Marsila juga kembali ke Kediaman Aldiso. Dia memanggil Intan dan Axel ke ruang kerja. Alfred belum pulang. Axel terburu-buru ingin mendengar hasilnya sehingga enggan menunggu Alfred pulang terlebih dahulu.Kalimat pertama Marsila sudah membuat Axel meneteskan air mata. "Tuan Axel, aku yakin Karlis adalah adikmu."Axel sangat gelisah sejak Marsila pergi. Axel takut, sangat takut Marsila akan pulang dan menggelengkan kepala padanya.Seberapa lama Marsila pergi, Axel pun cemas seberapa lama. Ada lingkaran hitam di mata Axel karena tidak bisa tidur kemarin malam. Setelah Marsila akhirnya pulang, Marsila langsung memberitahukan hasilnya sebelum Axel bisa bertanya usai menarik napas dalam-dalam.Axel terbengong dan meneteskan air mata.Nyonya Intan dan Nona Marsila ada di sana. Axel menggerakkan kakinya yang gemetar untuk duduk di belakang meja dan merebah di atas meja. Lama kemudian, Axel mendongakkan kepala. Dengan mata merah padam, Axel bertanya, "Nona Marsila harus bertanggung jawab atas
Intan menyela, "Kamu bilang tim sirkus sering diganggu dalam beberapa tahun awalnya, diganggu bagaimana? Apa Karlis memberitahumu?""Ya. Ada orang jail yang merusak peralatan pertunjukan mereka. Mereka sudah beli beberapa kali, tapi selalu dirusak. Ketua tim bahkan muntah darah saking marahnya.""Kapan itu terjadi?""Karlis bilang itu lima tahun yang lalu. Kejadian itu berlangsung selama setengah tahun.""Hmm, ingat selidiki apakah Putri Agung pernah pergi ke Kabupaten Yonos pada lima tahun lalu atau mengutus orang ke sana," pesan Intan pada Axel.Axel mengangguk. "Terima kasih sudah Nyonya Intan ingatkan. Aku fokus dengar cerita Jenny, lupa harus selidiki tentang budi penyelamatan Putri Agung."Axel tidak pernah begitu lengah. Dia sungguh sangat emosional kali ini.Marsila meneruskan, "Setelah tim sirkus dibubarkan, mereka berpencar selama beberapa bulan. Jenny sendirian dan tak berdaya. Kemudian, ketua tim kembali lagi karena kondisi tubuhnya memburuk. Jenny tinggal di Kabupaten Yono
Masalah saat ini adalah bagaimana cara Vincent untuk mengulur pernikahan mereka.Setelah ini, Keluarga Bangsawan Gunawan pasti akan terus mendesak. Tergantung bagaimana cara Vincent untuk mengulur waktu.Berdasarkan dugaan mereka, jika Vincent menolak, Jenny tidak akan bermanfaat bagi Putri Agung. Jenny hanya punya dua pilihan, yaitu menjadi selir Adipati Dennis atau selir orang lansia.Jika Vincent setuju, itu juga tidak baik karena Vincent jelas tidak memiliki rasa suka terhadap Jenny. Viona yang awalnya menyukai Jenny juga tidak akan setuju setelah tahu itu adalah konspirasi.Bahkan jika keduanya saling setuju dan ingin membahas pernikahan, wali dari pihak wanita seharusnya adalah Axel, bukan Keluarga Bangsawan gunawan. Axel tidak akan membiarkan adiknya dirugikan.Setelah suka dan duka, Axel juga memikirkan masalah tersebut. Dia berkata, "Aku tidak masalah, aku bahkan rela mengorbankan nyawaku, tapi Jenny tidak bisa. Jangan sampai merusak nama baik Jenny hanya karena pernikahan kon
Begitu keluar dari penjara bawah tanah Kediaman Putri Agung, Pangeran Rafael pergi ke aula samping dengan langkah yang berat. Putri Agung sedang menunggunya.Setelah menemui Intan dan mengetahui rencana mereka, Pangeran Rafael baru punya kesempatan pergi ke penjara bawah tanah untuk mengantarkan makanan dan pakaian pada Marisa. Dia juga bisa membawa Marisa keluar dan berkeliling di halaman belakang.Pangeran Rafael memberitahukan rencana tersebut pada Putri Agung, berarti sudah memutuskan untuk mengorbankan Leolina.Pangeran Rafael tidak punya pilihan lain. Jika dikatakan Pangeran Rafael awalnya terpaksa, sekarang dia sudah menjadi bagian dari konspirasi.Keluarga Bangsawan Gunawan berhubungan erat dengan Kediaman Putri Agung. Pangeran Rafael tidak punya pilihan selain patuh.Di aula samping, Putri Agung mengusir pelayan di sekeliling. Dia berkata dengan cuek, "Duduklah."Pangeran Rafael duduk. "Terima kasih, Tuan Putri."Putri Agung memegang cangkir teh dan menyeruput perlahan-lahan.
Putri Agung melambai untuk mengusir Pangeran Rafael. Pangeran Rafael berpikir dia tidak melihat kejijikan di matanya? Makin dia jijik, makin Putri Agung ingin dia mengingat bahwa dia dan Keluarga Bangsawan Gunawan akan selamanya menjadi budak Putri Agung.Setelah Pangeran Rafael pergi, Putri Agung memanggil Dayang Erika ke dalam. "Pangeran akan datang malam ini, nyalakan lampu lebih awal dan bakar wewangian. Ingat, Pangeran harus minum obat kontrasepsi sebelum masuk kamar."Dayang Erika menyahut, "Baik, aku mengerti."Putri Agung memejamkan mata. Ekspresi wajahnya tidak terbaca. Dayang Erika tidak pergi. Dia ragu sejenak, lalu bertanya, "Bukannya Tuan Putri tidak suka bermesraan dengan Pangeran? Buat apa harus memaksa diri?"Putri Agung mengembuskan napas tanpa membuka mata. "Aku hanya tiba-tiba merindukan seseorang.""Mereka adalah dua orang yang berbeda. Setiap kali berhubungan intim dengan Pangeran, Tuan Putri juga tidak senang." Dayang Erika adalah ibu asuh Putri Agung. Kedudukanny
Putri Agung menatap Dayang Erika seraya tersenyum. "Buat apa kamu cemas? Jihan belum kuculik. Aku dapat kabar bahwa Jihan akan meninggalkan ibu kota ke Jinbaran di tanggal 30 September. Ditambah pak kusir dan pelayan, hanya mereka bertiga. Bawa mereka semua ke Kediaman Putri Agung dan kurung di penjara tanah bawah dulu. Siapa yang akan tahu mereka hilang? Aku bisa ambil tindakan sehabis upacara pemberkatan orang meninggal."Dayang Erika sakit kepala mendengarrnya. "Tuan Putri, Marko kejam padamu, buat apa Tuan Putri cari anggota Keluarga Belima untuk melahirkan anak? Pangeran memang payah, tapi dia suamimu."Rongga mulut Putri Agung terasa pahit. Kepahitan itu berasal dari lubuk hati. Putri Agung menyangga pelipis dengan kepalan tinju dan memejamkan mata. Dia menggertakkan gigi saat berkata, "Marko kejam dan enggan punya kaitan apa-apa denganku. Aku tidak akan membiarkan itu. Aku harus melahirkan putra Keluarga Belima agar arwahnya tidak bisa beristirahat dengan tenang."Dayang Erika m
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu