Pipi Tasya sedang dikompres dengan air padahal tamparan Yua tidak keras, ia terus berakting seperti orang yang tengah teraniaya. Mencoba menarik simpati Roan, pria yang dia sukai dari dulu. "Aku tahu tunanganmu cemburu, tapi seharusnya dia bilang baik-baik bukannya nampar." Tasya senang karena Roan lebih membelanya dari pada Yua, bahkan pertunangan mereka berakhir. "Jangan hiraukan Yua, dia hanya emosi sesaat, lebih baik kamu lihat ini."Sedangkan Roan membuka berkas yang ditujukan pada Tasya. Proyek baru yang butuh investor dan dukungan dari perusahaan Tasya. Nathanael berdiri 30 tahun lalu. perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa layanan Teknologi Informasi, dengan memberikan prioritas pada layanan penyediaan hardware, pembuatan software (software development), pembuatan website (web design dan web development), maintenance computer (PC dan laptop), serta jasa konsultan teknologi informasi.Beberapa tahun lalu ketika Roan baru masuk perusahaan, dia yang dijuluki genius member
Suara di seberang hening, seperti Tante Fera berbicara kepada orang lain. Cukup lama sampai Roan menganggap bahwa mungkin kesalahan sinyal. "Hallo, Tante." Roan memanggil untuk memastikan. "Eh, iya. Nggak papa, berarti Yua nggak cerita apapun?" Kali ini Roan yang diam, tadi sangat buru-buru sampai dia lupa menanyakan kenapa Yua menemuinya. Dugaannya adalah Yua ingin dinikahi, sama seperti permintaan Arjun beberapa waktu lalu."Nggak, emangnya ada apa, apa Yua belum sampai rumah?" Di luar masih hujan, kalau Yua belum sampai rumah, lalu dia ada di mana sekarang? Apa Yua terjebak hujan di suatu tempat? Roan mulai khawatir. "Mungkin sebentar lagi sampai, nanti Tante suruh Aldo menjemput Yua. Kamu tidak perlu khawatir." Ah, Roan lega karena Tante Fera perhatian kepada Yua, tidak seperti yang Arjun khawatirkan. Padahal kalau Aldo tidak menjemput Yua, dia berpikir akan menerobos hujan untuk mencari Yua dan mengantar ke rumah. Syukurlah tidak perlu, jadi dia bisa kembali ke ruangannya u
Gedung apartemen menjulang tinggi, di puncaknya adalah penthouse milik Jexeon, wilayah yang tidak dia bagikan ke sembarang orang. Bahkan kepada Yua ketika mereka menikah nanti. Bicara soal menikah, Jexeon akhirnya memutuskan hal itu karena ingin melakukan sesuatu. Dia yakin bahwa Yua akan merimanya, jika tidak mau maka dia akan menggunakan cara lain.Sekarang, ada sepatu asing yang ditaruh sembarang. Bungkus makanan berceceran di lantai, TV menyala keras dan suara orang yang menonton TV terdengar sedang tertawa. Elgar tahu bahwa ia membenci keberisikan seperti ini, sudah pasti bukan ulah Elgar. Dia pun berjalan masuk lebih dalam.Dulu dia memperingatkan Elgar, tidak boleh siapapun masuk ke dalam penthouse miliknya. Namun, sekarang orang yang ia kenal sejak lama sedang duduk sembari makan kripik singkong kesukaannya. Dengan santai menonton TV, kakinya pun seenaknya berada di meja. "Kau sudah pulang," ucapnya, tersenyum dan masih makan kripik. Tanpa rasa bersalah sama sekali sudah menga
