Aku terbangun saat mendengar suara ponselku berteriak, menandakan ada panggilan yang masuk. Mengerjap aku berusaha membuka mata, mencari ponsel yang tadi ku letakkan di atas nakas kamar Safeea.“Ya, Bu, ada apa?” tanyaku saat tau jika ibuku yang menelpon.“Mar, bisa ke rumah bude Yunita sekarang?”“Lho, ada apa memangnya, Bu? Tumben banget, sudah sore banget ini,” tanyaku bingung, tidak biasanya ibu memintaku pergi ke sana kalau tidak ada pertemuan keluarga.=================================“Sudah, pokoknya langsung ke sini saja! Ibu tunggu!” pungkas ibuku.Tanpa berganti pakaian aku langsung bergegas ke rumah bude Yunita, jarak yang sebenarnya tidak begitu jauh, hanya sekitar satu jam jika tidak terjebak macet. Dalam hati aku bertanya-tanya, apa ini aada hubungannya dengan hasil tes kesuburan Arina? Jika memang karena hal tersebut, berarti bude Yunita sudah mengetahui rahasia Arina, tapi, siapa yang sudah memberitahukannya? Apakah Aldo?Aku masih berkendara menuju rumah bude Yunita,
“Ya, Val, ada apa? Aku di minimarket sebelah,”“Arina sudah siuman, Mas, cepat ke sini!” perintahnya, membuatku mau tidak mau meninggalkan kopiku yang masih panas tersebut.Kembali aku memasuki klinik, melihat keadaan Arina yang sudah siuman, namun pandangannya kosong, membuatku khawatir. Aku segera menghampirinya, mengajaknya berbicara, namun tidak diresponnya. Ada apa dengannya? =================================Berkali-kali aku mencoba, namun tetap gagal, Arina hanya diam, namun dari netranya keluar air mata tiada henti. Aku yang khawatir, segera mencari Rival, rupanya dia sedang di ruangan dokter yang menangani Arina tadi. Aku ikut masuk, bergabung dengan Rival untuk mendengarkan penjelasan dokter.“Kalau dari hasil pengamatan saya, pasien mengalami shock yang cukup berat, namun ini perlu melakukan observasi lebih mendalam lagi, agar bisa lebih akurat mendiagnosa kondisi pasien. Kalau saya boleh tau, apa hal yang membuat pasien sampai shock dan tidak sadarkan diri seperti ini?”
“Sekarang kan ada Adelya, dia pasti bisa mengurusmu seperti Safeea dulu, lepaskan Safeea, Mar! Biarkan dia bahagia dengan hidupnya!”“Bu . . .” ucapanku terjeda, karena suara ponselku yang berbunyi.Segera ku ambil ponsel dari saku celana, melihat siapa yang menelpon. Astaga, aku lupa jika berjanji untuk datang ke rumah papa nya Adelya!==================================Tanpa menyelesaikan pembicaraanku dengan ibu, aku memutuskan untuk segera pamit dari rumah bude Yunita, untuk segera pergi ke rumah orang tua Adelya. Ku rasa, papa mertuaku sudah mengetahui permasalahan kami, sehingga dia bersikap seperti ini.Aku menekan dalam pedal gas, membiarkan mobilku membelah ibukota, yang mulai sepi karena jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Fikiranku berkelana kemana-mana, terbayang akan semarah apa papa dan mama mertuaku atas kejadian ini. Ku fikir setelah pernikahanku dengan Adelya terlaksana, kehidupan yang kujalani adalah hanya berupa keindahan, nyatanya, baru sepekan aku menikah
Aku tiba di rumah tepat pukul dua pagi, tubuh dan fikiranku terasa teramat lelah, karena beban dan rasa bersalah yang menimpaku. Ku putuskan untuk masuk ke dalam kamar, membersikan diri dan berganti pakaian. Kemudian mencoba memejamkan mata, tapi sayang, tiap kali aku berusaha memejamkan mata, bukan ketenangan yang kudapat, melainkan bayangan wajah Safeea yang belinang air mata, justru hadir menghantuiku.“Aaarrrgggh!!!” teriaku, seraya melemparkan lampu tidur yang berdiri diatas nakas kamarku, sehingga membuat ruangan ini gelap gulita.=================================POV SafeeaAku melenguh lega, saat barisan pendaftar donor darah akhirnya selesai kami tangani, rasanya aku tidak pernah merasakan lelah separah ini, mungkin karena kemarin malam aku tugas jaga dan baru tidur beberapa jam saja, sehingga menyebabkan tubuhku merasa sangat lelah.Setelah memberikan sebait ucapan terima kasih kepada kami dan menutup kegiatan donor darah, Dokter Fadly mempersilakan kami untuk pulang dan ber
Jam sudah menunjukan pukul satu siang, aku memutuskan untuk meninggalkan kantor yang baru kusinggahi selama tiga jam lamanya ini, memilih mengendarai mobilku menuju ke rumah sakit, di mana istriku bertugas. Aku harus menemui Safeea, menjelaskan segalanya dan memintanya untuk tidak menceraikan ku.Ya, aku yakin dengan sedikit merendahkan diriku dengan meminta maaf kepadanya, Safeea pasti bisa memaafkan dan menerimaku lagi untuk menjadi suaminya. Setelah itu akan kuselesaikan masalahku dengan Adelya, membuatnya yakin jika aku mampu, menjadi suami yang bisa berbuat adil kepada kedua istri. Ya, aku pasti bisa, aku harus optimis. Hanya perlu sedikit usaha untuk melakukannya. Semangat, Mar!=================================Sekitar empat puluh menit kemudian, kini aku telah tiba di parkiran rumah sakit tempat Safeea bertugas, dengan penuh percaya diri, aku melangkah pasti, menyusuri lorong-lorong rumah sakit, yang menghubungkan ke ruangan di mana biasanya Safeea bertugas.Setelah mengetuk
Sekitar empat setengah jam berkendara, akhirnya kami tiba di Pangalengan, tempat uti tinggal bersama seorang pengurus rumah tangga. Kami turun dari mobil, Mas Damar menghampiriku, membelitkan tangannya di pinggangku yang ramping, membuat kami berjalan seirama. Aku meliriknya tajam, ingin memberitahukannya jika aku tidak nyaman dengan perlakuannya ini, namun seakan tidak peduli, Mas Damar justru semakin erat merangkul pinggangku. Samar-samar aku melihat senyumnya terukir.==================================POV DamarSeakan dewi fortuna sedang menghampiriku, kabar buruk yang ku dapat dari ibu mengenai kondisi uti, nyatanya membawa peluang untukku agar bisa berdekatan dengan Safeea, memeluk erat pinggangnya yang ramping, rasanya sungguh membuat adrenalinku berpacu begitu cepat. Teringat malam itu, ketika aku menaklukkannya di atas ranjang.Mungkin aku harus melakukannya sekali lagi, dengan cara yang lebih manusiawi dan penuh kelembutan, agar Safeea bersedia menerimaku lagi. Kami memasu
“Maafin ibu karena telah gagal mendidik Damar menjadi laki-laki bertanggung jawab ya, Saf. Maafin ibu, selama ini ibu bersikap dingin dan tidak peduli sama kamu, maafin ibu, Saf!” ucap ibu mertua, isak tangis lolos dari mulutnya.Benarkah yang sedang kualami ini? Ibu memelukku? Meminta maaf atas kelakuan mas Damar dan juga dirinya selama ini? Sungguh aku tidak menyangka, namun juga bahagia, karena setelah dua tahun lamanya, inilah pertama kalinya ibu mau memelukku seperti ini.=================================Aku membalas pelukan hangat ibu, membiarkan air mataku tumpah dan menangis bersama wanita, yang selama ini tidak pernah menerimaku sebagai menantu di rumahnya. Sesak yang kurasakan saat melihat mas Damar bermesraan dengan Adelya rasanya hilang, berganti haru bahagia karena pelukan dari seorang ibu.“Terima kasih karena masih mau ke sini untuk merawat uti ya, Saf, kondisi uti memang sudah mengkhawatirkan sejak beberapa hari lalu, namun, uti selalu menolak untuk dibawa ke rumah sa
“Tapi sudah larut malam, akan sangat bahaya untuk kamu,”“Sejak kapan kamu peduli? Sejak tau jika kematian kedua orang tuaku karena ulah bapak? Atau sejak kamu berhasil merobek selaput daraku dengan kasar? Sejak kapan, Mas?” teriakku, memuntahkan kemarahan yang tertahan.“Safeea!” aku menoleh ke arah pintu, bernafas lega, karena melihat Tiara berdiri di depan pintu dengan Pak Yuda di belakangnya.=================================Tanpa mempedulikan mereka, aku bergegas keluar, menarik tangan Tiara agar mengikutiku masuk ke dalam mercy yang dibawanya. Aku memilih duduk sendiri di kursi belakang, menolak saat Tiara ingin menemaniku. Air mataku semakin luruh, saat mobil yang Pak Yuda kendarai berjalan meninggalkan pekarangan rumah uti.Bagai balon helium yang terlepas, hatiku mencelos melayang tanpa arah, terus terbang hingga pecah diketinggian tak terkira, menerima kenyataan pahit yang benar-benar tidak pernah terbayangkan, bisa terjadi di hidupku. Mengapa dunia begitu kejam kepadaku
Damar Pramudya BayanakaDisinilah aku sekarang, duduk membungkuk di dalam tahanan yang busuk, menatap pilu pada jeruji besi yang menahanku untuk menghirup udara kebebasan di luar sana. Sudah enam bulan lamanya aku mendekam di sini, tepatnya setelah aksiku yang berusaha untuk membalaskan dendam kepada Safeea dan Adriyan.Aku tidak menyangka jika akhirnya akulah yang terbakar dan hancur dalam kisah ini, kisah yang awalnya aku menjadi superior karena harta yang kumiliki, nyatanya akhir menyayat yang kualami.Selain harus mendekam selama lima tahun di penjara, aku juga kehilangan perusahaanku yang akhirnya di lelang. Aku masih tidak menyangka, perusahaan yang almarhum ayahku rintis dari nol, kini benar-benar kembali menjadi nol karena ulah dan kebodohanku yang mendarah daging.Andai dapat kuulang waktu, aku tidak akan melakukan segala kesalahan yang kulakukan dulu. Setidaknya, aku tidak akan menyakiti Safeea hingga segitu parahnya, sehingga membuat wanita yang selalu hadir dalam mimpiku t
“Safeea!! Buka!!” teriaknya lagi, kali ini menggunakan kakinya untuk mendobrak pintu kamar.Safeea yang mendengar suara gebrakan dari luar membuatnya berjingkat ketakutan. Mulutnya tidak henti berdoa dan menangis, berharap bantuan segera datang untuk membantunya terlepas dari manusia yang paling tidak ingin dirinya temui di muka bumi ini.“Safeea!! Buka! Jangan buat aku murka! Kamu harus tanggung jawab sekarang juga!!”“Tanggung jawab apa yang anda maksud, Bapak Damar?”=========== Berbekal ijin yang dia dapatkan dari Adriyan untuk membawa Safeea ke Mall, Tiara datang bermaksud untuk menjemput Safeea bersama Gianira dan ketiga anaknya. Namun, saat turun dari mobil dan mendapati pintu rumah Safeea terbuka, membuat Tiara curiga jika ada hal buruk yang terjadi.Dirinya berjalan cepat ke dalam rumah bersama Gianira, setelah sebelumnya meminta ketiga anak-anak Riza tersebut menunggu di dalam mobil. Tiara khawatir terjadi sesuatu di dalam rumah, sehingga dirinya berinisiatif menyuruh anak-
