Share

90. Sesi Curhat

Penulis: Meriatih Fadilah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Rasa makanan ini mengingatkan aku denganmu, tidak mungkin ada yang menandingi masakanmu hampir mendekati sempurna atau apakah memang kamu yang memasaknya?” Ardan menikmati makanannya selain perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi masakan itu membuatnya teringat akan masa lalu yang ingin dia renggut kembali.

Setelah menghabiskan makanan itu, Ardan langsung menyuruh Siska untuk mencari tahu tentang pemilik warung itu. Siska pun sedikit terkejut sekaligus bahagia karena akhirnya bos dinginnya itu penasaran dengan pemilik warung itu.

“Kenapa Mbak, kok senyum-senyum gitu?” Malik melihat Siska yang baru saja keluar dari ruangan Ardan terlihat bahagia.

“Jangan yang berpikiran yang aneh-aneh dulu. Aku sangat bahagia hari ini,” jawabnya sambil duduk di meja tempat kerjanya.

Malik pun menjadi penasaran apa yang dimaksud oleh Siska. “Cerita dikit dong Mbak, ada apa?” Malik antusias ingin mendengarkan cerita Siska apalagi jika mengenai bos mereka yang dingin tapi selalu baik dengan karyawanny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    91. Bertemu Dokter Rizsan

    Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam tapi Ardan belum juga sampai rumah. Rasa suntuk dan malas untuk bertemu orang rumah yang membuatnya marah. Sengaja Ardan membawa semua keluarganya pindah ke Surabaya lantaran ingin mengembangkan usahanya di kota itu dan malas pulang pergi bayaran Jakarta dan Surabaya. Ardan hanya mengkhawatirkan Tuan Ardin yang sekarang sering sakit-sakitan. Ardan masih merasa bersalah karena tidak menuruti keinginan papanya untuk bisa mencintai Aluna apa adanya tanpa melihat kekurangan fisiknya.Tuan Ardin pun memberikan semangat untuk mencari keberadaan Aluna dan cucunya itu. Di dalam mobil Ardan masih mengingat kejadian itu. Kecelakaan tunggal yang dialami oleh Delia akibat ulahnya sendiri yang mengantuk saat menyetir mobil.Ardan menepikan mobilnya dan segera mengambil ponsel. “Aku harus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya, kenapa Delia sangat membenci puteri kandungnya sendiri,” gumam Ardan dalam hati.Nama seseorang itu telah nampak di layar pons

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    92. Perdebatan Kecil

    “Kenapa Anda yang begitu kesal? Saya ibunya jadi saya tahu apa yang terbaik untuk anak saya , Anda bukan siapa-siapa bagi kami bersikaplah seperti orang lain! Kami tidak meminta apa pun dari Anda jadi saya mohon jangan terlalu dekat dengan kami, saya tidak mau dianggap sebagai wanita yang menghancurkan rumah tangga orang lain. Dan Anda boleh membawa pulang Dena segera agar anak saya tidak perlu bertemu dengan Anda, suruh saja anak buah Anda untuk membawa Dena pergi. Selamat malam!”“Halo tunggu dulu ... Ha ... Sambungan telepon itu langsung terputus. Aluna terlihat kesal sehingga dia langsung memutuskan sambungan telepon itu. Begitu juga dengan Ardan yang ikutan kesal karena dengan seenaknya wanita itu memutuskan secara sepihak. “Dia pikir siapa dia? Berani sekali membentakku, tapi kenapa aku merasa kasihan dengan Anaya? Kenapa aku ingin sekali menjadi ayahnya? Aku menjadi penasaran siapa mereka? Apakah mereka adalah Aluna yang sama dengan putrinya yang pasti otomatis dia juga put

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    93. Rasa Khawatir

    Dena mematut dirinya di cermin hias yang besar yang ada di kamar Anaya. Sebuah gaun cantik diusia nya berwarna pink muda didatangkan dari suruhan ayahnya. Di malam itu Ardan kembali berusaha untuk menghubungi ponsel Dena yang akhirnya diangkat langsung oleh Dena sendiri.Ardan sangat merindukan puterinya itu meskipun baru dua hari mereka tidak bertemu. Setidaknya Dena merasa bahagia karena bisa menemukan cinta yang lain yang tidak pernah dia dapatkan dari kecil.Ardan mengingatkan akan ulang tahunnya tepat di jam dua belas malas pria tampan itu tidak lupa menghubungi Dena dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk putrinya yang ke lima tahun.Pria tampan itu berjanji akan mengirimkan hadiah yang akan dipakai oleh Dena nanti. Dena pun meminta papanya untuk membelikan pakaian gamis seusianya untuk sahabat barunya yaitu Anaya. Entah kenapa permintaan puterinya langsung disetujui oleh Ardan sendiri. Berhubung Dena tidak tahu dengan ukuran pakaian Anaya, maka gadis kecil itu meminta bantua