Ucapan Jexeon membuat Elgar dan Lazio shock. Orang sekaku Jexeon yang tidak pernah mengobrol dengan wanita, tiba-tiba bilang akan menikah. "Nikah sama siapa, Bang?" tanya Elgar. Dia tidak bisa melanjutkan makan. Tenggorokannya tercekat."Emangnya ada yang mau sama kau?" Pertanyaan Lazio sangat merendahkan. "Yua." Kalimat singkat dan tidak jelas, membuat dua lawan bicaranya kebingungan. Namun, Elgar langsung ingat nama itu. Kakaknya Arjun yang beberapa waktu lalu dia cari tahu. "Kakaknya Arjun?""Iya.""Kok bisa Bang? Gimana ceritanya?" Jexeon diam saja, sejak kapan dia mau bercerita pada orang lain? Dia sangat irit bicara sampai tidak ada yang tahu tentang masa lalunya. "Pasti cewek itu kamu ancam," tebak Lazio. Dia menyenderkan punggungnya ke kursi. Tidak ditanggapi Jexeon. "Apa yang dibutuhkan untuk menikah?" tanya Jexeon setelah diam beberapa saat. "Sunat, kau sudah sunat belum?" tanya Lazio, melirik tonjolan milik Jexeon yang diperkirakan besar. Langsung mendapat lirikan t
Jexeon adalah mantan gengster dan mafia, Arjun menjelaskan dengan menggebu-gebu, menentang keras pernikahan. Seolah memiliki suami seperti Jexeon adalah hal yang paling buruk. Padahal aku pikir Arjun bisa menerima Jexeon dan memiliki pemikiran terbuka. Sebelumnya Jexeon bertanya tentang kriteria calon suamiku. Itu berarti dia meminta pendapatku apakah cocok atau tidak. Sebenarnya aku memiliki toleransi tinggi terhadap orang-orang yang memiliki masa lalu buruk. Tidak ada orang yang sempurna, aku pikir demikian. Maka dari itu aku tidak memasang kriteria harus bisa ngaji ataupun akhlak mulia, orang jahat bisa berubah baik dan orang baik bisa berubah jahat. Orang pintar bisa menjadi lalai dan sombong sementara orang bodoh bisa saja berubah menjadi pintar. Tidak ada hal pasti dan sempurna di dunia ini selain Allah.Hanya saja aku percaya bahwa jodoh adalah cerminan. Sama ketika aku menerima lamaran Roan, dia orang baik tapi aku tahu bahwa dia tidak begitu dekat dengan Tuhan. Saat itu aku
Selesai pernikahan dan kami sarapan bersama, aku bertanya kenapa Jexeon tidak bilang bahwa bersaudara dengan Roan. Aku sudah lama mengenal keluarga Roan, tidak ada yang menyebutkan nama Jexeon sedikitpun. "Apa kamu saudaranya Roan?" "Tiri." Irit sekali bicaranya, seolah suaranya ada emas. Sepertinya dia memang tidak berniat memberitahukan kebenaran ini. "Kalau begitu, apa maksudnya Mas menikah karena keluarga?" "Keluarga itu membencimu," jawabnya lagi. Masih tidak dapat aku mengerti.Dia selalu seperti ini, tidak mengatakan semuanya dengan jelas dan mengharuskanku menerka sendiri. "Makan," ucapnya. Menyuruhku menghabiskan sarapan nasi kotak yang dipesan. Pak penghulu yang tadi ketakutan sekarang sudah biasa saja, dia mampu menghabiskan jatahnya dan bahkan minta nasi kotak sisa untuk dibawa pulang. Baiklah, aku ralat perkiraan tadi. Keluarga Nathanael membenciku maka dari itu Jexeon menikahiku, benar? Kenapa bisa seperti itu?Padahal Jexeon anggota keluarga Nathanael. Aku sudah
Aku menyebut nama orang tuaku ketika ijab kabul, juga paman yang selalu berkata akan menjadi wali. Tidak tahu apa yang dipikirkan Jexeon. Dia orang yang sulit ditebak. Kami mengemasi barang untuk ditempati di kamar. Menyingkirkan bajuku supaya muat untuk bajunya. Satu jam yang lalu, pemuda yang tadi menjadi saksi. Seuumuran Arjun, kalau tidak salah namanya Elgar. Membawakan beberapa baju Jexeon. Jexeon tadinya tidak mau bajunya disentuh olehku, memasukkan sendiri ke lemari dengan acak-acakan. "Biar aku yang beresin bajumu, Mas." pintaku. Tidak suka melihat sesuatu yang berantakan. "Tidak usah," jawabnya. Masih memasukkan bajunya satu persatu. "Ada bajuku juga ada di sana, nanti jadi berantakan." Aku mengambil langsung bajunya di dalam lemari, mengeluarkan lagi. Aku menoleh, baru sadar kalau bisa saja dia marah dengan tindakanku. Dia orang yang menyeramkan, tapi tidak mungkin kan dia menyakitiku hanya karena baju? Dia yang jatuh lebih tinggi membuatku mendongak, mata kami bertat
