Beranda / Rumah Tangga / Aku Ibumu, Nak! / Bab 21. Ketahuan dan Talak

Share

Bab 21. Ketahuan dan Talak

Penulis: Eka Sa'diyah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-23 23:33:04

Weni mencari tahu lokasi foto tersebut di ambil. Weni penasaran dengan niat seseorang yang mengirim foto itu kepadanya. Ada rasa ingin tahu untuk membuktikan foto yang dikirim nomor tidak dikenalnya.

[Tolong siapa yang ada di foto itu, dan apa maksudmu!] Weni berharap ada titik terang yang membuatnya gelisah akhir-akhir ini.

[Kau pasti sudah tahu sosok yang sengaja kuburamkan] balasan dari pengirim foto tersebut.

[Beritahu aku lokasi klinik kandungan yang mereka datangi] Weni tidak tahan lagi harus berdiam diri mengabaikan rasa penasarannya.

Tak berapa lama, sebuah alamat klinik kandungan terkirim ke nomer ponsel Weni. Weni berencana untuk mendatangi klinik tersebut setelah bekerja. Weni mencoba menghubungi Aris agak siang namun lagi-lagi nomor ponselnya tidak aktif.

Sepulang kerja, Weni mendatangi lokasi klinik. Weni mendatangi bagian administrasi dan menanyakan nama pasien yang datang. Awalnya, pihak admin merahasiakan daftar pasien yang berkunjung, namun Weni memberikan alasan yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 22. Mabuk

    Baru saja kaki hendak melangkah ke dalam rumah, Weni dikejutkan sebuah mobil masuk ke halaman rumahnya. Kedua mata Weni memanas melihat Aris keluar dari mobilnya bersama dengan wanita yang pernah dilihatnya yang tidak lain adalah Marisa."Halo, Mantan istriku!" Suara Aris terdengar meremehkan Weni."Mau apa kamu kemari!" Weni sungguh ingin menmpar mulut lelaki yang sudah membersamainya empat tahun."Hanya mau memastikan kabar kamu saja. Oh ya, kejutan semalam asik, bukan?" Kedua tangan Weni mengepal kuat. Faridah menepuk bahu Weni supaya tetap sabar."Dasar, kau pria brengsek!" Bukannya menjelaskan semua mengenai hutangnya, Aris malah tertawa di depa Weni dan Faridah. Ditatapnya Faridah, mantan Ibu mertuanya yang biasanya dia remehkan. Sampai saat ini pun Aris meremehkan keberadaan Faridah."Mantan Ibu mertua, aku harap anakmu bisa tahu diri. Setelah ini kalian berdua harus pergi dari kota ini. Aku sungguh jijik sekali jika salah satu di antara kalian menyapaku di jalan atau dimanapun

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 23. Ulah Weni

    Keesokan harinya, Fatma beserta Ibu dan keponakannya bersiap kembali ke kampung. Meski berat, namun Faridah harus pulang daripada menjadi orang yang paling bersalah. Terlihat Weni pagi-pagi menikmati sarapan tanpa memanggil Ibu dan juga adiknya."Oh, kalian pulang sekarang? Bagus deh!" Fatma gemas sekali dengan ucapan kakaknya."Iya, sepertinya lebih baik ibu pulang," jawab Faridah."Seharusnya begitu, karena ibu dari kampung membuat Weni jadi begini! Semua ini karena aku punya orang tua dari kampung!" Fatma menggenggam tangan Faridah supaya tetap sabar menghadapi Weni. Tidak ada ucapan selamat tinggal kepada Keynan sekalipun. Keynan kemarin yang sudah siap membuka hati untuk memaafkan Ibunya, kini lenyap sudah rasa sayang untuk Ibunya.Mereka berempat kini berdiri di depan halaman rumah Weni menunggu angkutan yang akan membawanya ke terminal terdekat. Ridho mengendarai motor bebeknya sedangkan mereka bertiga menggunakan bus antar kota. Sesekali Faridah terlihat mengusap air mata. Uca

