Share

Arsitek kesayangan

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-01 03:41:12

-Keputusan sikap yang kuambil hari ini adalah takdir yang akan menentukan jalan hidupku di masa akan datang.- Audrey

Gaji pertamaku telah terkirim empat hari yang lalu. Masih tersimpan rapi di dalam ATM dan kugunakan seefektif mungkin untuk keperluan sehari-hari.

"Seneng nih gaji pertama cair." Celetuk Anjar.

"Banget!"

"Baru kali ini ya lo pegang duit segitu banyaknya Drey?"

Aku mengangguk dengan wajah berbinar.

"Ini masih trainee ya? Apa lagi kalau udah tetap kayak mas Fajar, lo pasti lompat kegirangan sampe nembus plafon."

Mas Fajar pura-pura membetulkan kerah kemejanya.

"Siapa dulu. Fajar Anggara Syahputra."

"Kalau Mas Fajar sih jangan ditanya lagi. Udah jago." Kuberi jari jempol.

"Asal nggak ada yang nangis di lift terus lupa lantai tempat kerja."

Beberapa hari yang lalu sepulang meninjau lokasi proyek Pradana House bersama Mas Fajar dan Pak Asmen, aku sempat menangis di lobby mendengar ucapan Mas Fajar. Tentang sikap Pak Asmen yang dingin dan bisa saja dengan mudah memberhentikanku dari Antara Karya.

Waktu itu masuk lift khusus karyawan setelah memarkir mobilnya. Padahal ia memiliki jatah untuk menaiki lift khusus direksi yang jauh lebih nyaman. Tetapi ia malah menggunakan lift khusus karyawan, jatah untuk karyawan biasa sepertiku dan Mas Fajar.

Tidak berhenti disitu, ketika Mas Fajar menolak dengan halus tawarannya untuk bergabung satu lift dengannya karena tahu aku sedang bersedih, Pak Asmen malah menekan tombol tahan agar pintu lift tidak tertutup. Walhasil, mau tidak mau aku pun masuk lift dengan mata sedikit berair.

Dan sebelum mencapai lantai tiga tempatku bekerja, aku malah keluar di lantai dua saat pintu lift terbuka. Alasannya aku sangat tertekan berada satu lift dengan Pak Asmen.

"Nanti ke lapangan lagi bareng lo kan mas?" Tanyaku memastikan karena takut bila hanya berdua bersama Pak Asmen menemui customer.

Kemarin surveyor lapangan meminta kami terjun ke lapangan untuk mencocokkan data dan material yang terkirim. Pengalaman salah pengiriman material mengganggu jam kerja dan otomatis yang mendapat limpahan kesalahan adalah aku.

"Iya. Kita berdua aja." 

Aku menghela nafas lega. Berdua bersama Mas Fajar lebih menyenangkan dari pada bersama penjaga neraka Antara Karya, Pak Asmen.

"Syukurlah. Terus Pak Asmen?"

"Orangnya ijin ada keperluan keluarga. He told me for hand in this." Mas Fajar mengangkat drafting tube hitam.

"Ohh... kirain sama dia."

"Cieeee mulai nyariin nih?" Goda Mas Fajar.

Tiba-tiba Anjar menatapku dengan raut berbeda padahal sebelumnya dia sangat fokus dengan laporannya.

"Yeeee apaan sih mas. Orang cuma nanya bakal dikasih tebengan apa kagak." Belaku karena tuduhan konyolnya itu.

"Surely? Terus kemarin waktu bisa berduaan enak nggak? Brunch dimana?" Mas Fajar menaik-turunkan alisnya.

Andai Mas Fajar tahu jika Pak Asmen memiliki dua sisi wajah berbeda seperti mata uang. Bila di kantor ia sangat perfeksionis, begitu bersama customer ia sangat pandai memikat hati. Aku menjulukinya bunglon berkaki seribu.

"Iiiih Mas Fajar, fitnah."

Wajah murung Anjar memunculkan dugaan bahwa ia memiliki rasa untuk Pak Asmen. Tidak hanya sekali ia demikian ketika aku dan Mas Fajar membicarakan dirinya. 