Berkali-kali wajah Aldo ditenggelamkan lalu diangkat. Hingga dia kesakitan karena kehabisan napas. Lagi pula, kenapa berani sekali Aldo menyakiti Arjun padahal ada Jexeon? Dasar dia memang tidak waras. Dia cari mati. "Aku janji tidak akan menyentuh Arjun lagi," ucap Aldo untuk kesekian kalinya. Tetap saja Jexeon belum puas, dia membuat Aldo benar-benar kapok. Aku sampai kemalingan wajah, tidak kuat melihat Aldo disiksa seperti itu. Sampai tubuh Aldo dilempar ke samping, jatuh di samping kaca. Aku berani melihat ke arah mereka lagi."Berlutut dan minta maaf," kata Jexeon dengan wajah dingin. Dia sungguh bisa menjadi pelindung, sekarang aku bangga terhadap Arjun yang membawanya untuk melindungi kami. "Baik, aku akan minta maaf. Uhuk!" Baju dan kepala Aldo basah kuyup. Dia mulai berlutut dibantu Tante Fera. Wajah wanita paruh baya itu penuh dengan kedengkian terhadap kami. Namun, tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawan. "Bukan padaku, tapi Arjun." Jexeon tidak menerima permi
Seseorang yang aku tunggu mendampingi hidupku, jodoh yang Allah takdirkan hingga membuatku bisa bersabar. Aku percaya Tuhan akan menggantikan kehilangan dengan kebahagiaan. Aku terus berusaha hingga tak kenal lelah berdoa. Menjaga adikku sembari menunggu keluarga baru yang Allah siapkan. Hingga Jexeon datang bagai pahlawan, kupikir dia memang dikirim Allah untuk menjadi bagian dari hidupku. Sejak pertemuan pertama, jantungku berdebar kencang. Kami tak saling kenal, tetapi dia mau menolong dan menjagaku. Selain hatinya digerakkan oleh Allah, tidak ada alasan lain. Kenapa kubilang begitu walaupun Jexeon menawarkan perjanjian pernikahan? Kalau sejak awal niatnya perjanjian pernikahan, maka dia tidak akan menungguku ditolak Roan. Tetapi langsung menawarkan. "Allah menghadirkanmu untuk menyempurnakan hidupku," kataku ketika awal kehamilan. Jexeon yang irit bicara hanya tersenyum, dia menggendongku sembari terus menciumi pipi. "Kau juga," balasnya singkat. Aku melingkarkan tangan di
Aku menjalani hidup dengan penuh perjuangan sejak orang tuaku meninggal, tidak ada lagi Yuaira yang manja dan kekanakan. Setiap hari bagaikan pertarungan hidup dan mati karena orang-orang mengincar harta keluarga kami. Padahal, dulu aku bagaikan tuan putri. Melakukan apapun terserah, membuat masalah hingga masuk kantor polisi pun pernah, orang tuaku akan mengurusnya hingga kadang melimpahkan kesalahan pada orang lain. Bahkan nilai mata pelajaran yang jelek pun Orang tuaku bisa mengatasi. "Dia Evrina Arzety yang akan jadi teman sekolahmu." Ayah memperkenalkan Rin untuk pertama kali, aku tahu Rin adalah pembantu yang dijual ayahnya sendiri ke sini. Kalau tidak salah dia dihargai 10 juta. Bahkan uang jajanku sehari 200 juta. Sungguh Rin tidak lebih mahal dari harga kaos kakiku.Aku dengar Rin adalah anak cerdas yang menjadi juara satu UN SMP se-provinsi Jawa. Saat itu aku pikir ayah membeli barang bagus dengan harga murah untuk membantuku meningkatkan nilai. "Hay Evrina, kita bakal j