Pagii semuaa 😍🤗Maaf Euy baru bisa up lagi, qodarullah keadaan kurang fit ditambah file bab baru yang siap up malah hilang karena enggak sengaja ketiban file baru jadi harus ngumpulin niat dulu untuk ketik ulang kemarin kemarin tuh 🤭Oia, ini satu bab menjelang bab terakhir yang Insya Allah ku posting besok atau lusa ya ..Selamat membaca ✌️✌️========= Benar kata pepatah yang mengatakan, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bukan kurir yang datang melainkan tamu tidak diundang, pria yang ingin paling tidak ingin kutemui di dunia ini justru datang menemuiku di rumah.“Hai, Saf. Apa kabar?”============ Tanpa menjawab aku langsung berusaha untuk menutup pintu rumah, tetapi tenaga Mas Damar lebih kuat, sehingga dengan mudah menerobos masuk hanya dengan sedikit dorongan yang dia lakukan.Aku yang sadar saat ini hanya seorang diri di rumah tidak dapat berbuat apapun, asisten rumah tangga yang mas Essa pekerjakan baru saja pulang hampir setengah jam yang lalu. Lingkungan
Hai, ada sedikit bocoran. Ini sudah mendekati akhir lho 🤗=====Jangan tanya aku mendapatkan info darimana, karena tentu dengan mudah aku mengakses informasi tersebut dari sepupuku yang seorang bisnisman ulung namun kurang beruntung di dunia percintaannya.“Mas,”“Ya, ada apa, Sayang?” tanyaku, saat mendapati Zahra keluar dari toilet kamar kami.“I have surprise for you,” bisiknya, sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna biru. Kurasa isinya jam tangan? ========= “Apa nih, Sayang?” tanyaku heran, seingatku aku tidak sedang berulang tahun maupun ada hari spesial hari ini, lalu mengapa tiba-tiba Zahra memberikan surprise? Ditambah lagi dirinya memegang kamera dan menyalakan fitur merekam saat memberikan kotak beludru tersebut.“Buka aja!”“Aku sedang tidak melewatkan hari spesial kita, kan?” selidikku, karena heran melihat Zahra terus tersenyum ke arahku. Sebelah tangannya masih sibuk memegang ponsel yang diarahkan ke arahku.“Enggak, Sayang. Ini surprise spesial dari aku buat
Aku kembali menghubungi Jerryan, memintanya untuk mendesak Safeea menghentikan kegiatan bodohnya tersebut. Namun, aku justru mendapat berita yang lebih mencengangkan. Jerryan mengatakan tidak dapat mengubungi Tiara karena panggilannya selalu dialihkan. Selain itu, Jerryan memberitau jika ada seseorang dengan akun Instegrem Adl.ya membuat pengakuan jika dia adalah saksi dari seluruh kebenaran yang Safeea katakan. Dan aku sangat hafal, siapa orang di balik akun Adl.ya tersebut. ============= Kurasakan seluruh persendianku melemas karena kabar yang Jerryan sampaikan. Bagaimana bisa Adelya bersekongkol dengan Safeea untuk menyerangku malam ini? Bukankah selama ini Adelya begitu membenci Safeea? Bahkan menurut Bagus, dirinya mendapat informasi jika Adelya sempat menyerang Safeea ketika di rumah sakit kemarin, karena menganggap Safeea sebagai penyebab aku menjatuhkan talak kepadanya.Dengan mata membulat aku menyaksikan lagi live dari layar ponselku yang lain, melihat bagaimana kali ini
“Selama pernikahan juga mas Damar tidak pernah sekalipun memberikan nafkah bathin kepada saya, kecuali di malam terakhir sebelum akhirnya saya putuskan untuk menyerah. Dia meminta saya melayaninya tapi ...,” kalimatku terputus, rasanya aku tidak sanggup untuk mengungkit kembali kisah pahit pada malam itu. Tangisku mulai pecah, Mas Essa sibuk menenangkanku, merangkulku dengan hangat.=============== Mbak Gia memberikan ku segelas air putih yang langsung kuteguk hingga habis setengahnya. Tubuhku masih bergetar tiap kali mengingat peristiwa jahanam yang mas Damar perbuat kepadaku. Perbuatan tidak tau malu yang dilakukan dengan penuh pemaksaan. Memperlakukanku laiknya binatang jalang yang sesuka hatinya dia perlakukan sekasar dan sehina yang dia inginkan.[Lanjutin dong ceritanya! Penasaran, nih][Gila, jadi hampir sepekan ini kita di bohongin sama si Damar?][Dasar cowok playing victim, manipulatif!][Spill selingkuhannya dong, Kak!][Keluarganya enggak tau kalau kelakuan anaknya kay