Ingin sekali kukatakan pada Anjar untuk bangun untuk tidur halunya. Dari pada menghabiskan hati untuk mencintai seorang Pak Asmen.

***

Siang harinya kami menuju lokasi proyek perumahan Pradana Group menggunakan taksi online. Maklum cuaca sedang terik-teriknya dan di tengah perjalanan Mas Fajar mendapat telfon. Dari gaya berbicaranya yang formal, aku bisa menebak jika itu dari atasan.

"Siapa mas?" 

"Pak Asmen, mau mastiin nggak ada yang kelewat. Dia juga pesen lo harus fokus sama customer. Nanti kita video call-an bareng customer buat jelasin besteknya."

Dimanapun dia berada, mau sedang izin sekalipun, mengapa dia masih memikirkan pekerjaan? 

Apakah dia tidak memiliki keluarga untuk diprioritaskan? 

"Oh... Jangan-jangan kita mau nafas aja ntar dia juga nanyain?" Selorohku.

"Inget, lo udah pernah dapet red flags dari dia. Jangan asal ngomongin dia biar nggak kebiasaan."

Aku memberengut. "Iya-iya gue salah. Makanya ini lagi memperbaiki diri."

Mas Fajar terkekeh. "For one thing, karyawan sebelum lo pernah ngumpat di depan Pak Asmen. Bilangnya Pak Asmen terlalu perfeksionis, banyak nuntut dan nggak menghargai usaha dia. Pak Asmen kasih dua pilihan, minta maaf atau angkat kaki. Berhubung Pak Asmen itu blue-eyed man-nya Pak Rudy, ya lebih baik kantor kehilangan kacung kampret anak itu tadi lah."

"Pak Asmen kesayangan banget ya mas?"

"Banget. Dia berprestasi, potensial, banyak designnya yang dapat pujian dari customer. Nggak heran kalau perusahaan anggap dia kayak aset berharga."

"Akhirnya dia kayak semaunya sendiri ya mas?"

"For beginner like you, pasti mikir dia orang yang keras, always talk turkey. Padahal dia tuh enakan banget kalau kita rajin dan nurut."

"Enak apanya, orang killer gitu. Eh mas, Anjar kayaknya naksir Pak Asmen deh."

Mas Fajar terkekeh. "Bukan rahasia umum Drey. Dia tuh dambaan cewek-cewek jomblo di kantor. Atau lo juga naksir?"

"Apaan sih? Orang dia kayak snowdrop. Bukan tipe gue lah."

"Kan pas, lo yang cerewet dia yang diem. Lo yang panas dia yang dingin. Saling melengkapi."

"Amit-amit."

Begitu sampai lokasi, kami bertemu customer lalu membahas laporan pembangunan. Syukurlah customer puas dengan revisi laporan keuangan dan bestek terbaru Pak Asmen.

Ada berlembar-lembar gambar bestek di meja gubuk proyek yang diletakkan Mas Fajar sembarangan saat ia pamit ke toilet. Aku ingin perancang bestek ini lah yang akan mendesain rumah idamanku kelak.

"Paralio Kian Mahardika M.Ars." Gumamku saat membaca namanya yang tertulis di pojok kanan bawah. 

"Siapa dia?"

"Apa itu nama asli Pak Asmen?"

Bab terkait

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pertemuan terkonyol

    -Perempuan pintar adalah perempuan yang tahu bagaimana mencintai laki laki. Tapi perempuan yang pernah terluka tahu siapa laki laki yang pantas dicintai.- Audrey Long weekend is coming. Bagi seorang pekerja dan pelajar, mendapat libur panjang seperti mendapat keberuntungan. Targer menghabiskan waktu di luar kos adalah hal mengasyikkan apalagi menghabiskan uang. Mall, tujuan utamaku. Hidup di kota besar, hiburan yang tersaji hanyalah pusat perbelanjaan modern yang menawarkan beragam jenis kebutuhan. Pakaian, makanan, alat rumah tangga, hingga hobi seperti menonton film. Tanpa banyak persiapan aku langsung menggeret Amelia, sahabat terbaikku di kos, untuk menemaniku ke salon dan berbelanja baju kerja keluaran terbaru. Using my first salary. "Ini bagus nggak Mel?" Aku memilih setelan kerja berwarna biru matang di salah satu gerai yang menjual pakaian formal. "Ck...old style. Lo persis aunty aunty tahu nggak." Aku menonyor kepala Amelia. "Pilihin kalau gitu." Aku kembali menyu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Tampan tapi killer

    -Apa yang menurutku baik, belum tentu menjadi yang terbaik. Membiarkan ia terlepas adalah jalan terbaik.- Audrey "Debaran?" "Atasan lo kan ganteng Drey." Aku menggeleng. "Dia bos killer." "Gue aja kesengsem loh Drey." Andai Amelia tahu bagaimana sadisnya Pak Asmen pada bawahan, pasti ia akan menarik ucapannya kembali untuk mengaguminya. Aku juga heran mengapa rekan-rekan kerja di kantor begitu mengidolakan dirinya? Apakah mereka tidak pernah mendapat teguran atau lirikan sadis darinya? "Lo udah ada cowok masih aja ngelirik yang lain." "Habis dia keren sih. Tipe idaman banget loh." Memilih mengabaikan ucapan Amelia, kami berdua kembali berjalan menuju halaman mall sambil menunggu datangnya taksi online. Lalu duduk di kursi yang berada di bawah pohon ketapang rimbun. Pohon ini mengingatkanku pada bestek karya arsitek idolaku, Paralio. "A picture speaks a thousand words." Gumamku sambil menengadahkan kepala. "Ngomong apaan?" Aku menggeleng dengan menatap rimbunnya pohon ini. "

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cacian berujung penyesalan

    -Menghindar itu lebih baik dari pada pura-pura tidak melihat.- Audrey Pagi cerah, aku melenggang masuk lantai ground kantor menggunakan setelan kerja terbaru. Rasa percaya diri ini bertambah ketika penampilanku tidak jauh berbeda dengan staf perempuan lain yang lebih senior. Setidaknya, jika ingin memiliki banyak teman, bukankah harus satu frekuensi dengan yang lain? Bahkan demi menjaga penampilanku di awal bulan ini agar tetap terjaga, hari ini aku memilih memesan taksi online. Aku masih muda, seksi, single, dan apa salahnya jika mendapat perhatian dan pujian dari lawan jenis. "Pagi semua." Sapa Pak Rudy ramah. Beliau berjalan bersisian dengan Pak Asmen, sang anak emas. Mereka bak anak kembar beda indukan. Yang satu sudah paruh baya dengan perut membuncit. Yang satu masih muda dengan tubuh seksi. "Pagi pak." Jawab kami serentak seperti memberi hormat pada pak guru. It's been five months, aku jarang melihat Pak Asmen sejak proyek perumahan Pradana Group berakhir. Aku lebih ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Doa yang mustajab

    -Cinta itu butuh debaran dan getaran, walau hanya dengan melihat bayangannya saja.- Audrey Menikmati waktu luang dengan menonton film di bioskop, sendirian. Benar benar luang setelah seminggu yang lalu aku sempat sedih hingga terpuruk. Bahkan Amelia tidak tahu bagaimana lagi caranya membujukku agar bangkit. Itu semua karena..... Kontrakku tidak diperpanjang. Biasanya di jam segini aku sibuk-sibuknya mengerjakan laporan keuangan dan melakukan kroscek dengan bagian sipil. Namun tidak dengan hari ini atau esok. Aku sangat mencintai pekerjaan sebagai accounting payable di Antara Karya. Setiap hari aku berusaha memperbaiki kinerja agar tidak mendapat teguran dari atasan. Tapi, nyatanya usahaku dipandang sebelah mata. Bahkan rekaman kejadian pemecatan secara halus itu pun, masih membekas kuat di otakku. Aku urung masuk ke ruangan Bu Fatma karena beliau sedang berbicara serius dengan Pak Asmen. Untuk pertama kalinya selama enam bulan bekerja, aku menemukan pria itu disana. Tepat dihar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Yang mendebarkan hati

