Karena Intan bilang ada masalah, Marsila tentu saja langsung pergi mencari bukti. Dia mencari Metta dan menyuruhnya untuk mengutus seseorang dan mengawasi Raja Linuta. Dia juga berulang kali memberi tahu Metta untuk jangan mengungkapkan jejak apa pun dan jangan membiarkan siapa pun tahu kalau dia sedang mengawasi kediaman Raja Linuta.Kediaman Jenderal telah diserang sebelumnya dan Intan datang untuk melakukan penyelamatan. Dia sudah pergi ke istana untuk memberikan penjelasan. Kaisar mencurigai Kediaman Aldiso, jadi dia harus berhati-hati dalam segala hal.Hujan deras tiba-tiba turun dan itu terjadi pada hari ketika Shayna memasuki Kediaman Bangsawan Winata.Menantang hujan lebat, sebuah tandu kecil masuk melalui gerbang sudut Kediaman Bangsawan Winata. Shayna tidak memiliki harta bawaan yang layak dan sebelum masuk ke dalam tandu, dia menatap Rudi dengan kesal.Setelah memasuki kediaman, dia bertemu Putri Chelsea dan menawarkan teh sebagai penghormatan, tetapi dia bahkan tidak meliha
Marsila dan Ranto mengerti maksudnya.Situasi di Biromo pasti akan berubah drastis. Ketika sang putra mahkota naik takhta, prioritas pertamanya adalah menyelidiki urusan Kota Wena secara menyeluruh. Pertama untuk membalas dendam, kedua untuk menstabilkan kekuasaan dan ketiga adalah untuk membangun kembali garis perbatasan.Kalau Rudi masih memiliki rasa kasihan pada Amanda, dia akan menyuruh Amanda pulang.Akan tetapi, kalau Amanda ditawan di Kediaman Jenderal untuk melindungi keluarganya, memaksa Petrus bertindak sebagai jaminan Kediaman Jenderal, pada dasarnya dia tidak ada bedanya dengan Linda dan keduanya sangat egois.Marsila bercanda, "Mari kita bertaruh untuk melihat apakah Rudi akan memberikan surat cerai kepada Amanda. Kurasa tidak."Ranto meremehkan Rudi, tetapi mengingat keberaniannya di medan perang, dia masih bersedia mendukungnya, "Seharusnya dia akan memberikannya. Setidaknya dia bertanggung jawab di medan perang."Keduanya menatap Intan, "Kamu pilih yang mana?"Intan me
Pada tanggal 19 Juni, Petrus mengutus Teddi dan Timothi dengan tiga ribu pasukan ke pegunungan di luar Kota Norao, menunggu untuk bertemu Raja Aldiso dan Tujuvan.Petrus tidak peduli bagaimana situasi penyelamatan di sana, tetapi dia harus mengirimkan tim penyelamat.Semuanya harus dilakukan dengan sempurna agar posisi panglimanya aman.Kalau Raja Aldiso gagal dalam melakukan penyelamatan dan jatuh ke tangan rakyat Negara Lonis, itu salah dia sendiri dan tidak mungkin bagi Petrus untuk mengutus pasukan ke kota perbatasan Negara Lonis.Timothi dan Teddi telah memimpin pasukan ke gunung tertinggi di luar Kota Norao. Setelah meninggalkan seribu orang dalam keadaan siaga, mereka memimpin dua ribu orang dan terus maju, berharap bisa bertemu Raja Aldiso lebih awal.Akan tetapi, setelah melintasi gunung lain, mereka tidak berjalan maju. Jauh di depan mereka adalah Klan Padang Rumput. Tidak masalah bagi beberapa orang untuk masuk, tetapi kalau membawa dua ribu pasukan, itu sama saja dengan mem
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi bersama. Bagaimanapun, semua pasukan ada di sini dan mereka tidak menyerbu perbatasan, apalagi masuk ke Klan Padang Rumput. Hanya seratus dari mereka yang pergi ke sana secara berkelompok.Benar saja, mereka pergi secara berkelompok tanpa menarik perhatian para penjaga padang rumput. Mereka mendaki Gunung Ruhen dan menunggu di puncak gunung. Meskipun Gunung Ruhen besar, mereka menempati titik tertinggi dan tidak bisa melihat apa pun apa yang terjadi di sana.Mereka tidak bisa turun begitu saja. Gunung Ruhen separuhnya ditempati oleh Negara Lonis dan separuhnya lagi padang rumput. Begitu mengacaukannya, konflik pasti akan terjadi.Logika memang seperti ini, tetapi mereka masih meninggalkan beberapa orang, menyuruh mereka untuk langsung berteriak begitu sesuatu terjadi dan terus turun dengan belasan orang.Alfred dan yang lainnya telah sampai di kaki Gunung Ruhen. Selama melintasi Gunung Ruhen, mereka akan sampai di padang rumput.Hanya ada b
Mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi, para pengejar ada di belakang.Jadi Rafay dan Alfred bertukar pandang, kemudian menggunakan cara paling canggung dan satu-satunya yang ada, yaitu dibawa ke atas.Akan tetapi, selain Darius dan Tuan Axel, sebelas orang lainnya harus dibawa di atas punggung yang berarti mereka harus bolak-balik setidaknya lima atau enam kali.Kelelahan dan kehabisan energi sejati ... benar-benar menderita."Guru, terima kasih atas kerja kerasmu." Alfred meminta maaf.Rafay menghela napas dan berkata, "Kamu adalah muridku satu-satunya, tapi sedihnya kamu malah menikahi gadis yang paling merepotkan di Gunung Pir. Kalau aku tidak menyayangimu, siapa lagi?"Alfred ingin mengatakan kalau dia sangat bahagia, tetapi melihat sepasang mata sedih guru, Alfred menelan kembali ucapannya. Nanti saja baru dibicarakan setelah naik ke atas. Kalau sampai guru tidak setuju dengannya, dia pasti akan mendapatkan masalah.Tidak ada lagi omong kosong, Alfred menggendong Charles dulu
Semua orang menutup mulut dan melihat adegan ini dengan ngeri. Astaga, kalau seperti ini, mereka akan jatuh.Pada saat genting ini, Rafay dan Darius bergegas maju bersama. Salah satu dari mereka meraih salah satu tangan Alfred, sementara tangan lainnya meraih pohon kecil. Mereka hanya bisa menarik Alfred dan tidak bisa membawanya ke atas.Selain itu, dua pohon kecil menahan beban empat orang yang juga berbahaya.Saat ini Vincent langsung menurunkan tali dan panjangnya hanya mencapai tangan kanan Alfred.Darius melakukan kontak mata dengannya dan setelah kedua orang tersebut mengangguk, Darius melepaskannya dan Alfred langsung meraih tali itu dengan tangan kanan. Setelah Rafay melepaskan Alfred, dia juga meraih tali itu dengan tangan kiri.Kedua tangannya melilit tali, artinya hanya dua yang bisa ditarik ke atas.Talinya tidak cukup panjang untuk melingkari pohon di atas dan ketika Vincent menurunkannya, dia meletakkan salah satu ujung pengait besinya. Apa boleh buat. Kalau ujung pengai
Timothi tiba-tiba mendorong Charles menjauh dan melihatnya lebih cermat. Charles sangat berbeda dari sebelumnya, tetapi dia mengenalinya.Dia menangis dan tertawa, "Sudah tua dan jelek, kenapa bisa sejelek ini?""Jangan fokus pada reuni, cepat bantu para rekan yang lain." Alfred kesulitan bernapas dan tangannya gemetar. Setelah Levin turun, dia membaringkannya di tanah dan memanggilnya beberapa kali tanpa bangun.Timothi dan Teddi menatap kesebelas orang itu dan menangis. Syukurlah, masih ada begitu banyak yang hidup. Benar-benar luar biasa.Akan tetapi, saat ini situasi Levin sangat genting dan tidak ada seorang pun yang mengerti keterampilan medis, jadi Alfred hanya bisa terus menghancurkan pil obat dan memasukkannya ke dalam mulut Levin.Rafay juga tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun dia pandai mengalirkan darah, Levin jelas tidak menderita luka dalam. Dia menderita demam tinggi karena nanah dari semua lukanya yang merupakan situasi yang sangat berbahaya."Naik!" Terdengar suara ge
Vincent menoleh ke arah Petrus dan penasaran apakah dia benar-benar tidak mengenalinya, tidak mendengar namanya atau sengaja berpura-pura tidak mengenalinya.Lupakan saja, Tuan Axel benar. Melupakan semuanya adalah yang terbaik untuk semua orang, saat ini yang terpenting adalah Levin.Setelah tabib militer membuat diagnosis, wajahnya terlihat serius. Dia meminta Alfred untuk melihat obat yang dia berikan kepada Levin dan kemudian berkata, "Untung ada obat ini. Kalau tidak, dia tidak akan bisa bertahan sampai sekarang."Ada obat-obatan di pasukan dan itu sangat bagus. Akan tetapi, setelah tabib militer merawatnya, dia masih menggelengkan kepalanya dan mengajak Alfred keluar untuk berbicara."Pang ... Raja, aku telah mencoba yang terbaik untuk menstabilkannya paling lama tujuh atau delapan hari, tapi ini benar-benar sulit. Seluruh tubuhnya sudah terluka sangat parah dan semuanya berwarna merah serta bernanah. Kalau kamu tidak memberikan obat yang bagus itu, dia pasti sudah mati.""A ...
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu