Terlanjur EnakBenar apa yang sudah ku duga, saat sampai di rumah pasangan suami istri itu masih tertidur, namun si Bayi Desta dan kakak kembarnya sudah bangun. Devi dan Dewi nonton tivi sambil minum susu dari dotnya masing-masing, karena memang duo kembar itu belum bisa lepas dari dot. Sementara si bugsu Desta sedang bermain-main dengan popok bekas pakai yang tercecer di depan kamar Mbak Sarah, saat aku melihatnya, si Desta menggigit popok bekas itu, hingga gel-gel kotorannya itu menghambur keluar semua."Huwekkk huwekkk!" Seketika langsung mual perutku melihat pemandangan itu."Kamu kenapa Dek?!" Mas Johan lari menghampiriku yang sedang menutup mulut menahan muntah.Ku jawab pertanyaan suamiku itu dengan menunjuk ke arah Desta yang sedang berpesta dengan popok bekas itu, kemudian aku langsung lari ke kamar mandi belakang. Semangkuk soto tadi akhirnya berpindah ke sini.Aku kaget saat kembali masuk ke dalam, saat Mas Johan berani membangunkan kakaknya yang sedang tidur itu, padahal
**************** **************Hari ini akan menjadi hari yang cukup melelahkan di toko, karena akan banyak barang yang datang dari gudang, seperti tepung terigu, gula pasir dan barang yang lainnya yang datang dalam ukuran besar atau karungan, dan biasanya barang ini akan datang dua minggu sekali, eh nggak pasti pula sih, tergantung kapan aku ordernya.Biasanya saat barang itu datang, aku akan mempekerjakan tiga atau empat orang untuk mengemasnya dalam kemasan kecil yaitu satu kilogram dan setengah kilogram. Setelah mengemas mereka langsung akan menaruhnya di rak-rak yang telah kusediakan. Pagi ini sebelum berangkat ke toko, aku akan menelepon Mila, temanku yang juga berjualan di pasar, siapa tahu di kampungnya ada yang sedang mencari pekerjaan."Assalamualaikim Mil. Aku mau ngrepotin kamu dikit neh," ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon."Waalaikumsalam. Boleh kok Rin, asal jangan banyak-banyak ya," balasnya sambil tertawa."Cariin karyawan dong Mil, dua orang gitu.
**************** **************Meski kesal dengan sikap orang tuanya, namun tetap aku membelikan kebutuhan susu dan pampers untuk anak-anak Mbak Sarah, karena pada dasarnya mereka tidak bersalah sama sekali.Dua puluh menit sudah perjalananku bolak-balik rumah ke minimarket membeli susu keponakanku tersebut. Sengaja kuparkirkan motorku di pinggir jalan, agar suara motorku itu tak terdengar oleh Mbak Sarah. Lalu diam-diam ku intip apa yang mereka lakukan dari depan pintu. Tampak Mbak Sarah menggendong Desta sambil menyapu dan kakinya menyeret kain pel basah. Sedangkan duo keponakan kembarku sedang memunguti sampah yang berceceran, kemudian memasukkanya ke dalam tempat sampah."Ayo cepetan, keburu Tante kalian yang bawel itu datang!. Kalau semua ini nggak beres, nggak akan ada uang jajan seharian. Nggak usah bersih-bersih banget sih, yang penting kelihatan rapi," ucap Mbak Sarah pada kedua putrinya.Mendengar kata-kata Mbak Sarah tersebut, aku pun langsung nyelonong masuk ke ruang tamu
[Kamu tadi sudah makan 'kan Dek diluar? Ya sudah biarkan saja semua tetap begitu adanya, jangan ada yang di bersihkan..kamu langsung masuk kamar saja]Kuikuti saja apa yang di perintahkan oleh suamiku barusan, lagian aku juga capek sih kalau harus beresin semua ini. Mending aku rebahan dan nonton tivi di kamar.Saat aku selesai menunaikan salat isya, terdengar suara lantang Mas Johan. Aku pun segera keluar dari kamar untuk melihat apa yang akan di lakukan suamiku kali ini."Astaghfirullahaladzim Mbak Sarah, apa-apaan ini?"Mas Johan marah karena melihat keadaan rumahnya yang mirip kapal pecah, sedangkan terlihat Mbak Sarah sedang asyik menyatap mie di meja makan yang kotor itu."Eh kamu sudah pulang Jo. Papa juga sudah pulang ya. Pasti capek sekali kan Pa? Yuk kubuatin teh," ucap Mbak Sarah sambil menghampiri Mas Rusli.Demi melihat perkataanya tadi tak dihiraukan, malah kini akan membuatkan teh untuk Mas Rusli, suamiku itu meninggikan suaranya."Mbak aku ini lagi ngomong sama kamu, k
