Beranda / Romansa / Aku Bukan Pelakor / 28. Pertanyaan Reno Untuk Aska

Share

28. Pertanyaan Reno Untuk Aska

Penulis: Evie Edha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana pekerjaan Kakak beberapa hari ini?" tanya Nada. Sore ini, setelah pulang dari bekerja, Nada, Reno dan juga Salsa sedang makan bersama di teras kontrakan Nada. Tiba-tiba saja sedang ingin makan nasi padang. Alhasil, mereka pun memilih untuk makan menu itu sore ini.

Reno mengangguk, dia menelan makanannya lebih dulu baru meneguk air sedikit. "Baik. Semuanya lancar." Sebenarnya makan tidak diperbolehkan dengan mengobrol bukan? Hanya saja kalau makan bersama-sama seperti ini tanpa obrolan itu tidak seru rasanya.

"Oh, iya. Kakak jadi tidak enak sama kamu. Kamu sampai harus menggunakan nama kamu agar kakak bisa ngebon beli ponsel dulu. Semua orang jadi tahu deh kamu adik kakak. Adiknya mantan napi," ujar Reno.

Nada cemberut. "Kakak apaan sih? Memangnya kenapa kalau mereka tahu? Nada juga nggak masalah kok." Nada menjelaskan. Toh Nada juga sudah dipandang jelek sebab kehamilannya

Salsa yang mendengar obrolan itu pun menatap kakak beradik itu secara bergatian. Keingian untuk tahu i
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Bukan Pelakor   29. Kumpulan Ibu-Ibu Yang Mengusir Nada

    "Dasar anak tak tahu diuntung," maki Pak Baron menatap tajam Tari yang ada di belakang Reno."Mau dinikahin sama orang kaya kok nggak mau," ujar Pak baron kemudian. "Kalau kamu menikah dengan Rizal, hidupmu akan enak. Hidup kamu bakalan terjamin. Mau ini itu tinggal beli, nggak usah mikirin uangnya dapat dari mana lagi. Bisa banggain orang tua dan manjain orang tua di masa tuanya." Dia melanjutkan.baiklah. Reno paham sekarang, kenapa bapaknya ini begitu getul ingin adiknya menikah dengan pria seperti Rizal, si rentenir yang mencekik manusia lainnya. Semua karena dia ingin hidup enak di masa tua. "Kalau begitu kenapa bukan Bapak saja yang menikah dengan Rizal?" tanya Reno pada bapaknya. Sontak saja apa yang dikatakan Reno membuat Pak Baron melotot seketika. "Kurang ajar. Kau pikir aku ini apa?" tanyanya dengan marah."Lah Bapak sendiri mikir Tari ini apa main dinikahkan sama linta darat seperti Rizal geblek itu. Pria yang kencingnya nggak bisa berdiri aja mau nikah." Reno tak mau kal

  • Aku Bukan Pelakor   30. Buku Nikah Aska Dan Nada?

    Meski berada di satu tempat yang sama untuk bekerja, Reno tak dapat mengobrol dengan sang adik secara bebas. Seperti contohnya hari ini, seharian penuh dia harus mengirim makanan yang dipesan melalui online.Dia belum bisa memberitahukan sang adik mengenai kabar pertemuannya dengan ibu mereka juga Tari. Padahal rasanya Reno tak sabar untuk memberitahukannya. Hingga saat pulang pun Reno harus pulang terlambat karena dia juga masih harus mengantarkan makanan.Tanpa babibu lagi, ketika pekerjaan selesai, dia langsung meluncur menuju kontrakan sang adik untuk memberitahukan kabar gembira ini.Keyika dia sampai di sebuah gang yang cukup lebar Reno melihat sebuah mobil hitam yang terparkir di bawah pohon asam. Dia mengerutkan kening karena merasa mengenal mobil itu. Namun, kacanya yang berwarna hitam tak bisa membuat Reno melihat ke dalam untuk mengetahui siapa pemiliknya.Dia mengabaikan itu dan menganggap mobil dengan model seperti itu pasti banyak ya