    -Hanya karena dia menunjukkan kemarahannya padaku, bukan berarti aku harus membalasnya dengan cara yang sama.- Audrey Lunch is my favorite part of the work day. Aku, Anjar, dan beberapa staf divisi keuangan yang lain menuju aula untuk menyambut manajer SHE yang baru. Bisik-bisik tentang sosoknya sudah beredar luas ketika aku off job selama seminggu. Bayanganku dia adalah pria berumur lima puluh tahun, gendut, beruban, keriput, dan angkuh. Karena begitulah biasanya tampang para direksi disini. Aula kantor Antara Karya tidak bisa dikatakan sederhana, karena interiornya dihias dengan well-balanced furniture. Membuat siapapun yang berada di aula merasa takjub dan nyaman. Furnitur ergonomis, pencahayaan strategis, dan tempat duduk nyaman. Meja meeting memanjang, boss chair berkelas untuk para manajer. Sedang para staff duduk i sliding seat. Fasilitas yang jauh berbeda. Old habits always die hard. Sudah rahasia umum jika kantor Antara Karya sangat menjunjung tinggi batas antara

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Awal perasaan yang salah

    -Berburuk sangka tidak membuat bahagia. Berpikir positif atas apa yang sudah terjadi itu jauh lebih baik.- Audrey Proyek baru yang menjadi jatahku kali ini adalah renovasi gedung dinas pariwisata. Sang kepala dinas yang baru menginginkan renovasi besar-besaran khususnya pada tugu kantor dan bangunan inti. Sebagai kantor pariwisata, sudah seharusnya ia menggabungkan beberapa unsur budaya daerah ke dalam ornamen dinding kantor. Tujuannya untuk membuat staff yang bekerja selalu ingat dan mencintai budaya Indonesia. Idenya sangat bagus, tetaoi memusingkan untukku. Karena ada beberapa material yang dibutuhkan untuk pengerjaan kantor yang tidak bisa dipenuhi akibat stok habis. Sedang bagian lapangan berteriak 'lapar material'. Aku harus memutar otak dengan mencari vendor lain yang memiliki bahan tersebut. Belum selesai dengan pekerjaan sendiri, Bu Fatma memberi mandat agar aku menggantikan posisi Mas Fajar rapat di aula untuk membahas mega proyek jalan tol. Rasanya tubuhku hampir te

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Benci dan Cinta

    -Bila bagi orang lain mengagumi diam-diam itu menyesakkan, maka berbeda denganku. Mengagumi diam-diam itu menjadi sebuah harapan.- Audrey Affar Khaleed Dirgantara, seorang manajer SHE baru di kantor Antara Karya. Dia pria dewasa menawan dan mapan berusia 37 tahun. Kedewasaan, kebijaksanaan, dan ketegasan yang tidak berlebihan membuatnya disegani para direksi dan bawahan. Tidak hanya itu, semua yang melekat pada dirinya adalah hal yang sanggup membuatku kembali jatuh cinta. Termasuk gaya berpakaiannya. Sebucin itulah diriku jika berhubungan dengannya. Mulai dari tatapan mata, senyum, cara berjalan, juga sikap dewasanya saat menghadapi masalah di kantor, membuatnya tidak memiliki cela yang patut digunjingkan kecuali kelebihannya. Bahkan aku melabelinya sebagai sosok pembimbing hidup idaman. Aku jelas-jelas mengaguminya. Atau mungkin malah mencintainya? Setelah meminta Mas Fajar mengambil alih kembali proyeknya dengan alasan aku tidak berpengalaman dengan mega proyek, dia tetap mel