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    94. Kado istimewa

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Sebuah mobil hitam masuk di halaman rumah Aluna. Tampak dua wanita paru baya turun dari mobil dan dua orang pria berjas hitam ikut mendampingi dua wanita itu.Semua orang memandang mereka, beberapa tetangga berasumsi kalau Aluna dilamar oleh seseorang pengusaha kaya sehingga mereka mengantarkan beberapa hantaran untuk Aluna.Aluna menjadi bahan gosip ada yang membelanya ada juga yang mencercanya sebagai wanita janda penggoda. Namun, wanita cantik itu tidak mau menanggapinya dengan serius karena diantara mereka pun banyak yang sudah mengetahui sifat Aluna yang sebenarnya. “Selamat pagi, apa benar ini rumahnya Ibu Aluna?” tanya salah satu wanita itu. Rani yang melihat duluan langsung menyambut kedatangan mereka dengan bersemangat. Lastri pun yang melihat dari jauh langsung memberitahukan kalau suruhan orang dari Ardan telah datang. Dena yang mendengarnya pun berjingkrak kegirangan karena dia tahu apa yabg dibawa oleh merek

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    95. Hadiah

    Naya masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dena. Baginya sangat mustahil dia begitu mudah untuk mendapatkan kado itu. Naya pun tidak berani mengambil jika tidak seizin Aluna. Gadis kecil itu hanya menatap kagum karena baru pertama kali dia mendapatkan kado sebesar itu apalagi terbungkus dengan kertas berwarna biru yang merupakan warna kesukaannya. Dena tampak kesal karena Naya hanya melototi kado itu tanpa ingin membukanya. “Kenapa kamu tidak membukanya? Sebentar lagi kita akan pergi loh, cepat ganti pakaianmu dengan yang ada di dalam sana,” ucap Dena yang tidak sabaran ingin melihat sahabat barunya itu tampil menawan.“Tidak Dena ini sangat berlebihan, seharusnya aku yang memberikan kado untuk ulang tahunmu bukan sebaliknya seperti ini,” sahut Naya tak enak hati. “Naya, aku sudah mendapatkan hadiah ulang tahun dari kamu kok,” jawabnya tersenyum tapi membuar Naya bertambah bingung.“Memang kapan aku memberimu hadiah, sedangkan uangku pun tidak cukup membelikan kamu ha

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    96. Permintaan

    “Apa ini Pak, sepertinya saya tidak ada memesan apa pun?” tanya Luna bingung dan tidak mau menerima bingkisan itu. “Tante terima aja ini pasti dari Papi, iya kan Om?” tanya Dena memastikan.“Benar Non, ini dari Tuan dan saya hanya menjalankan perintahnya, jadi tolong diterima saja Bu agar saya tidak dipecat,” ujar orang itu dengan wajah memelas. Apalagi dengan Dena yang begitu antusias untuk Aluna bisa menerimanya. Mau tak mau Aluna pun mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Aluna pergi dari hadapan mereka membawa paper bag itu masuk ke kamarnya.“Apa lagi ini, apa dia ingin merayuku dengan memberikan ini? Sangat keterlaluan sekali!” kesal Aluna dalam hati tapi tangannya tetap bergerak untuk membuka isi dari paper bag itu. Seketika mulut Aluna menganga saat melihat sebuah gamis cantik berwarna senada dengan Naya yaitu biru. “Gamis? Kenapa dia membelikan aku ini, apa dia tahu ukuran tubuhmu? Tapi dari mana? Sedangkan aku dan dia belum pernah bertemu?” tanyanya dalam hati.Aluna s

