Hari dan Abimanyu masuk ke rumah sakit Medica Center, tepatnya di ruangan direktur utama. Tentunya setelah keduanya memarkirkan kendaraan masing-masing di tempat yang seharusnya. "Gak apa-apa 'kan Pak Hari, kalau kita ngobrolnya cuma di ruangan saya ini?" tanya Abimanyu memastikan sekaligus membuka obrolan begitu mereka masuk ke ruangan yang dimaksud. "Tentu saja, sama sekali tidak masalah, Pak Abimanyu. Justru saya merasa tersanjung karena diperbolehkan untuk masuk ke ruangan yang pastinya cukup privasi buat Pak Direktur." "Ah, Pak Hari ini bisa saja. Di sini saya memang pemimpinnya, tapi kalau di Gauta Farma kan Bapak yang jadi direktur," gurau Abimanyu yang menuai kekehan ringan dari lawan bicaranya. Abimanyu sudah meminta kepada salah satu karyawannya untuk membelikan makanan dan minuman untuk menjamu tamunya. Mereka berdua duduk di ruang tamu kecil yang ada dalam ruangan. Ada beberapa box kue potong dengan berbagai rasa, serta minuman yang masih mengepul uap panas dari kedua
Pak Anwar : [Mbak Ghea, kapan bisa bertemu? Kami ada informasi terbaru untuk keberadaan Bu Gita]Pesan singkat yang diterima Ghea di saat dirinya sedang berada di Medica Center siang ini membuatnya senang sekaligus khawatir dalam waktu bersamaan. Tentu saja Ghea antusias karena kabar yang ditunggunya dua minggu ini akhirnya membuahkan hasil juga. Entah hasil positif atau negatif tetap saja membuat Ghea penasaran sekali. "Ugh, gak sabar rasanya bisa dengar secara langsung dimana Mama berada sekarang," desis Ghea sebelum menjawab pesan singkat dari Pak Anwar. Jam istirahat sudah lewat. Tidak mungkin Ghea akan keluar dan meninggalkan tanggung jawabnya untuk urusan pribadi seperti itu. Tapi menunggu esok di jam istirahat juga terasa terlalu lama untuk Ghea yang sudah sangat penasaran. "Apa aku bilang sama Mas Hari kalau hari ini aku harus lembur aja ya. Biar bisa ketemu sama Pak Anwar sepulang dari sini?" Ghea tahu jika suaminya tidak suka saat dirinya pulang lebih dulu dari Ghea. T
Ghea tidak menyangka jika ternyata selama ini mamanya disembunyikan keluarga suaminya di rumah sakit kecil yang ada di luar kota. Tepatnya di Bandung, yang merupakan kampung halaman Tante Hana — Mamanya Hari Hardana. Penyelidikan mereka mendapatkan hasil setelah Rosi dan Roni mengikuti Hana dan Hardana saat pergi ke Bandung di awal bulan. Sepertinya setiap awal bulan mereka mengunjungi Mama Gita sekaligus memperpanjang perawatan di rumah sakit tersebut. "Gimana mama mau sembuh kalau mereka biarin mama tanpa pengobatan yang menunjang?" lirih Ghea tidak sadar meneteskan air mata.Ghea masih ingat saat dokter menjelaskan kondisi mamanya yang butuh perawatan terbaik untuk menunjang kesembuhan. Untuk alasan itu juga Ghea akhirnya mau menikah dengan Hari Hardana karena mereka menjanjikan akan membawa Mama Gita ke Singapura untuk pengobatannya. 'Harusnya aku gak pernah percaya sama mereka. Harusnya aku gak ragu dan bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Saat itu aku terlalu l
"Sabtu malam nanti ada undangan dari Tuan Jeremy. Kamu temani aku datang nanti," ucap Hari memberitahu pada Ghea yang tengah makan malam bersamanya. "Iya, Mas." Ghea masih mengingat sosok Jeremy yang disebut oleh suaminya. Pemilik hotel mewah yang biasa dipakai pengusaha konglomerat untuk keperluan berbagai acaranya. "Akhirnya Tuan Jeremy menggelar acara pertunangan putranya juga. Choki yang kemarin ketemu di pesta anniversary Tuan Liam dengan Nyonya Zahera, kamu ingat kan?" Ghea mengangguk. Meski tidak begitu kenal, tapi Ghea masih ingat bagaimana sosok Choki yang akrab dengan Abimanyu dan circlenya. Berdasarkan ingatannya juga, Choki akan menjadi orang pertama yang akan melepas lajang di antara lingkaran pertemanan Abimanyu yang dia ketahui. "Kamu sabtu masih kerja?" tanya Hari lagi."Masih, Mas. Sampai jam 2 siang. Kenapa?" "Pulang kerja ke salon ya. Biar dibantu make up dari salon aja, sekalian perawatan sesekali." "Ah, gak usah deh, Mas. Aku pakai make up sendiri aja kayak
"Abi?""Iya, Ma." Zahera membantu merapikan blazer berwarna biru navy yang sedang dipakai putranya. Hari ini Abimanyu mengenakan outfit kaos putih yang dibalut dengan blazer biru navy dan celana bahan panjang. Cukup casual tapi tetap bisa dipakai di acara formal seperti pesta pertunangan Choki malam ini. "Kapan bawain calon mantu ke rumah ini, Bi?" "Minggu depan kalau gak ujan, Ma," kekeh Abimanyu yang tentu saja hanya membual. Calonnya aja belum ada, bagaimana bisa dia akan membawanya ke rumah mereka? Bersamaan dengan itu, Keiza yang juga sudah siap dengan dress midi model ruffle dengan aksen pita berwarna biru muda, tengah bersedekap dada di ambang pintu kamar kakaknya. Keiza nampak cantik dan anggun dengan gaun simpelnya yang dibuat dengan model ruffle yang melekuk-lekuk dari ujung ke ujung. Kemudian lengan baju model balon pendek sampai atas siku, dan ikat pinggang aksen pita makin mempermanis tampilannya. Keiza juga mengenakan aksesoris bando dan kitten heels dengan warna
Sikap terkejutnya Loretta yang berlebihan membuat Choki curiga. Dia bahkan menanyakan ada apa dengan tunangannya dengan tatapan tajam. Loretta dibuat tegang juga kebingungan di saat bersamaan. Bukan bermaksud untuk menyembunyikan sesuatu dari sang tunangan, tapi apa yang sedang disimpannya bukanlah sesuatu yang sederhana. Butuh ruang dan waktu yang longgar untuk menceritakan semuanya pada orang lain terutama sang tunangan. "A-aku gak apa-apa kok, Sayang." Choki merasa tidak puas dengan jawaban Loretta. Kegagapan sang tunangan jelas menunjukkan ada sesuatu yang disembunyikan. Choki jelas penasaran juga sudah berpikiran macam-macam."Jawab yang jujur, Loretta!" hardik Choki dengan volume rendah, tapi penuh penekanan. Choki bahkan sudah dua kali memanggil tunangannya hanya dengan menyebut nama tanpa embel-embel panggilan sayang seperti biasanya. Loretta jadi tahu Choki sedang curiga atau bahkan marah padanya. "Aku sungguh gak apa-apa, Yang." Loretta memang tidak pandai berbohong. D
"Maksudnya?" Ghea tidak paham kenapa Loretta bisa menanyakan hal itu padanya. Nada pertanyaannya seakan mengatakan jika wanita itu tahu sesuatu tentang Hari, dan saat ini sedang mengkhawatirkan keadaan Ghea dengan bertanya secara langsung. Loretta ingin menjelaskan, tapi segera diurungkan begitu melihat Hari mendekat ke arah mereka. Apalagi Hari langsung merangkul Ghea dengan posesif. "Apa belum selesai, Sayang?" "Eh, em.. Udah kok, Mas. Untungnya ada sepatuku yang pas buat Retta." "Hem, kalau sudah kita bisa langsung balik ke meja 'kan?" "Iya, Mas." Hari pun pamit untuk kembali duluan bersama Ghea. Loretta yakin Hari sengaja tidak membiarkan istrinya berlama-lama dengannya karena khawatir Loretta akan cerita yang macam-macam padanya. Loretta masih menunggu dandanannya dibenahi MUA terlebih dahulu baru menyusul kembali ke tempat acara. Ghea sendiri masih baik-baik saja sebelum kemudian merasa remasan di pergelangan tangan yang menuntunnya terasa semakin erat. "Au… Sakit, Mas