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Kebohongan kilat

    -Memotret kepribadian seseorang sama dengan memotret jiwanya.- Audrey Lembur oh lembur. Melelahkan dan menguras pikiran serta tenaga. Di Antara Karya, lembur seperti aktivitas bulanan yang selalu ada karena beragam masalah di lapangan yang membuat input data ke kantor juga tersendat. Sedang pelaporan harus diserahkan setiap hari. Malam ini aku lembur tapi tidak sendiri. Karena sudah diambang batas kelelahan yang maksimal, aku tidak tahan jika dipaksa duduk lebih lama di kursi bundar ini. Setelah berpamitan pada yang lain, aku menuju lift yang akan membawaku ke lobby. Di dalam lift aku memijat tengkuk sendiri dengan memejamkan mata sambil membayangkan ayam geprek pedas dengan segelas lemon hangat. Ting... Terlalu enak memijat tengkuk hingga tidak sadar aku berjalan sambil memejamkan mata. Hingga... Bruuuk!! Aku menabrak punggung tegap yang tertutup kemeja biru dengan tidak sengaja. Tubuh yang lelah ternyata memiliki efek yang besar pada konsentrasi seseorang. Termasuk cara be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05

Bab terbaru

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Terlanjur mencintai kakak ipar

    POV RADO Tak terasa, sudah tiga bulan lamanya, Mbak Sasha tinggal di rumah ini bersama aku dan Mama. Berkat kegigihan dan terapi yang setiap hari dilakukan bersama tenaga medis yang selalu datang ke rumah, akhirnya Mbak Sasha bisa berjalan dengan lancar. Selama tiga bulan itu juga, ketika Mas Kian tidak memiliki waktu pulang ke rumah karena dituntut pekerjaan yang padat, akulah yang menggantikan perannya sebagai ayah untuk Shakira dan .... suami untuk Mbak Sasha. Mau bagaimana lagi, Mama sudah berusia lima puluh tahun lebih, wajar jika tidak bisa ikut membantu Mbak Sasha begadang bila Shakira rewel. Entah karena demam setelah imunisasi, tidak mau tidur malam, mengganti popok, dan lain sebagainya. Aku tidak keberatan karena dengan begitu akhirnya Mbak Sasha bisa lebih dekat denganku. Bukankah jika aku menemani Mbak Sasha, itu artinya aku bisa satu kamar dengannya? Bahkan dia mulai bergantung padaku jika membutuhkan sedikit banyak hal. Aku tidak keberatan jika dia repotkan karena m

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Bahagia setelah pernikahan

    POV PARALIOKetika Sasha mengucap kata cintanya padaku setelah pertikaian dan perpisahan kami selama ini, betapa bahagianya aku. Hatiku seperti disiram air surga. Hanya sekedar kata cinta dan pelukan tulus darinya saja, aku begitu bahagia. Ya, hanya untuk sekedar kembali mendapatkan ketulusan cinta Sasha, banyak yang harus kuperjuangkan dan kukorbankan. "Aku mencintaimu, Mas."Aku mengurai pelukan kami lalu menangkup wajahnya yang menggemaskan. Maklum, usia Sasha terpaut sebelas tahun denganku. Betapa beruntungnya aku memiliki istri daun muda seperti dirinya. Mau menerima duda sepertiku dengan segenap cinta tulusnya. Dan kali ini aku tidak akan melepaskannya lagi.Aku menarik pelan wajahnya lalu kusatukan kening kami berdua. Saat hatinya dipenuhi oleh cinta untukku, aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untuk makin merayunya. "Jangan ragu sama cintaku, Sha. Kali ini aku sungguh-sungguh.""Sebenarnya, aku kadang masih ragu sama kamu, Mas. Tapi, aku sadar kalau perasaanku ke kamu

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cinta di hati keduanya

    POV RADO Satu botol berisi obat penenang yang kusimpan baik-baik akhirnya kukeluarkan setelah beberapa minggu ini kutinggalkan. Aku tidak kuat menahan ledakan di dalam dada akibat melihat Mas Kian yang mulai bersikap sangat manis pada Mbak Sasha. Aku tidak terima!!!Aku segera mengeluarkan satu pil itu dari wadah lalu menelannya dengan sisa air yang ada di tas sekolah. Setelah tertelan dengan benar, aku terduduk di tepi ranjang dengan menundukkan wajah. Tidak lama berselang seulas senyum disertai kekehan pelan keluar dari bibirku. Ini artinya reaksi obat telah bekerja dengan baik menenangkan syarafku akibat ledakan emosi yang tidak bisa kukendalikan. "Mas Kian sialan! Ngapain dia sok manis ke Mbak Sasha. Kemarin bilang nggak mau ujung-ujungnya doyan!" "Kenapa harus kamu sih, Mas? Kenapa harus kamu yang ketemu Mbak Sasha? Kenapa bukan aku?!" "Tapi nggak masalah, aku bakal cari cara buat deketin Mbak Sasha. Waktuku sama dia lebih banyak ketimbang sama kamu. Lihat aja nanti, Mas!"

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Aku, kau, dan suamimu

    POV RADO "Apa maksudmu tanya kayak gitu, Do? Memangnya siapa yang benar-benar suka sama aku?" Tanya Mbak Sasha yang masih setia duduk di kursi rodanya. Aku mengambil kursi lalu memposisikan di dekat kursi roda Mbak Sasha. Lalu duduk di sebelahnya dengan tatapan begitu lekat lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu yang sudah kukenakan di pagi hari ini. "Seseorang, mungkin." Kepala Mbak Sasha menggeleng. "Nggak ada, Do. Kamu ini bercanda aja sukanya." "Dari pada Mbak Sasha nggak bahagia sama Mas Kian." "Sebelum Masmu nikahin aku, statusku ini cuma perempuan hamil tanpa suami. Bayangin, betapa jeleknya aku di mata orang. Lalu seseorang dari masa laluku nawarin pernikahan karena anaknya butuh kasih sayang seorang ibu dan anakku butuh sosok ayah. Intinya kami saling melengkapi tapi nggak ada rasa cinta." "Kalau kamu sekarang tanya kenapa aku kayak nggak bahagia sama Masmu, gimana aku bisa bahagia kalau dia adalah orang bikin aku nggak bisa percaya sama apa itu cinta dan kesetia

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Nekat melakukan pendekatan

    POV RADO Masih menggenggam tangan Mbak Sasha dengan tidak tahu malunya sembari menatap wajahnya yang masih setengah lesu itu, aku kembali berucap. "Ya karena aku sayang sama kamu, Mbak." "Sayang?" Beonya dengan nada tidak mengerti. "Sayang yang gimana maksud kamu Rado? Aku nggak ngerti." "Kamu berubah baik, berubah hangat, dan ... membingungkan." Wajar jika Mbak Sasha bingung menghadapi perubahan sikapku yang terlalu mendadak ini. Sedang perasaanku sendiri juga berubah begitu cepat setelah berulang kali aku menciumnya tanpa tahu siapapun. "Sayang ... sebagai ..." "Rado, maaf." Mbak Sasha kemudian menarik tangannya dari genggamanku. "Kita ini ipar dan nggak seharusnya kamu pegang tanganku kayak gini." Imbuhnya. Binar cinta dimataku untuk Mbak Sasha meredup karena ucapannya kemudian kepalaku tertunduk lesu karena seperti menelanjangi diriku sendiri dihadapan Mbak Sasha. Aku melupakan pelajaran mengendalikan diri dan emosi yang biasa dokter Rafael ajarkan padaku. Bahwa ledak

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Pulangnya si cinta pertama

    POV RADO Sejak Mbak Sasha dinyatakan sadar dari tidur panjangnya, aku dan segenap penghuni rumah sangat berbahagia. Akhirnya, penantian dan doa yang terus kami panjatkan membuahkan hasil. Apalagi jika itu bukan karena bayi mungil yang belum memiliki nama ini sangat membutuhkan Mbak Sasha. Mas Kian melarang kami memberi dia nama karena itu akan menjadi hak Mbak Sasha sepenuhnya. Apapun itu aku tidak masalah asal Mbak Sasha siuman dan bisa segera pulang. "Mama mau ke rumah sakit sekarang?" Ini sudah dua hari sejak Mbak Sasha siuman, dan kemarin Mas Kian sudah kembali ke kota untuk bekerja. "Iya, besan mau pulang ganti baju. Giliran Mama yang jaga sekarang." "Titip salam buat Mbak Sasha ya, Ma." "Iya, Rado ganteng. Kamu sanggup kan sama si mungil di rumah?" "Sanggup, kan ada pengasuhnya juga." "Ya udah, Mama berangkat dulu. Taksinya udah nungguin." Tanpa Mama, Mas Kian, bahkan orang tua Mbak Sasha sekalipun, mereka tidak tahu jika aku sudah berulang kali mencium bibir Mbak Sa

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Cemburu cium pipi, boleh?