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 24. Pindah

    Berita beredar video pengakuan Weni ternyata sudah menyebar di kampung asalnya. Faridah dan Fatma yang baru sampai pun, kini harus mendapatkan tatapan iba atas video Weni. "Bu Faridah, bagaimana si Weni? Kenapa bisa sampai begitu?" Faridah dan Fatma saling berpandangan. Kedua tidak tahu soal yang dibicarakan salah satu tetangganya yang bernama Bu Leha."Maksudnya bagaimana, Bu Leha?" Fatma bertanya balik kepada tetangganya tersebut."Fatma dan Bu Faridah belum tahu video viralnya si Weni?" Keduanya hanya menggeleng pelan. Benar-benar tidak tahu dengan video yang dipertanyakan."Video apa?" Leha menunjukkan video Weni yang sudah menyebar. Dada Faridah bergemuruh melihat video tersebut. Faridah sangat menyayangkan sikap Weni yang terlalu gegabah mengambil tindakan.Fatma segera membawa masuk Ibunya ke dalam rumah. Diraihnya gelas dan diisi air untuk Faridah. Fatma merasa kasihan kepada Faridah yang menjadi kepikiran tentang Weni."Bu, minumlah dulu!" Faridah meminum air hingga habis. K

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 25. Berubah

    Hari ini pertunangan benar-benar digelar di kediaman keluarga Marisa. Acara hanya dihadiri beberapa keluarga terdekat karena acara sangat tertutup apalagi dari media. Semua dilakukan karena beredarnya video viral yang dibuat oleh Weni. Penjagaanpun terbilang ketat, apalagi keluarga Marisa terbilang keluarga terpandang dan kaya.Weni sedari tadi di mobil memperhatikan situasi di depan rumah Marisa. Rumah mirip dengan istana yang berhasil membuat Aris tergila-gila pada Marisa."Rupanya kamu matre sekali, Mas!" Gumam Weni. Weni segera meninggalkan kediaman rumah Marisa. Kini tinggal seseorang yang diajak kerja sama oleh Weni dan menyusup diam-diam ke dalam kediaman keluarga Marisa.DuarSeketika terjadi ledakan di meteran listrik kediaman rumah Marisa hingga semua aliran listrik terputus dan gelap. Acara terganggu karena mendadak gelap. Terlihat asap tebal keluar dari meteran listrik membuat salah satu asisten rumah tangga ikut panik."Pak, meteran listrik terbakar!" Aris dan juga Marisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 26. Ancaman

    Pagi-pagi Weni dikejutkan dengan keberadaan Aris di ruang kerja Weni. Raut wajah terlihat tidak menyenangkan sama sekali melihat keberadaan Weni."Kamu ngapain kemari?" Weni begitu gugup dengan tatapan Aris kepadanya. Aris berjalan mendekati Weni sedangkan Weni mundur beberapa langkah ke belakang hingga menyentuh dinding."Aku hanya ingin memperingatkanmu, Mantan istriku!" Aris hendak membelai rambut Weni namun segera ditepisnya. "Kita sudah tidak ada hubungan apa lagi, jadi keluar dari ruanganku!" Kata Weni dengan nada memberi tekanan kepada Aris."Tapi urusan kita belum selesai, Mantan istriku. Aku tahu jika kejadian saat pertunangan itu kamu adalah dalangnya."Weni terkejut dengan tebakan Aris. Namun, Weni berusaha tetap tenang meski dugaan Aris adalah benar. Dirinya adalah dalang di balik kejadian saat prosesi pertunangan Aris dengan Marisa."Apa karena aku mantan istrimu, sehingga kamu menuduhku telah merusak hari kebahagiaanmu? Apakah kamu pernah memberitahu kapan waktu pertuna

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 27. Drama

    Ridho turut prihatin dengan sikap yang dimiliki Weni. Kakak iparnya begitu tega memperlakukan Ibu mertuanya seperti bukan seorang Ibu. Berkali-kali menyakiti Ibunya tanpa berpikir tang akan terjadi padanya nanti."Paman, Keynan boleh, kan tinggal disini?" Ridho tersenyum dan menggendong Keynan. "Paman akan selalu mengijinkan Keynan tinggal bersama Paman!" Faridah tersentuh melihat kedekatan Ridho dengan Keynan. Begitu juga dengan Fatma lebih mirip Ibu pengganti untuk Keynan.Faridah merapikan beberapa lembar pakaiannya ke dalam lemari yang berbahan dasar plastik. Hanya ini yang bisa Fatma lakukan, membeli lemari dari kayu juga uangnya tidak cukup. Fatma kembali sibuk dengan bolu pisang pesanan tetangga yang sedang ada hajatan. Faridah sadar diri sehingga turun tangan membantu pekerjaan Fatma."Ibu, tidak perlu begini! Fatma bisa mengerjakan semuanya!" Fatma memegang tangan Faridah supaya menghentikan pekerjaanya membantu Fatma."Ibu tidak mau berpangku tangan disaat kamu sibuk, Nak!