"Jadi selama ini kamu membuntutiku?" tanya Jexeon. Mereka duduk berhadapan dengan tangan Yua yang tidak mau lepas, wanita berhijab merah muda memalingkan wajah, enggan menjawab tuduhan sang suami. Yua masih sama, selalu memasang raut wajah imut ketika merasa bersalah. "Aku cuma penasaran ke mana suamiku pergi, siapa tahu main cewek lain." Jexeon mengikuti arah pandangan Yua, bibirnya senyum. Terlihat jelas bahwa Yua cemburu. Padahal selama ini dia tidak ada hubungan dengan wanita manapun. Apalagi Purwati."Kenapa kamu nggak nyamperin dari dulu?" Tangan Jexeon mengambil dagu Yua, memaksa wanita itu membalas tatapannya. Kedua alis Jexeon terangkat, menunggu jawaban. "Aku nggak mau ganggu.""Lalu kenapa tiba-tiba datang, hmm?" Pandangan Yua mengarah ke Purwati lagi, memberi isyarat tanpa mau berucap, menunggu kepekaan Jexeon terhadap perasaannya. Yua tadi berkata padanya bisa menyembunyikan rasa rindu tapi tidak dengan cemburu. Selama perjalanan 3 tahun ini Jexeon tidak dekat deng
Malam ini Jexeon duduk di atas mobil camping sembari makan mie instan. Matanya memandang langit. Bulan sabit dengan bintang di sekitarnya. Terlihat indah menghiasi langit.Sudah 3 tahun dia meninggalkan Yua dan si kembar, besok ia akan kembali ke Jakarta. Memulai hidup baru tanpa masa lalu.Semua masa lalu telah dia singkirkan, termasuk uang haram hasil mencuri. Dia menjual semuanya dan diberikan kepada fakir miskin. Sebagian digunakan menyekolahkan anak-anak kurang mampu. Setahun lalu uangnya habis. Jexeon menjadi sangat miskin.Hidup tanpa uang adalah sesuatu yang tidak mungkin, Jexeon mencari cara menghasilkan uang dengan cara halal dan tanpa merugikan orang lain.Dia juga membuka jasa mengembalikan data perusahaan yang hilang, data yang diretas ataupun membantu KPK dalam menelusuri data para koruptor. Pekerjaan di bidang IT terbilang lancar sebagai sosok misterius. Ia menerima bayaran mahal, lalu dikumpulkan dan diberikan kepada Elgar. Di penthouse sana, Elgar mengelola uang Jexeo
Hidup memang seperti ini, orang-orang datang dan pergi. Perbedaannya hanyalah kesan. Saat masih bersama apakah berkesan sampai tidak sanggup melupakan atau hanya berlalu tanpa ingin dikenang. Aku dan Roan sudah memilih jalan berpisah tanpa harus diingat kembali. Kenangan berupa cincin pertunangan tidak begitu berarti. Pertunangan bukanlah janji suci yang mengikat hati sampai ke akhirat. Roan hanyalah salah satu pria yang pernah hadir sebagai calon suami, tidak lebih dari itu. Perasaanku padanya padam sejak melepas cincin pertunangan di gedung Nathanael.Akhir cerita bersama Roan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Jexeon. Suamiku itu pergi dan menyuruhku tidak menunggu. Mereka sungguh bersaudara. Bagaimana bisa dua saudara itu sama-sama mencampakkanku? Namun, ada sedikit perbedaan antara Roan dan Jexeon, janji Jexeon padaku disaksikan Tuhan. Cinta di antara kami juga membuahkan dua bayi kembar, anak hasil persatuan raga dengan bumbu cinta. Hubungan kami tidak bisa hanya menjadi ke
Las Vegas adalah kota terpadat di negara bagian Nevada, ibu kota Clark County, Amerika serikat. Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kota yang terkenal karena sejumlah resor kasino dan hiburan sejenisnya. Lampu kota Las Vegas bersinar terang, gedung pencakar langit berdiri kokoh. Keindahan kota dapat aku lihat dari lantai 25 apartemen milik Tante Amel. Jendelanya dibuka, membuat angin musim panas masuk ke dalam. Aku memejamkan mata, merasakan angin itu menerpa wajah. Rambutku yang lurus panjang tertiup angin, berkilau indah terkena pantulan lampu. Rambut itu yang setiap malam Jexeon cium karena suka aromanya. Awalnya aku pikir ia yang sudah tobat tidak suka dengan kota ini. Namun, ternyata dia memang tidak berniat datang. Pria itu meninggalkan kami dengan menitipkan surat pada Tante Amel. Berulang kali aku mencoba menghubunginya. Bahkan menanyakan keberadaan Jexeon pada Lazio dan Elgar. Aku kehilangan Jexeon seperti orang yang hilang akal."Teman macam apa kalian tidak tahu