  • Aku Bukan Pelakor   31. Bertemu Ibu

    Reno yang semakin merasa penasaran dengan mobil hitam yang berhenti tak jauh dari keberadaannya pun mulai berjalan mendekati mobil itu. Namun, mobil itu mulai melaju pergi sehingga dia harus mempercepat langkah. Kini, dia hanya bisa berkacak pinggang menatap bagian belakang mobil yang mulai menjauh.Baru saja dia ingin kembali ke kontrakan sang adik, tetapi urung kala melihat mobil tadi kembali berhenti. Jika di posisi berhentinya mobil itu, memang tidak akan terlihat dari kontrakan Nada."Kenapa ibu-ibu tadi mendekati mobil itu?" tanya Reno ketika melihat ibu-ibu berdaster hijau yang sebelumnya ikut mengusir Nada mendekati mobil. Pelan, Reno pun berjalan ke arah mobil itu.Sedang ibu-ibu dengan daster hijau itu tampak menahan senyuman kala melihat pintu kaca mobil di hadannya terbuka. "Maaf, Nyonya. Saya gagal mengusir dia dari kontrakan itu. Tadi ada laki-laki yang mengaku suaminya. Dia membawa buku nikah juga. Kata Nyonya, di belum menikah dan hamil di

  • Aku Bukan Pelakor   32. Pertikaian Di Depan Restoran

    Rina tersenyum sinis menatap ke arah luar mobilnya, tepatnya di area parkir salah satu restoran ternama. Perempuan itu tengah membuntuti Aska dan Nada yang informasinya dia dapatkan dari orang suruhannya beberapa waktu lalu kalau mereka ada di sini.Rina melepas kacamata yang dia kenakan. "Jadi, apa yang harus aku lakukan setelah ini? Setelah rencana kemarin gagal?" Dia mendongak dengan sesuatu yang sedang direncanakan.Sebuah ketukan yang berasal dari kaca mobilnya membuat Rina langsung menurunkan kaca mobil miliknya. Seorang pria memakai hoodie berdiri di sana."Bagaimana? Kau sudah mengambil gambar mereka?" tanya Rina kemudian.Pria yang berdiri di luar mobil milik Rina itu mengangguk. "Sudah, Nyonya."Tak lama, benda pipih milik Rina yang ada di tangannya bergetar, menandakan kalau sebuah notifikasi baru saja masuk. Rina mengangkat ponsel itu dan menggeser layar yang menghitam. Ternyata, itu adalah sebuah pesan yang baru saja dikirimkan oleh pria di luar mobinya.Senyum Rina mengem

  • Aku Bukan Pelakor   33. Benang Merah Yang Saling Terhubung

    Aska dan Nada saling pandang ketika mereka baru menyadari kalimat yang mereka ucapkan. Sedangkan Saka menatap tak percaya pada sosok perempuan yang dia sukai. "Kamu bercanda, kan Sayang? Kamu bohong, kan Sayang?" tanyanya dengan suara bergetar.Kini perhatian Aska dan Nada kembali pada Saka. Terlihat pria itu yang menggeleng. "Tidak. Aku tidak percaya dengan apa yang kamu ucapkan. Kamu tidak mungkin berpaling hati dengan begitu mudah." Pria itu mulai mendekat ke arah Nada, wajahnya menunjukkan jelas kalau dia tidak terima dengan kalimat yang baru saja dia dengar.Namun, Aska lebih dulu menggenggam tangan Nada dan memindahkan perempuan itu ke belakang tubuhnya. Jangan dekati dia lagi atau aku akan menghajarmu. Tidak ada ampun lagi," ancam Aska. Wajahnya menunjukkan keseriusan bukan hanya sebuah ancaman.Kedua tangan Saka mengepal di samping tubuhnya, giginya saling bergemeretuk lalu wajahnya menunjukkan jelas sebuah kemarahan. "Dasar murahan," ujarnya pada

