Share

60. Lamaran

Penulis: Evie Edha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi-pagi sekali di rumah Bu Mila sudah tampak ramai dengan beberapa ibu-ibu yang berkumpul. Mereka adalah para tetangga samping rumah yang dimintai tolong untuk membuat jajanan oleh Bu Mila. Semua jajanan yang nantinya akan dibawa ke rumah Rina sebagai hantaran acara lamaran dari Reno yang akan dilaksanakan nanti malam.

Tentu saja perkumpulan ibu-ibu pastinya tidak jauh dari yang namanya gosip. Topiknya masih sama, masih hangat yaitu tentang Safira di mana anak yang selama ini dilahirkannya ternyata bukan anak kandung dari suaminya saat ini.

"Masih nggak nyangka ya ibu-ibu kalau anaknya itu bukan anak dari suaminya sendiri."

"Iya loh. Saya sampai terkejut kemarin itu. Apalagi melihat kehebohan beberapa waktu lalu itu." Tangannya tak tinggal diam.

"Yang tidak disangkanya lagi Safira malah minta tanggung jawab sama Reno. Kan lucu, ya." Semua ibu-ibu yang ada di sana pun tertawa ketika mengingat malam itu.

Ya. Malam di mana Safira meminta pertanggungjawaban dari Reno, tentu saja hal it
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Bukan Pelakor   61. Kebohongan Aska

    "Kamu yakin nggak mau bareng Kakak?" tanya Rina pada Nada. Dua orang itu baru saja dari butik untuk mengambil pakaian yang mereka pesan untuk acara pernikahan antara Rina dan juga Reno.Membayangkan hubungan mereka sebelumnya dan sekarang rasanya sedikit aneh. Namun, semua harus berubah bukan? "Itu barang bawaan kamu banyak banget loh," ujar Rina sekali lagi dengan menunjuk ke arah beberapa paperbag yang dibawa oleh Nada.Nada tersenyum. Dia menggeleng." Nggak papa kok, Kak. Habis ini ada Kak Aska yang menjemput," ujar Nada dengan malu-malu.Mendengar hal itu langsung saja Rina tersenyum. Dia memberikan tatapan menggoda ke arah Nada. "Pantas saja nggak mau bareng kakak. Sudah ada yang mau jemput toh ternyata."Nada semakin malu. Dia menunduk menghindari pandangan dari calon kakak iparnya ini. Tak lama, sebuah mobil berhenti di depan Rina dan juga Nada. "Hem. Sudah datang rupanya."Seorang pria keluar dari mobil yang baru saja berhenti. Di

  • Aku Bukan Pelakor   62. Mencari Tahu Masa Lalu Aska

    Tari melihat kakaknya yang berwajah mendung melalui kaca spion motor. Motor masih melaju dari rumah sakit tepat dirinya menjemput sang kakak. Tadi, ketika dia datang dan menemui Nada, kakaknya itu dalam keadaan menangis.Ketika Tari bertanya, Nada hanya menjawab kalau dia merasa sedih karena tadi dia melihat keluarga pasien yang baru saja kehilangan anggota keluarganya. Tari pun mengangguk mencoba percaya. Namun, ketika sepanjang perjalanan kakaknya terus diam dan tampak pandangannya yang kosong, itu membuat Tari merasa ragu. Dalam hati dia meyakini kalau pasti ada sesuatu yang telah terjadi pada kakaknya.Ingin sekali Tari kembali bertanya pada Nada. Akan tetapi, Tari yakin kalau kakaknya pasti tidak akan menjawab. Motor memasuki halaman rumah. Nada pun turun lebih dulu dan langsung memasuki rumah. Dia menemui bapak yang ternyata ada di kamar."Pak." Dia menyalami tangan bapaknya dan mencium punggung tangan pria paruh baya itu."Ini obat Bapak." Nada meletakkan obat itu di meja."Nad

  • Aku Bukan Pelakor   63. Nada Kecewa

    Suara tangis tiada hentinya sedari tadi terdengar. Rina, perempuan itu tengah menangis karena sedang menonton film Korea yang sangat menyayat hati. Ya, setelah berbincang dengan Nada beberapa waktu lalu, dia memutuskan untuk mengajak adik iparnya itu untuk menonton drama Korea. Kesedihan dalam film itu seolah merasuk dalam dirinya. Sedangkan Nada yang duduk di samping Rina tampak terpaku dengan kisah yang baru saja dia tonton. Kedua tangannya meremas pakaian sembari benak sana berpikir yang macam-macam. Tiba-tiba saja aktivitas mereka terhenti karena ponsel milik Rina yang berbunyi. Rina menoleh, meraih benda pipih yang berada tidak jauh darinya. Dia melihat layar ponsel dan melihat nama Aska di sana. Rina pun langsung menatap Nada dengan kerutan di kening. "Aska menghubungiku?" tanyanya kemudian. Bola mata Nada yang sudah memerah melotot seketika. Dia segera menggeleng dan menggerakkan tangannya yang mengartikan kata tidak