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 28. Durhaka

    PrankTidak sengaja Weni menyenggol pramusaji yang membawa minuman. Tentu saja suasana menjadi gaduh karena sebuah kecelakaan kecil yang terjadi. Banyak mata yang tertuju ke arah Weni dengan gaun cantik yang berakhir terkena minuman. Bima mengambil kesempatan untuk membantu Weni. Kedua mata Marisa memanas melihat Bima begitu dekat dengan Weni, begitu juga dengan Aris."Dasar orang kampung! Kamu ngapain kemari sih?" Tidak disangka, pemilik suara itu adalah Meli, mantan mertuanya yang terang-terangan menghinanya di depan banyak tamu.Aris tidak bisa banyak bicara saat Weni mendapat hinaan dari Meli. Aris hanya bisa melihat tanpa bisa membantunya."Orang kampung ini telah memberikan banyak pengabdian kepada anakmu, Nyonya. Orang kampung ini telah kau bohongi bahkan kau mendukung anak lelakimu berselingkuh dengan orang kaya!" Weni berdiri dan menatap lurus ke arah Meli. Kedua mata saling bertatapan penuh amarah. Nafas saling memburu melihat satu sama lain. Weni merasa tertipu dengan soso

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 29. Luka

    Pagi-pagi usai Aris berangkat bekerja, diam-diam Marisa menghubungi Bima secara sembunyi-sembunyi. Marisa khawatir akan ada asisten rumah tangga yang mendengar percakapannya dan melaporkan kepada orang tuanya. Setelah memastikan situasi aman dan terbebas dari tangkapan cctv, maka Marisa mulai melanjutkan rencananya.Panggilan pertama tidak diterima oleh Bima. Marisa tidak patah arang dan mulai memanggilnya kembali. Panggilan keduanya tidak mendapat jawaban seperti panggilan sebelumnya. Hingga panggilan ketiga, barulah Bima menerima panggilannya. "Ha-halo, Bima!" Suara Marisa terkesan pelan-pelan. Marisa berharap Bima mau mendengarkan ucapannya kali ini."Ada perlu apa?" Ucapan Bima terkesan dingin. Marisa berulang kali menelan ludah ketika harus berbicara dengan Bima."A-aku rindu padamu!" Meski tergagap, namun Marisa tetap berani mengungkapkan isi hatinya kepada Bima."Jangan kau bilang rindu jika hanya untuk menyakiti dirimu sendiri, Risa. Bersenang-senanglah dengan suamimu. Aku ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07

Bab terbaru

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 44. Selamat Tinggal (End)

    Semalaman Aris tidak pulang ke rumah demi menunggu Weni di depan apartemennya. Tidak masalah harus menunggu lama demi bisa bertemu mantan istrinya.Drrt drrtPonsel berdering panggilan dari salah satu perawat yang merawat Meli. Dengan tangan gemetar, Aris berharap mendapat kabar baik dari perawat. Aris takut jika harus mendapatkan kabar buruk setelah kehilangan Marisa dan juga Weni."Halo, Sus!" Keringat dingin karena kekhawatiran yang cukup besar kini berangsur hilang. Meli sadar dari masa kritisnya selama satu bulan. Aris gegas ke rumah sakit untuk menemui Ibunya.Sesampai di sana, terlihat Meli sudah bisa diajak bicara oleh suster meski tenaganya masih lemah. Aris melihat pemandangan yang sangat membahagiakan. Setidaknya bisa mengobati rasa gundah di hatinya saat ini."Mama," Aris memeluk Meli saat itu juga."Anakku!" Keduanya benar-benar larut dalam kebahagiaan. Aris belum berani mengatakan jika Marisa sudah meninggal dunia dalam keadaan tragis. Aris takut jika nanti Meli akan te

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 43. Sadar

    Aris tidak melihat Marisa sama sekali seharian ini. Bahkan sampai larut malam Marisa belum juga pulang. Kepala Aris tiba-tiba pusing tanpa sebab. Terlintas wajah Weni di pelupuk matanya."Weni, dimana kamu?" Ada rasa rindu kepada Weni."Kenapa akhir-akhir ini aku tidak bertemu dengannya?" Aris merasa ada yang aneh. Biasanya dirinya selalu bertemu Weni sepulang kerja."Apakah dia marah padaku?" Aris merebahkan kembali bobot tubuhnya di ranjang tanpa Marisa malam ini. Aris mencoba menghubunginya namun tidak ada jawaban dari Marisa. Ponselnya bahkan tidak aktif.Aris benar-benar tidak tahu yang dilakukan Marisa di belakangnya. Apalagi dirinya merasa takut dengan ancaman Marisa akhir-akhir ini. Aris mencoba mencari nomor ponsel Weni. Hanya saja nomor ponsel Weni sudah tidak ada di ponselnya. "Bagaimana cara aku menghubungi Weni?" Aris frustasi malam ini. Weni dan Marisa sama-sama tidak bisa dihubungi.Di rumah sakit, Weni mulai bisa tidur dengan nyenyak. Faridah membacakan surat Alfatih