"Oppa perhatikan, kamu agak lain dari di pesta tadi. Apa ada masalah?" tanya Abimanyu yang baru punya kesempatan untuk bertanya pada Keiza. Keiza mengangguk. Wajahnya meragu. "Tapi bukan masalah tentangku. Dan aku sudah berjanji padanya untuk tidak cerita pada orang lain."Keiza mendesah pelan. Terlihat sekali wajahnya sedang terpaksa menahan perasaan. Abimanyu bisa merasakannya. Abimanyu diam. Mengingat kapan wajah adiknya mulai terlihat ditekuk seperti sekarang. Ingatan Tuan Direktur rumah sakit swasta terbaik itu cukup tajam. Dia yakin jika Keiza mulai berubah setelah kembali bersama Ghea yang entah dari mana. "Apa ini masalahnya si Ghea?" Keiza mengangkat kepalanya karena terkejut. Tidak menyangka kakaknya bisa menebak secara tepat. Sedangkan Abimanyu yang melihat respon adiknya, menjadi semakin yakin jika dugaannya benar. "Apa kamu melihat Ghea disakiti suaminya?" tebak Abimanyu sekali lagi.Keiza semakin terkesiap. "Oppa tahu kalau Eonni Ghea sering disakiti suaminya?" Kin
“Kamu kenapa, Sayang?” Gita melihat Ghea seperti tidak nafsu makan. Makanan di atas piringnya hanya diaduk tanpa berniat dimasukkan ke mulut. “Apa ada masalah yang kamu sembunyikan dari Mama?” tanya Gita lagi, karena Ghea masih bergeming. “Sebenarnya …,” Ghea menjeda ucapannya. “Sebenarnya ada apa, Sayang?” Ghea menatap mata mamanya yang menunggu jawaban. Dengan ragu-ragu, Ghea pun bercerita tentang ajakan Abimanyu untuk bertemu dengannya, dan belum dibalas olehnya. “Sebenarnya Abi ngajak ketemu, Ma. Dan aku belum kasih jawaban dari kemarin.” “Loh, memangnya kenapa? Kamu gak mau ketemu sama dia?”“Aku … bingung, Ma. Aku gak tau gimana dengan perasaanku ini. Aku pengen ketemu dia, tapi aku takut.” “Takut? Takut kenapa?” “Aku takut kebawa perasaan, Ma.”Gita akhirnya paham. Seorang wanita, saat merasa jatuh hati pada seorang pria, tetapi tidak yakin jika perasaannya berbalas, pasti akan merasakan keresahan yang teramat sangat. Dan itulah yang sedang dirasakan Ghea saat ini. “K
Abimanyu hanya terdiam saat ditandaskan dengan pernyataan tegas Gita. Keterdiamannya menjadi asumsi mereka yang melihat, jika cinta tidak benar-benar ada untuk Ghea. “Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi semua bantuan kamu untuk saya dan putri saya, Nak. Namun, jika balasannya adalah pernikahan tanpa cinta, saya minta maaf lebih baik kami membalas budi dengan cara lain. Saya tidak bisa mempertaruhkan kebahagiaan putri saya. Menebus semua kesakitannya saat menikah dengan orang yang sebelumnya saja, saya tidak bisa. Mana mungkin saya akan membiarkannya mengulang kesalahan yang sama.”“Tante, Oppa-ku gak akan nyakitin Eonni Ghea. Aku kenal dia siapa. Dia gak akan memperlakukan Eonni Ghea dengan buruk, Tante.” Keiza yang tidak tahan melihat Abimanyu tanpa pembelaan, akhirnya bersuara lebih dulu. Liam memegang lengan putrinya untuk menghentikan perkataannya karena yang lebih berhak berbicaralah ada Abimanyu sendiri. Barulah Keiza tidak melanjutkan bujukannya. “Saya tau nak, Kei