  • Aku Bukan Pelakor   34. Adik Korban Reno

    Kini, Reno sedang duduk di bangku taman bersama seseorang yang beberapa saat lalu memanggilnya ketika dia baru saja berdebat dengan Rina. hal yang mengejutkan baru saja dia ketahui mengenai perempuan itu. Yang tak Reno sangka adalah semua hal dan semua masalah yang terjadi antara banyak orang saling berhubungan satu dengan yang lain."Minumlah, Ren. Setidaknya bisa membuat pikiranmu jernih walau hanya untuk sesaat," ujar perempuan yang duduk di samping Reno.Tampak embusan napas kasar terdengar dari bibir pria itu. "Aku benar-benar pusing saat ini," ujar Reno. Ekspresinya jelas menggmbarkan apa yang pria itu katakan.Imelda. Nama perempuan yang kini duduk di samping Reno itu menoleh. "Memangnya ada apa?" tanyanya kemudian. "Yang aku tahu, kau tadi sedang berdebat dengan Rina."Imelda tersenyum. "Sudah lama tidak bertemu. Bahkan aku tidak tahu kapan kamu keluar dari penjara. Sekalinya bertemu, ternyata kamu masih mengejar dia," ujar Imelda den

  • Aku Bukan Pelakor   35. Rencana Pertunangan Tari dan Rizal

    Rizal menghentikan motornya di depan kediaman Pak Baron, di belakangnya motor lain juga ikut berhenti. Sosok yang selalu ikut ke manapun Rizal pergi sebagai asisten pribadi kalau Rizal menyebut.Pria itu menatap pantulan dirinya terlebih dahulu di kaca spion motornya, mengambil sisir dari balik saku celananya dan langsung menyisir rambutnya yang sudah klimis. "Sempurna," bisiknya kemudian.Rizal pun langsung turun dari motornya dan berjalan menuju kediaman Pak Baron. "Pak Baron. Oh Pak Baron. Calon mantu datang nih," ujarnya kemduian. Dia bersiul sembari menggerakkan kakinya, juga kedua tangan yang berkacak pinggang.Tak lama, Pak Baron pun keluar dengan senyum lebar. "Ya Tuhan. calon mantu datang," ujarnya bersemangat. Dia berjalan ke arah kursi yang ada di teras rumah. "Ayo duduk-duduk," ujarnya kemudian sembari menarik kursi untuk tempat duduk Rizal.Tunggu. Nggak kebalik itu?"Buk! Buatkan minuman untuk calon mantu kita!" te

  • Aku Bukan Pelakor   36. Ajakan Menikah?

    Pak Baron membuka pintu kamar Tari dengan kasar. Pria paruh baya itu menatap tajam putrinya yang kini sedang menangis menelungkupkan wajah ke bantal, ada sang istri yang menemani di sana."Bagus sikap kamu sepert itu sama calon suami kamu?" tanya Pak Baron dengan marah. Pria itu berkacak pinggang dengan bola mata yang melotot sangat lebar.Tari yang sedang menangis langsung mendudukkan diri menatap bapaknya dengan wajah sembab. Dari balik mata berkaca dia meneliti wajah bapaknya yang sedang marah. "Pak. Sudah berapa kali Tari bilang kalau Tari tidak mau menikah dengan Rizal, Pak? Kenapa Bapak terus memaksa Tari?" tanyanya dengan suara pilu berharap bapaknya itu iba terhadap dirinya."Halah. Jadi anak yang nurut apa kata orang tua. Ini semua juga demi kebaikan kamu," ujar Pak Baron yang masih marah."Kebaikan Tari atau kebaikan Bapak?" tanya Tari dengan berteriak. Kini, dia tak peduli lagi kalau dianggap anak pembangkang."Kenapa kamu sela