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 42. Sihir

    Weni memberanikan keluar dari apartemen sekedar mencari udara segar. Namun baru saja keluar dari lift yang membawanya ke lantai dasar, Weni sudah ditemukan dalam keadaan pingsan. Pihak pengelola apartemen segera membawa Weni ke rumah sakit. Pihak rumah sakit juga merasakan ada yang aneh dengan tubuh Weni, begitu berat saat dipindahkan ke brankar rumah sakit, padahal tubuhnya kurus. Menjelang tengah malam, Weni mengeluh tubuhnya kepanasan. Padahal, setiap diperiksa perawat, suhu tubuhnya normal. Salah satu perawat di rumah sakit adalah seseorang yang berasal dari kampung yang sama dengan Weni. Sehingga perawat tersebut segera mengabari Fatma selaku adik Weni."Astaghfirullah, Mbak Weni sakit!" Faridah yang saat itu sedang menyuapi Keynan terkejut mendengar ucapan Fatma. Ada rasa khawatir yang cukup besar ketika mendapati kabar buruk tentang saudaranya di kota. "Weni sakit apa, Fat?" "Biar nanti Fatma ceritakan sama Ibu. Kita tunggu Keynan tidur!" Usai menyuapi Keynan, Fatma lantas d

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 41. Pikiran Kacau

    Weni merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dulu sangat membenci Ibunya sendiri, namun ketika sudah diabaikan keberadaanya oleh Faridah, Weni merasa tidak tenang. "Kenapa aku jadi dilema begini?" Teringat jelas saat Faridah sama sekali tidak mau menatap wajahnya padahal sangat jelas jika dirinya tepat di hadapan Ibunya.Selama perjalanan, Weni sama sekali tidak konsentrasi. Semua terasa kacau baginya usai bertemu Ibunya. "Sialan!" Hampir saja Weni menabrak pembatas jalan. Weni gegas mengatur perasaa gelisah dan kembali melajukan mobilnya.Weni mulai berhati-hati dalam perjalanan menuju ke apartemen miliknya. Ada rasa tenang ketika sudah sampai lokasi. Weni merebahkan bobot tubuhnya usai meminum segelas air supaya lebih tenang."Ada apa denganku?" Weni memukul kepalanya dengan tangan kanannya. Sikap angkuh kini mendadak tidak berguna.Weni berusaha memejamkan mata supaya bisa menghilangkan ingatan saat diabaikan Faridah. Berkali-kali Weni mencoba tidur siang hasilnya tetap nihil. Bahka

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 40. Cuek

    "Kenapa Faridah?" Fatimah melihat Faridah seperti tidak percaya dengan yang ada di depannya."Ah, tidak ada apa-apa, Nyonya. Hanya saja saya heran, semua menikmati sarapan di satu meja makan yang sama," Fatimah tersenyum mendengar pengakuan Faridah."Kita disini keluarga. Kamu juga termasuk menjadi bagian dari keluarga ini. Biasakanlah dirimu dengan kehidupan di rumah ini!" Faridah kembali menikmati makanannya seperti asisten yang lain. Tidak ada rasa canggung sama sekali pada mereka. Usai sarapan bersama, mereka kembali pada pekerjaan masing-masing. Fatimah berkutat dengan komputernya memeriksa beberapa laporan yang masuk. Meski usianya tidak lagi muda, namun Fatimah lihai menggunakan komputer untuk menjalankan bisnisnya. Faridah tertegun dengan sikap majikan yang baru ditemuinya. Begitu mandiri meski rumah tidak ada siapapun kecuali asisten rumah tangga."Sibuk, Nyonya?" Faridah meletakkan secangkir teh di meja kerja Fatimah."Ya, beginilah orang tua. Masih harus bekerja di masa tu