Wilayah Indonesia begitu luas dan indah, Jexeon baru sadar setelah berkelana di pulau Sumatra selama dua tahun. Meninggalkan tanah kelahiran sekaligus anak dan istrinya. Dia pergi dengan tujuan menyelesaikan masa lalu, menata hidupnya supaya tidak ada lagi yang tersakiti. Terutama anak-anaknya di masa depan. Ia tidak ingin masa lalunya menyulitkan kedua anaknya dan Yua. Dalam perjalanannya, ia baru sadar bahwa negaranya sendiri jauh lebih indah dari semua negara yang pernah dia datangi. Dari dulu Jexeon sering keluar negeri untuk urusan bisnis dan tugas dari Tuan Besar, pekerjaan utamanya di Siluet adalah meretas data musuh, mengirimnya ke Lazio dan tim IT. Ia juga ahli pertarungan lapangan, tidak kalah dengan para tukang pukul. Posisinya setara letnan. Tepat berada di bawah kepala tukang pukul keluarga Siluet. Ada cerita tentang kedekatannya dengan Tuan Besar hingga ia diangkat menjadi anak. Di usia 19 tahun, Tuan besar diculik keluarga Pigel. Mereka meminta tebusan dengan jumlah
Kalau Jexeon harus menghentikan perasaannya sekarang, sepertinya ia akan mati. Dia tidak menyangka akan memiliki perasaan sedalam ini kepada Yua. Dia tidak tahu bahwa es akan meleleh jika disinari matahari terus menerus. Senyuman, perhatian dan kehangatan Yua tidak disangka bisa meluluhkan lantahkan dinding esnya. Membuat perasaannya cair dan dihangatkan oleh cinta. Cinta yang setiap hari mengalir sempurna tanpa bisa dicegah kini menimbulkan efek, yakni rasa sakit. Jexeon menutup wajahnya dengan tangan. Melihat Yua terluka sungguh merobek hatinya. Terasa seperti tubuhnya yang tercabik-cabik. "Maaf," kata yang selalu dia ucapkan selama Yua kritis. Andai kalimat itu bisa mengulang waktu, dia akan memilih tidak melamar Yua. Menjauhkan wanita itu dari hidupnya yang kacau. Hari kelahiran bayinya yang seharusnya sebulan lagi terpaksa dipercepat. Bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, kecil mungil mirip Yua. Jexeon bingung harus bahagia atau sedih. "Mas Iyon bakal nyusul
Elgar tidak jadi mengambil pistol, dia berlari ke gedung. Mulai meretas semua CCTV dan mengarahkan komplotannya yang ada di dalam untuk keluar dengan selamat. Peluhnya menetes, baju putih abu-abu penuh dengan keringat. Jantungnya berdebar kencang, bunyi tembakan terus bersautan. Misi penyelamatan Yua sangat menegangkan. Pasalnya selain sulit, keadaan kakak perempuan Arjun itu tengah hamil 8 bulan. Dari earphone Elgar mendengar instruksi dari Jexeon, "kami sebentar lagi berada di luar. Cepat bawa mobil kemari!" Elgar menutup laptopnya, ia berlari ke arah mobil dan mengendarainya, berputar ke arah belakang gedung. Bersiap menerima penumpang setelah menembaki orang-orang yang menghalangi. Jexeon menggendong Yua sembari berlari ke arah mobil, dilindungi beberapa orang yang Elgar tahu itu adalah mantan anggota Gengster Singa Hitam. Mereka menginstruksikan supaya Jexeon pergi duluan. Orang-orang akan melindunginya sampai benar-benar aman. "Jalan!" Perintah Jexeon setelah berhasil masuk