Pukul setengah sebelas malam, kami sampai di rumah. Nampak pintu masih terbuka, semoga bukan kejutan lagi yang akan kami dapatkan malam ini."Ish teledor banget sih, sudah malam kok nggak di tutup juga masih nggak di tutup, keterlaluan sekali mereka itu." Mas Johan mulai mengomel.Entah mengapa sejak mendengar kabar kehamilanku tadi pagi, suamiku itu terlihat geram sekali pada mereka, bahkan melebihi aku."'Kan tadi kamu sendiri Mas yang meminta mereka agar tak menutup pintu sebelum tamunya datang. Berarti mereka itu menuruti apa yang kamu mau Mas."Kami pun melangkah masuk, terlihat sepi pasti jam segini para bocah itu sudah terlelap. Mas Johan pun kemudian menutup pintunya. Lalu kami menuju ruang keluarga dan mematikan tivi. Mungkin sejak tadi Mas Rusli menunggu tamu fiktif itu di sini sampai ketiduran."Jangan di bangunin Mas, kasihan, biar saja," kataku. Kemudian kami pun kembali masuk ke kamar."Dek, gimana kalau besok kita piknik ke pantai. Refreshing lah, lama juga kan kita ng
"Ya ampun Mbak banyak banget sih. Ya udah nggak apa-apa, tapi nggak usah bawa koper, ganti tas saja! Kita itu mau piknik bukan mau minggat!"Mau tidak mau akhirnya Mbak Sarah mengangkat kembali koper itu masuk dibantu oleh Mas Rusli. Sementara ketiga anaknya sudah masuk di dalam mobil. Sampai sepuluh menit berlalu, mereka berdua tak juga menampakkan batang hidungnya, terlihat Mas Johan sudah mulai geram."Bentar ya Mas, biar ku susul mereka di dalam dulu," ucapku dan di jawab anggukan oleh suamiku itu.Saat aku masuk ke dalam, ternyata pintu kamar Mbak Sarah tertutup. Niat hati ingin mengetuk pintu itu, namun aku malah mendengar suara sakit yang tertahan (ah pokoknya suara ituloh, author bingung mau nulis suara apa, takut dibilang pornoliterasi,He-he).Kurang ajar sekali kakak iparku ini, kami diluar disuruh menunggu bersama anak-anaknya, eh mereka di dalam kamar malah main kuda lumping!Brak brak brakKugedor pintu kamar itu keras-keras."Mbak Sarah! Mas Rusli! Cepet keluar ada keba
"Eits tapi jangan senang dulu. Jika kali ini kalian tak mau juga bekerja, padahal semuanya telah kami siapkan. Maka setelah ini segera kemasi barang kalian, aku nggak mau melihat wajah kalian di rumahku! Aku sudah lelah selama tujuh bulan ini mengayomi benalu seperti kalian!" ucap Mas Johan tegas."Jangan begitu dong Jo, kami mau tinggal di mana jika kamu mengusir kami?" rengek Mbak Sarah."Yah itu urusan kalian! Kalian berdua itu bukan lagi anak kecil, yang belum bisa berpikir dan mengambil keputusan sendiri!" Mas Johan tetap pada pendiriannya.Sungguh tak pernah ku sangka jika suamiku bisa menjadi seperti saat ini, perubahan yang sangat drastis sekali. Bukannya kurang ajar pada saudara yang lebih tua, tapi mengajarkan pada mereka untuk bisa mandiri dan bangkit kembali dari keterpurukan. Tak bisa kubayangkan sampai kapan mereka akan menjadi benalu terus di rumah kami."Tolong lah Jo, aku berjanji akan bekerja dengan baik di kantor mulai besok. Beri aku kesempatan sekali lagi. Jangan
"Mas kenapa kok kamu sepertinya bersedih begitu?" tanyaku sesaat setelah kami salat dzuhur berjamaah."Aku bingung Dek," jawab Mas johan singkat."Memangnya ada apa Mas?""Sesungguhnya aku ini juga tak tega berkata seperti itu pada Mbak Sarah, karena dia itu satu-satunya keluargaku, dan Ibuku pun dulu berwasiat agar aku selalu menjaganya. Namun jika aku tetap diam, sampai kapan dia akan menjadi benalu kita? Dan mereka pasti juga tak akan pernah berubah selalu saja memanfaatkan kebaikan kita," ucapnya sambil menunduk."Iya Mas aku tahu, sesungguhnya kamu sangat sayang pada Mbak Sarah. Kamu telah memilij jalan yang benar kok Mas, karena jika kamu tetap memanjakannya maka samapi kapanpun dia dan suaminya tak akan maju dan hanya akan berpangku tangan saja pada kita. Kurasa almarhumah ibu di sana juga mengerti kok, kalau semua yang kita lakukan ini semata-mata untuk kebaikan mereka nantinya. Jangan pernah kendor Mas, agar mereka tak merendahkanmu terus. Meski kita lebih muda, tak sepatutn
Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga
Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j
Part 54Pergilah Dariku[Mas, jadi kamu masih tidur di rumah Mbak Sarah? Ketemuan yuk! Aku kok rasanya sudah nggak kuat lagi ingin bersatu dengan kamu. Selama ini kita hanya melakukan hal itu lewat video saja. Yakin deh jika secara langsung pasti akan lebih nikmat. Dijamin pasti kamu akan ketagihan deh. Karena aku akan melayani kamu lebih baik dari pada si Rini itu.][Mas, kamu kok nggak balas chat aku sih? Ngapain sih kamu itu masih terus mencoba setia pada Rini. Ayo lah Mas, kamu itu lebih pantas dengan aku dari pada Rini yang jelek itu!]Membaca pesan dari sahabatku pada suamiku itu sungguh membuat darahku mendidih. Coba saja posisikan diri kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Ya, aku pun begitu, saat ini rasanya saat ini juga aku ingin marah semarah-marahnya pada Mas Johan. Bahkan sekarang juga aku ingin menghajar Mila hingga wanita cantik itu menjadi tak berbentuk lagi. Saking marahnya aku. Karena dia telah menusuk dari belakang dan menghianati kepercayaanku.Tetapi
Part 53Akan Segera BerakhirSengaja aku memang tak mengatakan semua ini pada Mas Johan, karena aku sangat yakin jika dia tak akan pernah mempercayai hal ini. Begitupula dengan Mbak Sarah, dia pun menyarankan jika tak perlu mengatakan semua ini dulu pada Mas Johan."Lalu menurut kamu, langkah apa yang kini harus kita Ambil? Aku ingin Desta segera kembali ke pelukanku Sin. Aku takut kedua setan itu akan mencelakai dia!"Aku dan Mbak Sarah kini berada di dalam kamar dan kunci kami tutup dari dalam. Agar Mas Johan tak bisa mendengarkan apa yang sedang kami perbincangankan."Aku pun sebenarnya bingung Mbak, kalau kita langsung mendatangi rumah si Mila. Tetapi aku takut nanti malah mereka tahu dan membawa Desta pergi Mbak. Mereka itu sepertinya sudah sangat nekat sekali. Apa pun akan bisa mereka lakukan Mbak."Saat ini aku memang tak tahu apa yang harus dilakukan. Rasanya serba salah semuanya. Apa lagi saat ini hatiku pun terbagi antara keselamatan Desta dan kecurangan Mas Johan. "Begini
Part 52Terlalu Jahat"Kamu jahat Mas! Cepat kembalikan Desta! Jika sampai terjadi sesuatu pada dia, aku pastikan kamu akan kembali membusuk di penjara!"Mbak Sarah semakin meradang, sekarang semua sudah jelas. Yang sedang menelepon Mbak sarah saat ini adalah Mas Rusli, lelaki yang sama dengan yang semalam berbincang dan kurasa dia pula yang membuat tanda merah di leher Mila itu."Siapa?" Mas Johan dengan amat polosnya menanyakan hal itu pada Mbak Sarah dengan suara yang amat lirih.Beberapa saat Mbak Sarah menatap wajah adiknya itu. Tetapi kemudian dia kembali memalingkan muka tanpa memberi jawaban. Rasanya itu sebuah pertanyaan yang tak lagi perlu dijawab. Aku pun tak mau ambil pusing dan terus berusaha menajamkan telinga."Hahaha! Sarah-sarah kamu ini memang bodoh sekali! Baru tahu ya jika aku ini memang jahat? Hahaha! Jika kamu melaporkan aku ke polisi, maka aku tak akan segan-segan menyakiti Desta!" Mas Rusli kembali mengancam. Semakin yakin aku jika saat ini ternyata Mila itu