Kabar tentang hukuman yang dijatuhkan untuk Sanjaya sudah sampai di telinga Alea yang masih di Penang bersama putrinya. Tentu saja berita itu menjadi berita buruk karena lamanya hukuman yang diterima sang suami tidak main-main. “Bagaimana mungkin aku bisa melewati sepuluh tahun tanpa kamu, Mas?” ratapnya. Walaupun Abimanyu memang sudah mengcover segala biaya hidup dan berobat Qila, tetapi dukungan secara moril dan kebersamaan dengan sang suami tentu saja akan dirindukan Alea. Apalagi mendampingi pengobatan panjang putri mereka satu-satunya. Alea terpaksa menyembunyikan kondisi yang sebenarnya pada sang suami dari Qila. Dia tidak mau proses pengobatan putrinya menjadi terganggu jika tahu papanya mendekam di penjara. Apalagi jika tahu alasan papanya sampai dipenjara adalah demi biaya pengobatannya ke Penang selama ini. “Ma.” Alea menoleh dan menghapus air matanya sebelum menghampiri putrinya yang baru terbangun. Dia tidak mau sang anak sampai tahu jika dirinya baru saja menangis. A
Sejak dari persidangan, Ghea menjadi lebih pendiam. Gita yang merupakan ibu kandungnya tentu saja sangat peka akan perubahan putri semata wayangnya. “Mama perhatikan, kamu sepertinya agak berbeda, Sayang. Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya. Gita hanya menggeleng kecil. “Jujur sama Mama. Apa ini soal putranya Zahera?” “Dari pertama Mama selalu panggil Pak Abi dengan sebutan anaknya Nyonya Zahera, kenapa gak sebut anaknya Tuan Liam? Apa karena Mama sudah tahu kalau Pak Abi Itu bukan putra kandungnya Tuan Liam?” “Mama memang sudah tahu, tapi Mama juga gak tahu siapa papa kandungnya, karena Zahera gak pernah cerita dan Mama juga gak mau tanya karena takut membuatnya teringat masa lalu.” Gita pun menceritakan tentang alasan perceraian Zahera dengan papa kandungnya Abimanyu versi yang dia ketahui. Tentang pengkhianatan Sanjaya pada Zahera selama mereka menikah, dan baru diketahui saat Abimanyu sudah sekolah SD. “Sejak resmi bercerai, setahu Mama mereka memang kehilangan komu
"Gak nyangka ya, Ma. Besok udah hari persidangan aja." Mendekati hari persidangan, Ghea cukup sibuk di Gauta Farma sampai tidak sempat memantau kasus mantan suaminya yang terjerat banyak kejahatan yang berkaitan dengan keluarganya. Dia percayakan semuanya kepada Abimanyu dan tim kuasanya. Memilih untuk mengambil bagian dalam mengembalikan nama baik Gauta Farma sesuai dengan arahan dari Abimanyu. Ghea dibantu Abimanyu membuat klarifikasi mengenai skandal yang membawa nama perusahaan farmasi rintisan Tuan Gautama, papanya Ghea. Ghea dengan dukungan keluarga Evander Lim, meyakinkan masyarakat jika skandal tersebut adalah perbuatan oknum dan bukan menjadi tanggung jawab dari perusahaan tersebut. Ghea juga menjanjikan akan berupaya keras untuk mengawasi Gauta Farma lebih baik lagi sehingga kasus seperti itu tidak pernah kembali terjadi. Dengan begitu, perlahan nama baik Gauta Farna akan kembali membaik, dan bisa beroperasional seperti biasanya, meskipun untuk beberapa bulan ke depan a
Hari Hardana kembali digelandang ke kantor polisi untuk dimintai keterangan terkait pelaporan atas dua kasus baru yang menimpanya. Kasus pelaporan percobaan pembunuhan Loretta juga pembuatan hingga pengedaran obat terlarang. Keduanya mendapatkan bukti dan kesaksian dari Jodi yang difasilitasi bantuan oleh Abimanyu. Jodi akhirnya memutuskan untuk berdiri di sisi Abimanyu dan Ghea. Meskipun itu tidak bisa membuatnya bebas dari jerat hukum, tetapi setidaknya dia tidak sendirian karena otak dari tindakan kriminal itu ikut diseret olehnya. “Brengsek kamu, Jod!” amuk Hari saat bertemu dengan Jodi di tahanan. Jodi hanya terkekeh karena sudah tahu akan mendapatkan respon seperti apa saat Hari kembali masuk ke tahanan bersamanya sambil menunggu waktu sidang. “Kamu tuh yang brengsek! Kamu kira, kamu bisa lepas tangan dengan mengkambinghitamkan aku, gitu? Mimpi!” “SIALAN!” umpat Hari lagi. Hari dan Jodi hampir baku hantam jika penjaga tidak lekas melerai. Apapun yang terjadi di tahanan sam