    POV PARALIO Apakah Sasha bahagia karena aku menikahinya? Senyum saja tidak. Kedua matanya hanya menatap jemari yang terpasang cincin pernikahan yang kusematkan. Pantaskah aku berpikiran bahwa Sasha tidak bahagia dengan pernikahan kami? Padahal aku sangat bahagia memiliki dia yang sudah lama memendam cintanya untukku. Bahkan saat aku berulanag kali menyakitinya entah sengaja atau tidak sengaja sekalipun, Sasha masih menyimpan aku di ruang hatinya. Kini, ketika aku merasakan hatinya telah mati untukku, aku merasa.... menyesal. Hari ini, ketika Sasha sudah dinyatakan stabil kesehatannya, dokter memutuskan memindahkan ia kembali ke kamar rawat inap agar aku bisa menjaganya. Kini, setelah kami sudah tiba di kamarnya, Sasha akhirnya membuka suara. "Dimana anakku, Kian?" Tanyanya dengan suara lirih dan serak. Aku yang sedang membetulkan selimutnya, kemudian beralih menatap kedua bola mata indahnya yang sayu. "Dia di rumah, sama Rado, Mama, dan Mamamu. Tapi aku ada videonya. Mau

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   Ketika matanya terbuka

    POV PARALIOSudah dua minggu, istriku dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang sama. Tidak ada perubahan sama sekali dan itu membuatku hampir putus asa. Sebenarnya ada apa dengan Sasha?Mengapa setelah melahirkan, kondisi kesehatannya memburuk seperti ini?Tidak hanya aku dan orang rumah yang sedih melihat keadaan Sasha yang tak kunjung membaik. Tapi, bayi kami pun ikut terdampak. Kata Mama, bayiku sering menangis dan malam harinya rewel hingga pengasuhnya lelah. Karena itu pula, kinerjaku memburuk. Aku bahkan tidak bisa fokus pada pekerjaan saat rapat dengan customer besar yang memintaku secara langsung untuk mengerjakan bestek pesanannya. Melihat perubahanku yang tidak baik, entah angin dari mana Pak Affar dengan baik hatinya menawariku satu solusi demi kesembuhan Sasha. Kami pergi ke salah satu panti asuhan anak yatim piatu lalu mengajak mereka berdoa bersama demi kesembuhan Sasha dan menyantuni mereka dengan beragam kebutuhan yang diperlukan. Dan setelah acara itu, hubunganku

  • Aku Bukan Perempuan Mainanmu   First kiss

    POV RADO Apa aku harus mencium kakak iparku sendiri? Padahal aku tidak pernah berciuman dengan siapapun sebelumnya. Memiliki kekasih saja tidak. Memang, siapa yang sudi mencintai pemuda yang memiliki gangguan mental sepertiku?Begitulah pemikiranku ketika melihat Mbak Sasha yang masih setia terlelap dalam tidurnya di rumah sakit ini. Mataku masih setia menatap wajahnya yang setengah pucat dengan selang makan yang dimasukkan melalui sudut mulutnya. Sedih, kasihan, dan terbayang-bayang dengan bayinya yang berada di rumah tanpa belaian dari Mbak Sasha sebagai ibunya. Tatapanku berpindah ke tangannya yang kugenggam dengan erat karena suhu tubuh Mbak Sasha yang lebih rendah dari tubuh manusia normal. "Mbak, bangun. Bayimu nungguin kamu. Semua yang ada di rumah nunggu kamu sehat lagi. Jangan tidur terus.""Aku tahu kalau kamu kayak gini itu juga ada andil salahku, Mbak. Tapi aku janji bakal berubah. Aku bakal tebus kesalahanku. Aku bakal sayangi kamu sama bayimu, Mbak. Aku janji. Tapi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status