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    97. Pertengkaran

    “MasyaAllah Lun, Ibu sampai pangling saat melihat kamu? Beneran sangat berbeda hari ini. Kamu sangat cantik, apalagi dua malaikat ini. Sepertinya kalian bertiga deh yang menjadi sorotan,” puji Bu Rani bersemangat.“Ah Ibu jangan begitu saya jadi malu ini, tapi saya nggak tahu juga Bu kalau akhirnya seperti ini, apakah takdir? Saya bertemu dengan Dena yang ternyata anak dari yang memesan nasi Kotak kami untuk ulang tahun, suatu kebetulan yang aneh,” jawab Luna masih tak percaya.“Sudah takdir Luna, mungkin juga jodohmu,” sahut Bu Rani tersenyum.“Jodoh apaan Bu? Saya saja belum bertemu dengan orang tuanya Dena, mereka masih berpasangan dan saya tidak mau menjadi duri dalam rumah tangga mereka,” jelas Aluna tegas. Bu Rani mendekati Aluna dan sedikit berbisik di telinga Aluna. “Kan kamu sudah tahu bagaimana dengan mamanya Dena? Ibu dengar mereka sering bertengkar, mungkin sebentar lagi bercerai,” ucap Bu Rani tersenyum aneh. “Ibu tahu dari mana kehidupannya orang itu, kita nggak kenal

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    98. Gelisah

    “Kenapa Papi lama datang ke sini?” tanya Dena dengan wajah sedikit cemberut.“Maaf Sayang, jalanan macet dan ada beberapa berkas yang harus Papi selesaikan terlebih dahulu, tapi sekarang tidak ada yang akan mengganggu acara kita, oke?” bujuk Ardan.“Sungguh, Papi janji kan tidak akan ke mana-mana setelah acara ini selesai?” tanya Dena memastikan.“Apakah Papi sering mengingkari janji Papi sendiri?” Dena dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Nggak, Papi selalu menepati janji sangat berbeda dengan Mami dan sekarang pun Mami tidak mau datang ke pesta ulang tahun Dena. Apakah Mami sangat membenci Dena, apa salah Dena, Pi? Kenapa Mami selalu marah jika melihat Dena?” tanyanya yang masih tidak mengerti dengan sikap Delia selama ini.“Sudahlah Sayang, Mami masih banyak pekerjaan dan mungkin tidak bisa diganggu. Biarkan saja, mungkin suatu hari Mami akan berubah,. Dena harus selalu mendoakan Mami agar bisa terbuka hatinya untuk menyayangimu. Percayalah suatu saat nanti pasti terwujud,” je

Bab terbaru

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    122. Aku Mencintaimu Aluna

    Naya bangun dan melihat Ardan sedang menutup matanya. “Apakah Abi sangat kelelahan sehingga di jam seperti ini masih bisa beristirahat?” gumamnya dalam hati sambil menatap kearah Ardan. Naya beranjak dari tempat duduknya dengan perlahan-lahan lalu sampai lah dia di sofa tempat Ardan duduk dengan posisi sang masih sama. Muncul dalam pikirannya untuk bisa meringankan masalah yang dihadapi olehnya. Gadis kecil itu pun berinisiatif untuk memijat kening Ardan dengan tangan kecilnya. Ardan pun belum menyadari siapa yang telah membuatnya sedikit rileks. Dia beranggapan kalau itu adalah tangan Aluna. Ardan pun mengingat masa lalu saat tanpa disuruh Aluna langsung memijat kening Ardan begitu lembut. Awalnya menolak karena menjaga gengsi tapi lama kelamaan pijatan itu semakin terasa enak dan membuat Ardan tertidur. “Luna?” panggilnya seketika dan mengagetkan Naya yang sedang memijit keningnya. Mata Ardan melotot seperti hampir keluar dari tempatnya. “Na—naya?” Ardan masih tidak percaya

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    121. Minta Izin

    Wajah imut menggemaskan membuat pria tampan itu tidak bosan memandangnya. Baru kali ini Ardan bisa melihat putri kandungnya terlelap dalam mimpi. Dia pun tak menyangka jika telah dianugerahi dengan buah hati yang cantik dan sholehah. Seketika lamunannya tersadar bagaimana dia bisa sampai disini, apakah hati Aluna sudah mencair karena mau mengizinkan putrinya bersama ayah kandungnya sendiri?“Anaya? Dia di sini juga? Apa Dena sudah meminta izin untuk membawanya ke sini?” tanya Ardan kembali terkejut.“Nggak Pi, soalnya hari Tante Luna tidak masuk mengajar dia sibuk dengan orderan, kata Naya sih. Tadinya juga Naya nggak dijemput makanya Dena bawa saja ke sini,” jelasnya.“Jadi Tante Luna tidak tahu dong kalau Anaya ada di sini?”“Iya Pi.”“Gawat ini Dena, kenapa kamu tidak beritahu Tante Luna, kamu kan bisa menghubunginya?” Ardan begitu panik karena Aluna akan marah besar dan akan menuduh kalau Ardan lah yang merencanakan semuanya. “Papi lupa ya ponsel Dena kan sama Papi dan sekarang