“Ngapain kamu ke sini?” ketus Jodi saat didatangi Abimanyu di tahanan.“Kamu maunya aku ke sini untuk apa?” Jodi hanya melengos, tidak menjawab dan tidak percaya siapa-siapa untuk saat ini. Bagaimana tidak, orang terdekatnya selama ini saja bisa berkhianat dan melimpahkan semua kesalahan tindak kriminal yang pernah mereka lakukan kepadanya semua. Abimanyu mengetukkan meja kayu di depannya dengan ujung jari. Membuat suasana yang sempat hening menjadi tegang. “Kamu sudah siap menanggung semua hukum pidananya sendirian?” ucal Abimanyu lagi. Jodi masih saja diam. Dalam hati dia sangat marah dengan Hari yang sudah cuci tangan dan membuatnya dalam masalah besar. Tanpa Hari, tentu saja Jodi tidak bisa mendapatkan bantuan hukum karena selama ini dia hanya menjadi kaki tangan tanpa punya kuasa apapun. “Kalau kamu sudah siap mempertanggungjawabkan semuanya sendirian, ya sudah.”Abimanyu berdiri dan bersiap untuk pergi, tetapi Jodi yang sebenarnya sejak tadi penasaran dengan tujuan kedatang
Seperti yang dikatakan oleh Abimanyu, tidak lama setelah hari itu, seorang pria paruh baya dengan tubuh yang menyusut dimakan usia akhirnya menyerahkan diri ke polisi dengan pengakuan ikut terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap orang tua Ghea. Sanjaya sebagai sopir truk yang menabrak mobil Gautama dan Gita pada saat itu, menceritakan asal mula dirinya disuruh Hari Hardana melalui asistennya, Jodi Jonathan. Sanjaya mengaku terpaksa menerima pekerjaan kriminal itu demi imbalan uang yang banyak. Dia juga menunjukkan bukti yang sengaja masih disimpannya berupa pesan singkat dan transaksi pembayarannya. Karena kasus itu ditangani oleh Davin sebagai sahabatnya Abimanyu, tentu saja laporan tersebut lekas diproses dan dilakukan panggilan penangkapan untuk Jodi Jonathan juga Hari Hardana. Hari dan Jodi ditangkap saat keduanya masih berada di Gauta Farma. Perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan itu menjadi gempar karena penangkapan si direktur utama berikut asistennya. Apalagi
“Gak, Pa. Mama gak setuju kalau Papa mau ngaku ke polisi.”“Ma, tapi ini demi kita semua. Papa juga gak akan tenang seumur hidup kalau belum mempertanggungjawabkan perbuatan Papa.”“Papa mau tanggung jawab bukan karena Papa gak tenang, tapi karena Abimanyu yang minta, kan? Anak pertama Papa sama Mbak Zahera.” “Alea sayang, dengan atau tanpa permintaan Abimanyu, Papa memang sudah seharusnya bertanggung jawab. Papa berani melakukan tindakan kriminal bahkan perbuatan dosa asal bisa memperjuangkan kehidupan untuk Qila, putri kita. Saat ini Qila sudah makin sehat dan Papa sangat bersyukur atas itu. Papa mau taubat dan memulai lagi dengan cara yang benar, Ma. Jadi contoh yang baik buat Panda dan Qila. Ini buat kebaikan kita semua.” “Papa kenapa tega sama Mama, Pa. Gimana Mama mengurus anak-anak tanpa Papa?” “Abimanyu sudah janji akan penuhi semua kebutuhan kalian selama Papa di penjara, Ma. Papa yakin Abimanyu gak akan ingkar janji. Kehidupan kalian justru akan lebih baik setelah ini. Pa