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 39. Majikan Baru

    Pagi ini Fatma terpaksa mengijinkan Faridah ke kota untuk mencari alamat Weni. Fatma ingin mendampingi namun Faridah berharap Fatma tetap menjaga Keynan di rumah.Kini Faridah berada di depan rumah Weni. Rumah yang sudah menjadi jaminan atas hutang Aris tanpa sepengetahuan Weni. Kenangan pahit muncul begitu saja hingga tak terasa air mata menetes begitu saja."Bu Faridah," sapa salah seorang tetangga. Lebih tepatnya seorang istri dari ketua RT yang dikenal dengan nama Murti."I-iya, Bu RT. Bagaimana kabarnya?" Faridah berjabat tangan dengan Murti."Alhamdulillah, Bu. Bu Faridah bagaimana kabarnya?" "Alhamdulillah. Bu Murti, saya mau tanya." Murti menatap Faridah begitu lekat seakan tahu apa yang akan ditanyakan."Weni sekarang tinggal di apartemen, Bu. Saya tahu alamatnya, nanti saya antar kesana," kedua mata Faridah berbinar mendengar Murti akan membantunya mempertemukan dirinya dengan Weni.Murti mempersilahkan Faridah terlebih dahulu untuk beristirahat di rumahnya. Rumah yang cuku

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 38. Rencana Lancar

    Pagi ini Fatma melihat Faridah sedang duduk melamun di pekarangan rumah. Tatapannya kosong seperti memikirkan beban teramat berat. Fatma menghentikan pekerjaanya dan menghampiri Faridah."Ibu," Faridah terkejut melihat Fatma sudah di sampingnya."Fa-Fatma!" "Ibu sedang memikirkan apa?" Fatma mencoba bertanya kepada Faridah. "Tidak ada apa-apa. Fat, Ibu mau bertanya padamu." Fatma mengernyitkan dahinya. Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Faridah."Apa Ibu salah jika ingin mencari keberadaan Kakak kamu? Ibu merasa Kakak kamu sedang berada di dalam lembah hitam. Ibu khawatir jika Kakakmu salah jalan." Andai jika diijinkan, Fatma ingin mengatakan untuk tidak mengijinkan Ibunya ke kota sendirian, apalagi sudah dipastikan akan mendapatkan hinaan dari Weni maupun orang yang kenal dengannya. Namun, Fatma sama sekali tidak punya hak atas keinginan Ibunya terhadap Weni."I-Ibu tidak salah. Hanya saja Fatma takut jika Mbak Weni menyakiti hati Ibu ketika bertemu," Fatma terpaksa mengungkapk

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 37. Modus

    Meli kesal melihat gelang baru milik Weni. Gelang yang pernah diinginkan. Bahkan sampai sekarang, hanya saja Weni ternyata lebih dulu mendapatkan gelang yang diimpikan."Kok bisa dia punya gelang itu. Gelang itu harganya sangat mahal. Mustahil jika Weni bisa memilikinya!" Meli tidak hentinya menggerutu menuju ke meja. Tanpa disengaja Meli melihat menantu dan anaknya sedang makan siang. Bibir seketika tersenyum, ada niat tersembunyi saat ini. Kebetulan sekali Meli ingin gelang yang lebih cetaf dari yang dimiliki Weni."Halo, anak dan menantuku!" Kedatangan Meli yang tidak disengaja mengejutkab mereja berdua. Termasuk Aris saat ini. Sedangkan Marisa terlihat biasa saja saat Meli kini berada di depannya."Mama pesan dulu gih!" Tanpa pikir panjang, Meli memesan sesuai permintaan Marisa. Sesekali Meli berpikir untuk merangkai kata yang akan digunakan membujuk Marisa. Meli benar-benar tidak ingin kalah saing dari Weni."Marisa, bagaimana kandunganmu? Apa ada sesuatu yang kamu inginkan. Mis

  • Aku Ibumu, Nak!   Bab 36. Keadaan membaik

    Suhu tubuh Keynan semakin tinggi membuat Keynan mengigau. Fatma, Ridho dan juga Faridah bergantian menenangkan Keynan. Hingga menjelang dini hari, Keynan barulah merasa tenang."Alhamdulillah, sudah lebih tenang daripada tadi!" Gumam Fatma sedikit lebih lega melihat perubahan keadaan Keynan. Begitu pula dengan Faridah, cukup tenang melihat Keynan sudah kembali tenang. Tidak lagi memanggil Ibunya yang tidak pernah ingin menemuinya."Fat, istirahatlah! Biar Ibu saja yang menjaga Keynan!" Fatma duduk bersandar di sebuah kursi sedangkan Faridah duduk di samping brankar Keynan. Keduanha begitu lelah hingga dengan cepat kedua mata mereka terpejam.Ridho berjaga di depan ruang rawat inap Keynan memastikan jika terjadi apa-apa di dalam ruangan. Keesokan harinya, Fatma berpamitan untuk menjual gelang sebagai biaya untuk pengobatan Keynan. Meski tidak besar namun cukup untuk membayar tagihan rumah sakit. Faridah bersyukur sekali masih ada salah satu anaknya yang selalu ikhlas menolongnya tanp

DMCA.com Protection Status