Bab terbaru

  • Aku Bukan Pelakor   84. Akhir Dari Segalanya

    Aska dan Nada menyalami tangan Pak Baron dan Bu Mila. Setelah pernikahannya yang berjalan dua hari lalu, hari ini sesuai jadwal Aska akan mengajak Nada untuk bulan madu sebagai kado pernikahan mereka. "Hati-hati di jalan, ya. Ingat. Jangan bertengkar." Pak Baron memberi pesan pada anak dan menantunya.Aska dan Nada mengangguk bersama-sama. "Iya, Pak." Pasangan suami istri itu berjalan bersama menaiki mobil Aska. Keduanya duduk pada bangku belakang karena kali ini mobil dikemudikan oleh sopir.Nada merangkul lengan sang suami. "Memangnya kita mau ke mana sih? Kamu belum memberi tahu aku loh kita mau ke mana-mananya. Kamu cuma bilang kalau kita mau bulan madu."Aska tersenyum. "Namanya juga kerutan.""Ih kamu mah." Nada mencubit pelan lengan suaminya. Aska pun terkekeh. "Ciba tebak aja dong. Kalau benar, nanti aku tambahin hari dalam bulan madu kita," ujar Aska kemudian."Kalau itu sih maunya kamu." Keduanya pun tertawa.Namun, Nada tampak berpikir. Dia menidurkan kepala di pundak san

  • Aku Bukan Pelakor   83. Mengatasi Masalah Tanpa Masalah

    Safira sedang berdiri di sudut tempat memerhatikan keluarga Pak Baron yang sedang mengadakan sesi foto dengan para pengantin. Bukan, bukan karena dia ingin ikut berfoto, tetapi karena dia sedang menunggu seorang perempuan yang kini juga sedang ikut berfoto. Kalian tentu tahu siapa.Safira mengentakkan kakinya karena kesal. "His. lama banget sih mereka foto-foto. Nggak penting banget deh." Dia melipat tangan dengan menunjukkan ekspresi kesalnya.Dia masih menunggu. Beberapa saat kemudian dia langsung menerbitkan senyum kala melihat seseorang yang dia tunggu berjalan ke arah dirinya. Entah mau ke mana yang jelas pasti perempuan itu akan melewati dirinya.Tepat ketika Rina. Orang yang sejak tadi dia tunggu melewati Safira, perempuan itu langsung meraih lengan Rina. Rina yang terkejut pun langsung menatap ke arah tanganya lalu menatap pelaku itu.Dia lagsung mengembuskan napas kasar kala melihat keberadaan Safia di sana. "Mau apa kamu?" tanyanya dengan malas."Kamu ikut aku sebentar," uja

  • Aku Bukan Pelakor   82. Sah

    Nada yang sedang menangis di pelukan kakaknya melihat keberadaan sang bapak dan ibunya di ambang pintu. Dia pun melepaskan pelukannya pada Reno. "Bapak? Ibu?" panggilnya yang membuat Tari dan Reno langsung mengalihkan pandangan. Mereka melihat kedua orang tua mereka di sana.Pak Baron dan Bu Mila tersenyum ke arah ketiga anaknya. Mereka berjalan mendekat, lebih tepatnya mendekati Nada. Reno dan Tari yang paham pun mulai menyingkir sebentar. Berdiri di depan Nada tepat, lalu menatap perempuan itu lekat-lekat.Pak Baron merasa terharu dengan keadaan ini. Keadaan yang pernah mereka lewati tetapi berakhir tragis. Pak Baron menangkup wajah Nada. "Maafkan untuk semua kesalahan yang pernah bapak perbuat sama kamu sehingga kamu melewati semua hal berat ini." Dia berujar lirih.Nada menggeleng pelan. "Tidak, Pak. Nada yang harusnya meminta maaf karena Nada menyusahkan Bapak. Menyusahkan Ibu. Nada berterima kasih pada kalian atas semua yang pernah kalian beri untuk Nada," ujar perempuan itu den