  • Aku Bukan Pelakor   64. Sosok Dari Masa Lalu

    Aska membaringkan tubuhnya yang masih sedikit basah di atas ranjang. Mendapati sikap Nada yang tak ingin berbicara dengan dirinya membuat Aska menjadi pusing sehingga pria itu harus mendinginkan kepalanya di bawah guyuran air.  Lebih dari satu jam pria itu mandi. Tidak seperti biasanya. kini dia melipat kedua lengannya dan meletakkan di bawah kepala. Tatapan Aska terarah pada langit-langit kamar dan memikirkan kejadian beberapa hari ini yang dia alami. Tepatnya adalah sejak lima hari yang lalu kala Aska mendapati panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Seperti biasa, dia akan langsung memblokir nomor itu karena Aska merasa itu tidaklah penting. Dia pikir setelahnya akan sudah dan tak ada lagi orang tak dikenal akan mengganggunya. Namun, dia salah. Setelahnya dia tetap kembali mendapat panggilan dari nomor berbeda. Itu berlangsung berhari-hari sampai Aska pun merasa bosan. Parahnya, pagi tadi waktu masih menunjukkan pukul l

  • Aku Bukan Pelakor   65. Bocah Bernama Alva

    memasuki ruangan ICU di mana putranya dirawat. Beberapa waktu lalu, dia mendapatkan kabar dari Niken kalau putra mereka telah sadar. Untuk sesaat Aska sempat terpaku melihat sosok bocah yang menatap ke arah dirinya dengan ekspresi bingung.Sedangkan Niken sendiri, perempuan itu tengah duduk di samping brankar putranya dirawat. Tangan Niken membelai kepala putranya dengan senyum yang terus mengembang karena perasaan bahagia yang menyambanginya atas kabar kesadaran putranya. Tak tunggu waktu dia segera memberitahu Aska akan kabar ini.Niken langsung menoleh ke arah pintu kala mendengar seseorang membukanya. Dia semakin melebarkan senyum kala melihat kehadiran Aska di sana. "Sayang. Kamu lihat itu. Itu Papa," ujar Niken dengan suara lembut.Bola mata lebar milik bocah laki-laki bernama Alva itu menatap mamanya dengan binar yang sulit untuk dijelaskan. "Papa?" tanyanya kemudian dan tak lama dia mendapat anggukan dari sang mama.Pelan, Aska berjalan mendekati keberadaan keduanya dengan pe

  • Aku Bukan Pelakor   66. Menyelesaikan Masalah

    Aska memarkirkan mobil di bahu jalan depan rumah Nada. Kenapa tidak masuk ke halaman saja? Sebab halaman kediaman Pak Baron sudah didirikan tenda biru di mana akan diadakan pernikahan antara Reno dan juga Rina.Baru saja mesin mobil mati, seseorang di seberang jalan menatap dengan ketua kening ke arah mobil Aska. Dia mencebikkan bibir ketika mengetahui itu mobil siapa. Namun, detik kemudian dia malah mengembangkan senyum kala di balik benak sana dia menemukan sesuatu.Dia pun segera menyeberang jalan ketika melihat sosok pria berjas rapi keluar dari mobil. "Selamat pagi," sapa Bu Susi.Aska yang baru saja keluar dari mobil menoleh ketika mendengar sapaan itu. Dia melihat seorang perempuan paruh baya yang cukup dia tahu mesti tak mengenalnya. Aska pun memilih untuk mengenakan kacamata hitam yang dia punya.Bu Susi tersenyum melihat sosok Aska. Perempuan itu meneliti pria di hadapannya dari atas kepala sampai kaki. Sempurna. Dalam hati dia berbicara kalau pria ini cocok untuk menjadi su