Aku masih terus menggulir akun sosmedku, mencari informasi mengenai ke-viral-an aksi Damar sore tadi. Hingga tidak sengaja mataku menangkap sebuah postingan yang memberitakan jika Zahra meminta cerai dari Damar dan lebih memilih menikah denganku di saat Damar dalam keadaan lumpuh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Fu*k, apa-apaan ini? Berita-berita ini benar-benar sudah kelewatan.=========== POV SafeeaAku tidak menyangka jika kecelakaan dua hari yang lalu berbuah buntut panjang, akan kewarasan mentalku yang seakan diuji oleh maraknya berita-berita hoax yang bertebaran di jaga dunia maya. Berita mengenai pernikahan dan perceraianku dengan mas Damar tersebar begitu massive, padahal selama ini aku tidak pernah memposting apapun mengenai pernikahan dan kehidupanku bersama mas Damar, setahuku begitupun sebaliknya.Lalu mengapa kini banyak tersebar berita tentang kami berdua? Bahkan aku dianggap mencampakan mas Damar karena bercerai dengannya di saat dia sedang sakit kala itu dan menikah
Sekuat tenaga aku menggerakan kaki ku agar mau terangkat, namun nihil susah sekali rasanya, hingga saat jaraknya semakin dekat, aku seakan mendapat dorongan kuat untuk kembali mencoba menggerakan kaki ku dan berlari menghampiri Safeea. Mendorongnya hingga kami jatuh berpelukan.Brakkk!!Suara reklame berdebam saat jatuh menimpa lantai beton rumah sakit. Kudengar Safeea berteriak karena kaget mendengar suara reklame jatuh, kemudian banyak orang berdatangan untuk melihat apa yang terjadi.============= Riuh ramai suara orang berdatangan mencoba memastikan keadaanku dan Safeea. Kuabaikan pertanyaan dari pihak keamanan rumah sakit yang mencoba mencari info keadaan kami.Namun, dadaku masih berdegup begitu kencang, karena selain baru saja mengalami peristiwa berbahaya, tapi juga karena Safeea saat ini masih dalam dekapanku. Tubuhnya bergetar, mungkin dirinya merasakan takut dan kaget bersamaan karena reklame jatuh barusan.Aku coba menenangkannya, mengatakan jika semua baik-baik saja. Kem
Benar yang Jerryan katakan, mengapa Adelya bisa berubah secepatnya ini? Apakah tidak ada sedikitpun tersisa rasa cintanya untukku? Hampir dua belas tahun kami menjalin hubungan dan hilang hanya dalam waktu tiga pekan?“Bagus bukan? Aku jadi bisa fokus untuk berusaha merebut kembali Safeea ke dalam pelukanku jika sudah resmi bercerai dari Adelya,” ucapku akhirnya, yang membuat Jerryan hanya bisa menepuk kepalanya. Memang apa yang salah dengan yang kukatakan barusan? Aneh!============== POV SafeeaDua bulan sudah aku menjalani kehidupan baruku sebagai seorang istri dan tentu saja aku merasa benar-benar menikmatinya. Walaupun sebenarnya aku sudah pernah mengalaminya selama dua tahun lebih sebelumnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda.Jika dulu pergi dinas ke Rumah sakit merupakan tempat pelarianku untuk menenangkan diri dari perlakuan buruk mas Damar di rumah, kini setelah menikah dengan mas Essa, pulang ke rumah adalah sesuatu yang kunanti-nantikan. Karena di sana aku benar-benar m