Part 51Saling Berhubungan"Yang sabar ya Mbak!" Satu hal lagi yang kurasa janggal pada Mila. Pada leher janda cantik itu ada dua tanda merah, yang tadi sore aku belum melihatnya. Bukankah dia sendirian tadi? Ah apa mungkin tanda itu buatan Mas Johan? Atau mungkin ---?"Mas Rusli itu jahat sekali Mil." Suara Mbak Sarah terdengar amat menyedihkan."Kamu yang sabar ya Mbak. Pasti Desta akan cepat ketemu." Mila masih juga terus berusaha menenangkan.Aku dan Mas Johan hanya diam melihat Mila masih berpelukan dengan Mbak Sarah. Sungguh aku sebenarnya seperti masih belum percaya jika semua ini terjadi. Seperti sebuah benang kusut yang terasa sulit sekali untuk di urai. Rumah Mbak Sarah pun mulai sepi, beberapa warga saja yang masih ada sedangkan yang lain sudah pulang."Mila itu sangat cantik dan sexy ya Mas. Semua mata lelaki pasti akan sangat senang saat melihat dia," ucapku lirih sambil menyenggol bahu Mas Johan, karena beberapa saat tadi kulihat suamiku itu terus saja mencuri pandang
Part 50Kerisauan HatiAku kembali sangat penasaran dengan si lelaki pemilik suara itu. Kenapa dia mengenal aku dan juga Mas Johan? Bukankah itu berarti lelaki itu bukan orang jauh? Atau bisa saja dia adalah orang dekat yang ada di sekitar kami? Dari pembicaraan itu, aku bisa menarik kesimpulan jika mungkin apa yang mereka obrolkan itu bisa saja berhubungan dengan aku dan keluargaku. Tetapi tentang apa kah itu? Hal ini malah membuat kepala ini menjadi makin pening. Apa lagi kurasa aku pernah mendengarkan suara lelaki itu sebelumnya."Hey, kamu kok malah bengong ngelihatin aku terus sih? Kenapa kangen ya? Hahaha dasar kamu itu memang kalau kangen nggak pernah tahu waktu. Sudah cepat sana matikan dulu telepon itu. Jangan cari masalah lebih baik kita menikmati indahnya hidup. Aku pun sudah sangat kangen sama kamu Mil.""Kamu tahu aja sih Mas, jika aku ini semua ingin sama kamu. Hehehe. Iya-iya aku matiin deh, pasti kamu cemburu kan sama si Johan? Hayo ngaku! Lagian Johan yang payah it
Part 49Tak Menyangka"Mas Rusli tadi datang seperti pencuri, dan saat ini dia membawa pergi Desta, Rin! Dia menculik Desta!""Mas Rusli menculik Desta?" tanyaku dengan tak percaya."Iya Rin. Aku nggak ingin si Desta kenapa-kenapa. Hiks hiks hiks.""Astaghfirullah aladzim ....!"Mbak Sarah terdengar terus saja menangis, dan tentu saja saat ini aku pun menangis. Tak menyangka jika semua ini akan terjadi."Mbak Sarah yang sabar ya. Sekarang Mbak Sarah sedang berada dimana?" tanyaku setelah beberapa saat tadi kami saling terdiam dan hanya menangis saja."Aku masih berada di rumah, dan para tetangga pun tengah berada di sini. Polisi juga sedang meluncur kesini," jawab Mbak Sarah lirih."Oke kalau begitu aku kesana sekarang ya Mbak. Mbak sabar dulu ya."Aku pun langsung berdiri dan menyambar kerudung apa saja yang ada di lemari. Tak kusangka jika semua akan jadi seperti ini. Baru saja tadi kami membicarakan tentang Mas Rusli, nyatanya sekrang dia telah bertindak cepat."Rin, Johan kemana?
Part 48Tak Bisa Diduga"Mas apa kamu sudah dengar jika Mas Rusli telah keluar dari penjara?" tanyaku pada Mas Johan ketika kami berada di ranjang.Obrolan sebelum tidur seperti ini memang sering sekali kami lakukan, karena kadang hal ini bisa membuat kami sharing hal yang sepanjang hari belum usia. Tetapi seminggu terakhir ini, Mas Johan selalu tidur lebih dulu, atau bahkan dia menonton tivi di luar. Intinya kurasa suamiku itu akhir-akhir ini memang sedikit berbeda. "Ya. Aku sudah mendengarkan hal itu dari Mbak Sarah," ucapnya sambil fokus pada ponsel.Posisi Mas Johan agak miring sehingga aku tak bisa melihat apa saja yang dia lakukan saat ini dengan ponselnya itu."Lalu, menurut kamu siapa yang membebaskan dia dari tahanan Mas?" Aku masih terus bertanya meski dia sepertinya sedikit malas berbincang denganku malam ini."Ya aku nggak tahu Dek. Tetapi jika keluarganya aku rasa hal itu tak mungkin sekali. Memangnya kenapa? Kamu takut?" Mas Johan kini menoleh dan menatap wajahku."Jel