  • Aku Bukan Pelakor   67. Niken dan Nada

    Nada sedang membuat kue di belakang bersama para tetangga yang membantu keluarganya dalam persiapan pernikahan Reno dan Rina. Tiba-tiba seseorang mendekat. "Nada. Ada yang mencari tuh di luar," ujar seorang ibu-ibu dengan menunjuk ke arah luar.Kening Nada mengerut. "Siapa ya, Bu?" tanyanya kemudian.Ibu-ibu tadi menggeleng. "Ibu sendiri tidak tahu. Dia hanya bilang kalau mau bertemu Nada. Berarti, kan mau ketemu kamu. Terus, ya. Pakaiannya sih gambarin kalau dia itu orang kaya."Kening Nada semakin mengerut bingung."Coba saja keluar Nada. Siapa tahu itu teman kamu," ujar ibu-ibu yang lain.Nada pun mengangguk. Perempuan itu pun bangkit lalu mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum menemui seseorang yang katanya ingin menemui dirinya. "Ke mana Tari sama Ibu?" tanyanya ketika dia tak melihat keberadaan dua perempuan itu. Kalau bapaknya sendiri tengah membantu membuat tungku baru di belakang tadi.Nada keluar dari rumah dan melihat seorang perempuan dengan dress panjang di bawah lutut

  • Aku Bukan Pelakor   68. Pernikahan Reno dan Rina

    Banyak orang yang berbondong-bondong menuju kediaman Pak Baron. Hari ini adalah hari di mana acara resepsi pernikahan Rina dan juga Reno diadakan setelah kemarin mereka telah melakukan ijab qobul di kediaman Rina. Acara ini diadakan hanya secara sederhana saja tanpa mengundang banyak orang."Calonnya Reno orang cantiknya kayak gitu, mana mau Reno sama Safira yang mulut ember kek ibunya." Seorang ibu-ibu yang masih membantu memasak di kediaman Pak Baron menatap takjub akan sosok Rina yang begitu cantik hari ini, duduk berdua dengan Reno di atas pelaminan sana sembari menyalami tamu undangan."Iya. Lagian Safiranya aneh-aneh juga. Masa dia minta tanggung jawab sama Reno atas perbuatannya sendiri. Lagian pakai nipu suami. Laki-laki mana yang nggak marah kalau istrinya sampai punya anak dengan pria lain." Percayalah pemirsa, gosip memang ada di mana-mana."Eh tapi saya masih nggak nyangka loh kalau istrinya Reno itu dia." Salah seorang ibu-ibu bergabung untuk bergosip."Memangnya kenapa,

Bab terbaru

  • Aku Bukan Pelakor   84. Akhir Dari Segalanya

    Aska dan Nada menyalami tangan Pak Baron dan Bu Mila. Setelah pernikahannya yang berjalan dua hari lalu, hari ini sesuai jadwal Aska akan mengajak Nada untuk bulan madu sebagai kado pernikahan mereka. "Hati-hati di jalan, ya. Ingat. Jangan bertengkar." Pak Baron memberi pesan pada anak dan menantunya.Aska dan Nada mengangguk bersama-sama. "Iya, Pak." Pasangan suami istri itu berjalan bersama menaiki mobil Aska. Keduanya duduk pada bangku belakang karena kali ini mobil dikemudikan oleh sopir.Nada merangkul lengan sang suami. "Memangnya kita mau ke mana sih? Kamu belum memberi tahu aku loh kita mau ke mana-mananya. Kamu cuma bilang kalau kita mau bulan madu."Aska tersenyum. "Namanya juga kerutan.""Ih kamu mah." Nada mencubit pelan lengan suaminya. Aska pun terkekeh. "Ciba tebak aja dong. Kalau benar, nanti aku tambahin hari dalam bulan madu kita," ujar Aska kemudian."Kalau itu sih maunya kamu." Keduanya pun tertawa.Namun, Nada tampak berpikir. Dia menidurkan kepala di pundak san

  • Aku Bukan Pelakor   83. Mengatasi Masalah Tanpa Masalah

    Safira sedang berdiri di sudut tempat memerhatikan keluarga Pak Baron yang sedang mengadakan sesi foto dengan para pengantin. Bukan, bukan karena dia ingin ikut berfoto, tetapi karena dia sedang menunggu seorang perempuan yang kini juga sedang ikut berfoto. Kalian tentu tahu siapa.Safira mengentakkan kakinya karena kesal. "His. lama banget sih mereka foto-foto. Nggak penting banget deh." Dia melipat tangan dengan menunjukkan ekspresi kesalnya.Dia masih menunggu. Beberapa saat kemudian dia langsung menerbitkan senyum kala melihat seseorang yang dia tunggu berjalan ke arah dirinya. Entah mau ke mana yang jelas pasti perempuan itu akan melewati dirinya.Tepat ketika Rina. Orang yang sejak tadi dia tunggu melewati Safira, perempuan itu langsung meraih lengan Rina. Rina yang terkejut pun langsung menatap ke arah tanganya lalu menatap pelaku itu.Dia lagsung mengembuskan napas kasar kala melihat keberadaan Safia di sana. "Mau apa kamu?" tanyanya dengan malas."Kamu ikut aku sebentar," uja