  • Aku Bukan Pelakor   81. Pergi ke Makam

    "Aku akan menikah dengan Nada," ujar Aska. Ekspresinya datar dengan pandangan tajam mengarah ke depan. Tepatnya pada sosok pria yang memakai seragam tahanan. Siapa lagi kalau buka Saka?Saka yang mendengar itu hanya bisa diam tertunduk. Dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Kesalahannya di masa lalu benar-benar membuat Saka menyesal dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menebusnya. Dia telah menjadi penyebab kematian dari darah dagingnya sendiri dan membuat perempuan yang dia cintai kecewa juga marah padanya.Lantas, apakah ada hak untuk Saka meminta Aska untuk tak melanjutkan rencana yang baru saja dikatakan padanya itu?"Untuk apa kau mengatakannya padaku? Bukankah sejak lama kau memang ingin bersama dengan dia?" tanya Saka.Aska melipat tangan di depan dada. "Ya. Aku hanya ingin kau tahu saja." Tak banyak yang dikatakan oleh Aska. Pria itu hanya datang untuk memberitahu hal ini. Bukan untuk menjenguk sang adik. Bahkan sesuatu pun tidak dia bawakan untuk Saka."Aku harap ka

  • Aku Bukan Pelakor   80 Menemui Danu

    Harapan telah terkabul. Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya kini Nada sudah membuka matanya. Iris itu tampak bergerak memandangi keadaan sekitar dan mencari tahu keberadaan dirinya di mana saat ini. Yang Nada ingat adalah kali terakhir dia yang sedang disekap oleh seseorang yang tak lain adallah ayah dari sosok Alva.Nada menggerang kala merasakan sakit di kepala. "Aku di mana?" tanyanya kemudian.Aska yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihat pergerakan dari atas brankar milik Nada. Dia menyadari kalau kekasihnya kini sudah sadarkan diri. "Nada," panggil Aska yang langsung berlari mendekati Nadda."Kak Aska," panggil Nada dengan suara yang sangat lirih."Kamu sudah sadar, Sayang? Kamu sudah bangun. Sebentar. Aku akan panggilkan dokter untuk kamu," ujar pria itu dengan menekan sebuah tombol yang ada di bagian belakang brankar dan menempel pada tembok.Aska mendengar desisan dari Nada. "Sabar, Sayang. Sabar. Dokter akan segera datang."Pria itu duduk di samping brank

  • Aku Bukan Pelakor   79. Perawatan Nada

    Sejak Nada memasuki rumah sakit dan tak sadarkan diri, Aska tak pernah sekalipun meninggalkan kekasihnya itu. Duduk pada kursi di samping brankar, Aska terus menggenggam tangan Nada dan menempelkan di pipinya. Pandangan Aska terus tertuju pada Nada seolah pria itu tak ingin lagi kehilangan kekasihnya."Bangun, Sayang. Bangun. Kamu harus segera sadar," ujar Aska. Salah satu tangan pria itu harus diperban karena luka akibat terlalu banyak memukul Danu sampai lepas kendali."Sayang. Setelah ini kita harus mengadakan pernikahan. Aku tidak mau ditunda lagi apa pun alasannya nanti," ujar Aska. Pria itu seperti sedang berbicara secara langsung pada Nada. Tatapannya penuh ancaman dan nada bicaranya penuh penekanan.Aska mencium tangan Nada dengan penuh cinta. "Bangun lah. Bukankah kau sudah mendapat perawatan? Kau pernah di posisi yang lebih berbahaya dari ini dan kau bisa melewatinya. Kau cepat bangun tapi kenapa rasanya lama sekali bangunnya. Kau tahu? Aku sampai mengantuk," ujar Aska sedik