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    120. Masa Lalu

    Mengingat masa lalu itu Ardan semakin marah. Apalagi dia menyalahkan Tuan Ardin atas semua yang terjadi. Menurut Ardan seandainya Tuan Ardin mengatakan siapa Aluna sebenarnya tentu tidak akan seperti ini.Hubungan antara ayah dan anak itu pun menjadi renggang, akan tetapi Ardan masih peduli dengan Tuan Ardin sehingga masih mau merawatnya sampai sekarang ini. Pria tua itu kini kembali sakit-sakitan karena terus memikirkan Aluna. Sedangkan Ardan antara marah dan merasa bersalah karena dirinya sendiri yang tidak peka dengan Aluna.“Kenapa Papa menyembunyikan hal sebesar ini? Kenapa Pa? Dan Aluna kenapa juga tidak memberitahukan kalau dia yang telah menolongku dari kecelakaan, bahkan kakinya menjadi korban karena aku! Aku memang tidak bisa melihat kebaikan Aluna, bahkan dia rela bertahan selama dua tahun dari keluarga ini padahal dia sudah banyak membantu. Aku tidak bisa diam begitu saja, aku harus mencarinya tapi di mana? Sedangkan nomor ponselnya saja sudah tidak aktif dan menyuruh or

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    119. Tertidur Di Kantor

    Lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah gedung menjulang tinggi. Naya sampai tertegun saat melihat gedung dan sekitarnya yang begitu indah di pandang mata. Pak supir menurunkan mereka di halaman parkir. Dena yang sering pergi ke kantor ayahnya sudah terbiasa untuk keluar masuk di gedung itu. “Sungguh ini kantor Abi? Tinggi sekali? Apakah banyak orang di dalam sana?” tanya Naya dalam hati begitu takjub melihatnya.Dena memperhatikan Naya yang begitu lugu melihat bangunan itu. “Apakah kamu tidak pernah melihat gedung-gedung seperti ini?” tanya Dena bingung. “Pernah lihat tapi hanya di televisi. Ini sungguhan kan?” Naya begitu bersemangat untuk mengitari pemandangan itu. “Ya iyalah, masa mainan. Ayuk, kita masuk!” “Tunggu Dena!” panggilnya lagi.“Ada apa, Naya?” Naya berlari kecil menghampiri Dena yang telah jalan duluan. “Memang anak kecil seperti kita boleh masuk ke sana , nanti kalau diusir bagaimana?” tanya Naya meragukan.“Naya sayang, kantor ini milik P

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    118. Naik Mobil Mewah

    Mendengar ucapan Bu Nia Aluan pun terkejut. Bu Nia kembali menjelaskan kalau Dena sendiri yang berinisiatif membawa Naya ikut dengannya, karena sampai di kantor Ardan pun terkejut dengan kedatangan dua gadis kecil itu ke kantornya. Setengaj jam yang lalu ....Bel sekolah telah berbunyi yang menandakan mereka pulang sekolah. Anak-anak berlarian ke luar mencari penjemput mereka. Hanya Naya dan Aluna yang belum terlihat. Meskipun Naya tahu kalau hari ini Umminya sedang sibuk dengan pesanan orderan yang semakin meludak. “Naya, kamu belum dijemput ya?” tanya Dena polos.“Iya, mungkin Ummi lupa kalo jemput Naya,” sahutnya sedikit kecewa.“Dena juga belum di jemput, hari ini. Papi juga sibuk pasti papi tidak menjemput Dena .”“Nasib kita kok sama ya?” tanya Naya menatap sendu.“Kita tunggu di luar yuk!” ajak Dena kembali bersemangat.“Oke!”Mereka pun melangkah pergi untuk sampai di depan gerbang sekolah. Pak Agus melihat mereka berdua saling berpegangan tangan “Kalian berdua belum dije

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    117. Di mana Naya

    Hari-hari berlalu dijalani oleh dua keluarga yang berbeda. Dena semakin akrab dengan Naya. Mereka begitu lengket bagaikan prangko, selalu bersama-sama. Dena pun memang tak pernah lagi ikut menertawakan Naya jika dia kena di bully malah Dena yang akan membela Naya jika asa yang berani mengganggu Naya. Aluna semakin sibuk dengan urusan warungnya karena semakin hari semakin banyak orderan yang datang untuknya. Aluna sampai kewalahan untuk mengatasinya sehingga Ardan pun memperkerjakan karyawan tetap untuk membantu Aluna. Ya berkat Ardan yang melobi ke sana kemari untuk memperkenalkan masakan Aluna sehingga banyak yang ingin mencobanya, ada juga yang memesan tiap hari untuk dijadikan menu makan mereka di kantin.Aluna menolak uang pemberian Ardan. Dia berdalih untuk kebutuhan Anaya tapi Aluna tidak mau memakai uang itu dan mengembalikannya kepada mantan suaminya itu. Ardan berpikir keras untuk bisa membantu perekonomian Aluna, sehingga timbul ide untuk membuat warung Aluna semakin dike