  • Aku Bukan Pelakor   82. Sah

    Nada yang sedang menangis di pelukan kakaknya melihat keberadaan sang bapak dan ibunya di ambang pintu. Dia pun melepaskan pelukannya pada Reno. "Bapak? Ibu?" panggilnya yang membuat Tari dan Reno langsung mengalihkan pandangan. Mereka melihat kedua orang tua mereka di sana.Pak Baron dan Bu Mila tersenyum ke arah ketiga anaknya. Mereka berjalan mendekat, lebih tepatnya mendekati Nada. Reno dan Tari yang paham pun mulai menyingkir sebentar. Berdiri di depan Nada tepat, lalu menatap perempuan itu lekat-lekat.Pak Baron merasa terharu dengan keadaan ini. Keadaan yang pernah mereka lewati tetapi berakhir tragis. Pak Baron menangkup wajah Nada. "Maafkan untuk semua kesalahan yang pernah bapak perbuat sama kamu sehingga kamu melewati semua hal berat ini." Dia berujar lirih.Nada menggeleng pelan. "Tidak, Pak. Nada yang harusnya meminta maaf karena Nada menyusahkan Bapak. Menyusahkan Ibu. Nada berterima kasih pada kalian atas semua yang pernah kalian beri untuk Nada," ujar perempuan itu den

  • Aku Bukan Pelakor   81. Pergi ke Makam

    "Aku akan menikah dengan Nada," ujar Aska. Ekspresinya datar dengan pandangan tajam mengarah ke depan. Tepatnya pada sosok pria yang memakai seragam tahanan. Siapa lagi kalau buka Saka?Saka yang mendengar itu hanya bisa diam tertunduk. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Kesalahannya di masa lalu benar-benar membuat Saka menyesal dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menebusnya. Dia telah menjadi penyebab kematian dari darah dagingnya sendiri dan membuat perempuan yang dia cintai kecewa juga marah padanya.Lantas, apakah ada hak untuk Saka meminta Aska untuk tak melanjutkan rencana yang baru saja dikatakan padanya itu?"Untuk apa kau mengatakannya padaku? Bukankah sejak lama kau memang ingin bersama dengan dia?" tanya Saka.Aska melipat tangan di depan dada. "Ya. Aku hanya ingin kau tahu saja." Tak banyak yang dikatakan oleh Aska. Pria itu hanya datang untuk memberitahu hal ini. Bukan untuk menjenguk sang adik. Bahkan sesuatu pun tidak dia bawakan untuk Saka."Aku harap ka

  • Aku Bukan Pelakor   80 Menemui Danu

    Harapan telah terkabul. Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya kini Nada sudah membuka matanya. Iris itu tampak bergerak memandangi keadaan sekitar dan mencari tahu keberadaan dirinya di mana saat ini. Yang Nada ingat adalah kali terakhir dia yang sedang disekap oleh seseorang yang tak lain adallah ayah dari sosok Alva.Nada menggerang kala merasakan sakit di kepala. "Aku di mana?" tanyanya kemudian.Aska yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihat pergerakan dari atas brankar milik Nada. Dia menyadari kalau kekasihnya kini sudah sadarkan diri. "Nada," panggil Aska yang langsung berlari mendekati Nadda."Kak Aska," panggil Nada dengan suara yang sangat lirih."Kamu sudah sadar, Sayang? Kamu sudah bangun. Sebentar. Aku akan panggilkan dokter untuk kamu," ujar pria itu dengan menekan sebuah tombol yang ada di bagian belakang brankar dan menempel pada tembok.Aska mendengar desisan dari Nada. "Sabar, Sayang. Sabar. Dokter akan segera datang."Pria itu duduk di samping brank

  • Aku Bukan Pelakor   79. Perawatan Nada

    Sejak Nada memasuki rumah sakit dan tak sadarkan diri, Aska tak pernah sekalipun meninggalkan kekasihnya itu. Duduk pada kursi di samping brankar, Aska terus menggenggam tangan Nada dan menempelkan di pipinya. Pandangan Aska terus tertuju pada Nada seolah pria itu tak ingin lagi kehilangan kekasihnya."Bangun, Sayang. Bangun. Kamu harus segera sadar," ujar Aska. Salah satu tangan pria itu harus diperban karena luka akibat terlalu banyak memukul Danu sampai lepas kendali."Sayang. Setelah ini kita harus mengadakan pernikahan. Aku tidak mau ditunda lagi apa pun alasannya nanti," ujar Aska. Pria itu seperti sedang berbicara secara langsung pada Nada. Tatapannya penuh ancaman dan nada bicaranya penuh penekanan.Aska mencium tangan Nada dengan penuh cinta. "Bangun lah. Bukankah kau sudah mendapat perawatan? Kau pernah di posisi yang lebih berbahaya dari ini dan kau bisa melewatinya. Kau cepat bangun tapi kenapa rasanya lama sekali bangunnya. Kau tahu? Aku sampai mengantuk," ujar Aska sedik

