissa memandang putranya yang tidur dengan sangat lelap."Jadi aku sekarang sudah di panggil Om," tanya DikoClarissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Ciko yang umurnya nya 6 tahun juga?" Tanya Diko.“Iya,” jawab Rini."Oh aku berharap dia tidak cepat menikah nanti agar aku tidak
"Apa tidak ada cara lain dok, Istri saya sudah sangat kesakitan tapi masih disuruh untuk jalan?" Fathir menahan emosinya saat dokter Sandra yang menangani persalinan Istrinya meminta agar istrinya jalan-jalan di dalam kamar."Ini guna mempercepat bukaannya pak. Saat ini sudah bukaan 5." Dokter Sandra menjelaskan."Tapi istri saya sudah sangat kesakitan," ucap Fathir yang meneteskan air matanya. Dengan sangat cepat pria itu menutup matanya dengan telapak tangannya dan mengusap air matanya."Fathir, persalinan normal memang seperti ini." Rini menasehati menantunya."Tapi bu," ucap Fathir menghentikan ucapannya."Kita harus ikut apa yang disarankan dokter Sandra. Biar mempercepat bukaan. " Ucap Rini.Fathir memandang isterinya yang berbaring di atas tempat tidur. Saat ini yang bisa dilakukannya hanya menuruti saran dari dokter tersebut.Fathir berjalan mendekati istrinya. Pria itu duduk di samping tempat tidur. "Mau ya Dek jalan," bujukn
Setelah sholat subuh Fathir menemani istrinya jalan pagi di halaman rumahnya. Terkadang Fathir membawa istrinya jalan di taman agar Istrinya tidak bosan.Saat ini Fathir sedang berada di taman di depan rumahnya. Istrinya tidak mau untuk jalan-jalan ke taman yang berada di luar dari perumahannya. Clarissa lebih memilih untuk jalan pagi di halaman rumah mereka.Clarissa berhenti dan memegang tangan suaminya."Kenapa?" tanya Fathir."Perut Risa sakit bang," ucap Clarissa. Wajahnya terlihat menahan sakit."Apa sakit kali sayang, bila terlalu sakit jalan paginya udahan aja. Abang gendong ke kamar ya?"Clarissa menggelengkan kepalanya. "Gak usah bentar lagi akan hilang, sekarang sering sakit gini bang, terus nanti sakitnya hilang." Clarissa mengusap-usap perutnya berharap rasa sakit yang dirasakannya bisa secepatnya hilang.“Sayang, adek cepat lahir ya nak, kasihan Mama,” ucap Fathir. Ia hanya berusaha menguatkan istrinya dengan
Clarissa duduk di pangkuan suaminya sambil mengancing kemeja yang dipakai suaminya.Fathir memandang wajah istrinya. Pipi istrinya sudah semakin berisi dan bulat. Pria itu begitu sangat gemas melihat istrinya yang semakin tampak imut-imut. "Mau ikut ke kantor gak?" tanyanya sambil mencium pipi bulat istrinya.Clarissa memandangnya dan membesarkan matanya. "Apa boleh?" tanyanya."Iya bolehlah istri bos yang datang, siapa yang berani larang," ucapnya."Tapi nanti Risa gangguin abang kerja," Clarissa berkata dengan memandang wajah tampan suaminya."Ya enggak lah, paling waktu istirahat nanti main di kamar," Fathir sedikit tersenyum dan menaikan sebelah alisnya."Kalau gitu Risa wajib bawa baju ganti, make up juga," Clarissa berkata dengan wajah polosnya. Clarissa hanya perlu membawa perlengkapan baju dan make up saja, sedangkan untuk perlengkapan mandi di sana sudah tersedia.Fathir tersenyum saat mendengar jawaban polo