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    116. Perubahan Sikap

    Naya memperhatikan wajah pria itu lebih dekat lagi. Wajah yang sempurna dan memang mempunyai kemiripan dengan Naya. “Abi memang sangat tampan pantas saja banyak yang menyukai Abi, tapi apakah Abi juga banyak pacar? Buktinya Abi dulu tidak menyukai Ummi karena Ummi cacat, dan sekarang Abi kembali dan ingin mengajak kami untuk hidup bersama. Naya Ingin sekali mempunyai keluarga yang utuh. Naya ingin memeluk Abi. Naya ingin mereka tahu kalau Naya masih mempunyai Abi tapi bagaimana dengan nasib Dena? Apakah dia akan membenci Naya jika dia tahu Nayalah putri kandungnya bukan Dena,” gelisahnya dalam hati.“Apakah Naya tidak merindukan Abi dan apa yang dikatakan Ummi tentang Abi Naya?” desak Ardan ingin mengetahui apa saja yang diajarkan oleh Aluna. “Awalnya iya, Naya kan nggak pernah melihat wajah Abi Naya, tapi setiap Naya bertanya di mana Abi Naya Ummi langsung terlihat sedih. Dari situ Naya nggak akan pernah bertanya lagi tentang jika membuat Ummi menangis,” jelasnya panjang lebar.De

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    115. Pendekatan

    Ardan langsung melepaskan Aluna karena dia juga tidak mau akan terjadi sesuatu hal dengannya dan Naya.“Maaf Lun, aku hanya ....” ucapan menggantung saat Aluna langsung bertanya tentang kondisi papanya. “Bagaimana kondisi papa apakah beliau baik-baik saja?” akhirnya Aluna juga penasaran dengan kondisi kesehatan mantan mertuanya itu. “Alhamdulillah untuk saat ini baik-baik saja. Papa tidak bekerja lagi di perusahaan, kini aku yang mengambil tanggung jawab itu. Ternyata apa yang papa lakukan di perusahaan aku baru menyadarinya kalau tanggung jawab papa semasa itu sangat berat, aku baru menyadari semuanya,” jelas Ardan pelan.Aluna kembali duduk diikuti oleh Ardan. Dia senang akhirnya Aluna mau mendengarkan keluh kesahnya. “Alhamdulillah akhirnya kamu bisa berubah, Mas. Kamu mengambil tanggung jawab dengan benar. Berarti permintaan papa sudah kamu turuti,” sahutnya tersenyum lega jika mantan mertuanya masih sehat.“Nggak semuanya Lun, ada satu permintaan yang belum bisa aku turuti,”

  • Aku Istrimu, tapi Bukan Cintamu    114. Permintaan Maaf Dena

    Aluna pun melihat sekelilingnya dan benar memang masih banyak pembeli yang ingin dilayaninya.“Maaf, tapi tidak bisa lama-lama karena warung masih ramai atau mau menunggu sebentar, saya nggak bisa meninggalkan mereka?” bujuknya karena memang masih terlihat ramai. “Tante, Dena juga harus istirahat, kami juga belum pulang ke rumah kecuali kami boleh menginap di rumah Tante, boleh kan?” Dena begitu bersemangat. “Tidak!” jawab lantang Naya hampir sebagian orang melihat ke arahnya.Aluna tak enak hati jika dilihat banyak orang. Mau tak mau Aluna membawanya ke rumah yang terletak di samping warungnya. Mereka pun duduk di teras rumah. Sedangkan Naya tetap berdiri di samping Aluna yang sudah duduk bersama Ardan dan Dena. Ada sedikit rasa canggung untuk bisa duduk bersama apalagi jarak duduk mereka tidak terlalu jauh. Ardan tak lepas memandangi terus wajah Aluna sehingga wanita cantik itu pun bersemu merah. Dena yang tidak mengetahui apa-apa pun sedikit merasa curiga dengan gerak tubuh pa

DMCA.com Protection Status