  • Aku Bukan Pelakor   78. Penyelamatan Nada

    "Akh! Sakit!" teriak Nada kala rambut panjangnya ditarik secara kasar. Wajahnya kini mendongak dengan tangan yang terikat ke belakang tubuh. Perempuan itu kini tengah duduk di sebuah kursi dengan tangis yang terus mendera sedari tadi karena penyiksaan yang dia dapat.Wajah Nada tampak penuh lebam dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah karena sobek. Penampilan Nada begitu kacau."Sakit. Tolong hentikan," ujar Nada dengan tangis. Kepalanya terasa perih kala pria di hadapannya ini mencengkeram rambutnya dengan sangat kuat."Apa? Apa?" Danu. Pelaku itu mendekatkan telinga ke wajah Nada. "Menghentikan?" tanyanya kemudian."Mimpi," ujarnya dengan keras dan kasar mendorong kepala Nada. Dia melepaskan sesaat rambut perempuan itu sebelum akhirnya kembali menariknya secara kasar."Apa kau bilang tadi? Sakit?" Danu bertanya dengan tatapan tajam. Detik selanjutnya dia tertawa dengan nada yang sangat menyeramkan."Rasa sakitmu ini tidak setara dengan sakit hati yang aku rasakan karena aku kehil

  • Aku Bukan Pelakor   77. Pencarian Nada

    Bu Mila tidak bisa diam. Sejak tadi perempuan itu duduk, berdiri dan berjalan tiada henti dengan perasaan gelisah. Kabar mengenai penculikan Nada tentu saja menggemparkan keluarganya. Semua dibuat panik dan khawatir.Tari yang melihat ibunya terus menerus seperti itu menggeleng. Dia merasa kasihan. "Ibu. Ibu duduk dulu. Ibu yang tenang." Tari mendekati ibunya. Dia memegangi pundak Bu Mila lalu mengajaknya duduk bersama."Yang tenang, Bu. Jangan sampai kegelisahan Ibu ini membuat Ibu menjadi sakit nantinya," lanjut Tari."Gimana ibu bisa tenang, Tar kalau kakak kamu diculik orang?" tanya Bu Mila dengan perasaan sedih. Entah sudah berapa kali dia menangisi Nada."Maafin, Salsa ya Bu Mila. Salsa nggak bisa jagain Nada," ujar Salsa yang merasa bersalah."Tidak, Nak. Ini bukan salah kamu." Pak Baron berujar. Sejak tadi temannya Salsa itu terlihat sangat bersalah dengan kejadian yang menimpa Nada.Rina keluar dari dalam rumah. Dia membawa beberapa gelas minuman untuk semua yang ada di sana.

  • Aku Bukan Pelakor   76. Pemakaman

    Danu berjalan santai menyusuri lorong rumah sakit dengan tangan kanannya yang memegang sebuah pisang. Dia menikmatinya sepanjang perjalanan sembari sesekali bersiul dan bersenandung. Pria itu tampak menunjukkan wajah yang bahagia.Asal kalian tahu saja, Danu baru saja pergi meninggalkan rumah sakit untuk melakukan hal yang biasanya dia lakukan. Kali ini Danu mendapatkan uang yang cukup banyak sehingga itulah dia tampak bahagia. Namun, dia tidak tahu apa yang telah terjadi di ruangan putranya.Ketika berjalan, dia tampak kebingungan dengan beberapa petugas medis yang berlari-lari. "Mereka kenapa?" tanyanya pada diri sendiri namun memilih acuh pada keadaan.Sampai akhirnya kala keberadaan pria itu sudah di dekat ruangan yang di mana anaknya dirawat, Danu mendengar suara teriakan dari sana. "Itu suara Niken?" Keningnya mengerut, menandakan kalau pria itu tengah kebingungan."Ngapain dia teriak-teriak begitu? Pakai acara nangis segala." Danu masih melangkah dengan santai menuju ruangan. Sa

DMCA.com Protection Status