  • Aku Bukan Pelakor   78. Penyelamatan Nada

    "Akh! Sakit!" teriak Nada kala rambut panjangnya ditarik secara kasar. Wajahnya kini mendongak dengan tangan yang terikat ke belakang tubuh. Perempuan itu kini tengah duduk di sebuah kursi dengan tangis yang terus mendera sedari tadi karena penyiksaan yang dia dapat.Wajah Nada tampak penuh lebam dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah karena sobek. Penampilan Nada begitu kacau."Sakit. Tolong hentikan," ujar Nada dengan tangis. Kepalanya terasa perih kala pria di hadapannya ini mencengkeram rambutnya dengan sangat kuat."Apa? Apa?" Danu. Pelaku itu mendekatkan telinga ke wajah Nada. "Menghentikan?" tanyanya kemudian."Mimpi," ujarnya dengan keras dan kasar mendorong kepala Nada. Dia melepaskan sesaat rambut perempuan itu sebelum akhirnya kembali menariknya secara kasar."Apa kau bilang tadi? Sakit?" Danu bertanya dengan tatapan tajam. Detik selanjutnya dia tertawa dengan nada yang sangat menyeramkan."Rasa sakitmu ini tidak setara dengan sakit hati yang aku rasakan karena aku kehil

  • Aku Bukan Pelakor   77. Pencarian Nada

    Bu Mila tidak bisa diam. Sejak tadi perempuan itu duduk, berdiri dan berjalan tiada henti dengan perasaan gelisah. Kabar mengenai penculikan Nada tentu saja menggemparkan keluarganya. Semua dibuat panik dan khawatir.Tari yang melihat ibunya terus menerus seperti itu menggeleng. Dia merasa kasihan. "Ibu. Ibu duduk dulu. Ibu yang tenang." Tari mendekati ibunya. Dia memegangi pundak Bu Mila lalu mengajaknya duduk bersama."Yang tenang, Bu. Jangan sampai kegelisahan Ibu ini membuat Ibu menjadi sakit nantinya," lanjut Tari."Gimana ibu bisa tenang, Tar kalau kakak kamu diculik orang?" tanya Bu Mila dengan perasaan sedih. Entah sudah berapa kali dia menangisi Nada."Maafin, Salsa ya Bu Mila. Salsa nggak bisa jagain Nada," ujar Salsa yang merasa bersalah."Tidak, Nak. Ini bukan salah kamu." Pak Baron berujar. Sejak tadi temannya Salsa itu terlihat sangat bersalah dengan kejadian yang menimpa Nada.Rina keluar dari dalam rumah. Dia membawa beberapa gelas minuman untuk semua yang ada di sana.

  • Aku Bukan Pelakor   76. Pemakaman

    Danu berjalan santai menyusuri lorong rumah sakit dengan tangan kanannya yang memegang sebuah pisang. Dia menikmatinya sepanjang perjalanan sembari sesekali bersiul dan bersenandung. Pria itu tampak menunjukkan wajah yang bahagia.Asal kalian tahu saja, Danu baru saja pergi meninggalkan rumah sakit untuk melakukan hal yang biasanya dia lakukan. Kali ini Danu mendapatkan uang yang cukup banyak sehingga itulah dia tampak bahagia. Namun, dia tidak tahu apa yang telah terjadi di ruangan putranya.Ketika berjalan, dia tampak kebingungan dengan beberapa petugas medis yang berlari-lari. "Mereka kenapa?" tanyanya pada diri sendiri namun memilih acuh pada keadaan.Sampai akhirnya kala keberadaan pria itu sudah di dekat ruangan yang di mana anaknya dirawat, Danu mendengar suara teriakan dari sana. "Itu suara Niken?" Keningnya mengerut, menandakan kalau pria itu tengah kebingungan."Ngapain dia teriak-teriak begitu? Pakai acara nangis segala." Danu masih melangkah dengan santai menuju ruangan. Sa

DMCA.com Protection Status