"Besok pesawat jam berapa?"Menutup kecanggungan, Keysha bertanya basa-basi. Hatinya mulai galau tiba-tiba karena ingatan kenangan masa lalu bersamanya menari di benaknya. Enggan melepas tetapi ini harus terjadi. Besok sang mantan sudah mantap dengan keputusannya untuk memperlebar bisnisnya di negara matahari. Sepenuhnya bukan salah hati, tetapi takdir yang memisahkan dan kemarin sempat mempertemukan mereka kembali. Bagaimanapun nama Bastian pernah terpatri di hati. Ada ruang khusus yang masih ditempati wajah dan bayangan pria itu di hatinya, meski akhirnya mereka tidak bisa bersama."Delapan pagi." Mata itu menyipit, pandangan menerawang ke luas laut yang terpampang di depannya.Di dalam keheningan yang tercipta sekarang, sel otak mereka sedang menuju kembali ke masa lalu, masa-masa saat mereka masih bersama. Sampai akhirnya mereka menyadari, perpisahan yang akan dihadapi besok. Apapun itu, siap atau tidak, mereka harus menerima kenyataan, kecuali Keysha memilih ikut bersamanya."Ib
Bastian terus mengulang kalimat cinta. Ia tak tahan jika tak mencurahkan isi hatinya. Pria itu lalu mencium keningnya dengan hati yang perih dan mata sembab."Stop it, Bas. Jangan mengucapkan cinta kepadaku lagi. Aku tidak bisa menerima kamu. Aku ...." Keysha merenggangkan pelukan dan sadar apa yang baru terjadi. Tidak semestinya ia dan Bastian melakukan hal itu karena di luar sana ada Ikbal dan Gita yang mungkin akan memergokinya."Why? Say, you still love me, too. Nggak dosa jika kamu mengakuinya. Cinta itu bagaikan angin, tidak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan. Dan, aku masih merasakan cinta dari kamu. Tatapanmu nggak bisa bohong, Key. Jadi, please, say that you still love me."Keysha tidak menjawab tetapi pun tidak mengelak apa yang dikatakan adalah benar. Akan tetapi, apa pantas seorang wanita bersuami mengungkapkan cinta kepada lelaki lain? Mata mereka saling tatap, mengunci dan mencoba menyelami apa yang sedang terjadi. Mencerna setiap kata yang keluar, mereka pun terhanyut
"Walau kita tidak bersama, setidaknya kita pernah tertawa bareng, menangis bareng." Keysha menyahut dengan senyuman walau hatinya berkecambuk pilu."Tetapi belum sempat melewatinya bareng sampai menua." Sahutan demi sahutan mereka timpalkan.Pandangan Keysha menerawang jauh ke pesona laut yang luas hingga membuatnya takjub akan ciptaanNya, "Jika suatu saat kita bertemu lagi, aku mau kamu sudah punya keluarga kecil yang lengkap. Istri dan anak, maksudku."Bastian melotot dan menjitak kepalanya, "berhentilah menyuruhku menikah, aku hanya akan menikah dengan kamu.""Aw, Ih, kamu ya, sakit, suka banget menjitak kepalaku. Dari dulu tidak pernah berubah." Keysha meringis kesakitan sambil mengelus bagian kepala yang dijitak.Refleks, Bastian ikut mengelus, "sorry, sorry, mana yang sakit?" Kembali Bastian mengecup bagian yang ditunjuk Keysha."Sini." Dia menarik dan menyandarkan kepala Keysha ke bahunya. "Hari sudah mulai sore, bentar lagi matahari akan terbenam. Nikmati sunset bersama sang
Setelah perpisahan Keysha dan Bastian di malam itu, wanita tersebut menjalani hidup dengan ikhlas dengan Ikbal sebagai istri yang baik, berbakti dan lembut.Setelah empat tahun menjalankan bisnis online menjual pakaian dewasa, akhirnya Keysha mempunyai dua butik, satu di Jakarta dan lainnya di Bandung.Baru saja merasakan kebahagiaan dengan keluarga kecil, ternyata takdir tidak memihak kepadanya. Ikbal, si suami harus meninggalkannya untuk selama-lamanya. Pria itu menjadi korban dari pembegalan mobil yang dilakukan oleh sekelompok orang.Merasa terpuruk dan kesedihan yang panjang, Keysha harus menyandang janda dan memikul beban menjadi single parent untuk Gita, yang kala itu masih berusia tujuh tahun. Membanting tulang untuk mencari nafkah, menghidupkan Gita, memberi pendidikan yang layak, kasih sayang yang pantas diterima sebagai seorang anak.Siapa sangka, pertemuan yang tak terduga dengan Bastian yang kini sudah beristri, membuatnya harus merasakan cinta itu kembali bersemi. Begitu
Bab 2"Maksud kamu, apa?" Suara Keysha diperkecil sambil menepuk da d4 karena masih belum nyaman. Matanya melotot kesal setelah selesai meneguk air. Dia tak percaya dengan apa yang barusan didengar. Walau merasa lapar, tetapi dia yakin indra pendengarannya masih bisa mencerna dengan baik."Kamu mau enggak jadi istri kedua suami aku?" Tisna mengulang ucapannya dengan nada sumringah. Kali ini dia mengucapkan kalimat tersebut dengan pelan agar Keysha bisa menyimaknya."Kamu udah gila?" Keysha menatap tajam ke arahnya, "Entar aku disangka pelakor dalam rumah tangga kalian."Dia menggeleng tak percaya dengan idenya dan yang herannya lagi melihat Tisna masih bisa terlihat tenang sembari senyum-senyum tak jelas."Enggak dong, kan atas persetujuan aku. Beda kalo pelakor, dia merebutnya diam-diam di belakangku. Kalau kamu beda, aku yang izinkan suamiku menikahimu untuk dijadikan istri keduanya."Keysha berdecak kesal, tidak bisa berkata apa-apa. Lalu berasumsi sendiri kalau otak sahabatnya it
"Memangnya Bunda sudah tidak cinta kepada ayah? Pertanyaan si anak membuatnya tersenyum. "Ayah adalah suami terbaik dalam hidup Bunda. Lelaki yang sabar, penyayang, lembut dan pekerja keras. Walau ayah sudah tiada, tapi semua kebaikan dan cintanya selalu ada di hati Bunda."Keysha menggenggam tangan putri tunggalnya dengan erat. Ada sedikit basah di sudut mata tatkala ia mengenang kembali kepergian Ikbal secara mendadak. Kala malam itu, seperti mimpi tetapi kenyataan pahit tersebut harus ditelan sendiri.Saat polisi mendatangi rumah mereka dan memberi kabar kalau Ikbal adalah korban pembegalan yang dilakukan sekelompok orang yang keji, ia seolah-olah tak percaya pada kabar yang memilukan hati. Baru saja pagi itu, Ikbal pamit berangkat kerja seperti biasa, tetapi di malam hari ia mendapatkan kenyataan bahwa jasadnya yang tak bernyawa."Bun, kenapa?" Sebuah tepukan halus mendarat di bahu, sontak mengagetkan dan membuyarkan lamunannya. Keysha memijat kembali dahi yang terasa nyeri. "N
Gita pun ikut berlari ke arah lelaki yang mengambil paksa dompetnya. Namun, langkah lelaki itu lebih cepat darinya. Hal itu tak membuatnya putus asa, dia tetap berlari sebab tidak rela foto dalam dompetnya ikut menghilang. Tak lama, Gita melihat sosok lelaki berkemeja hitam yang ikut berlari dan mendahuluinya. Langkah itu begitu cepat meninggalkannya. Lantaran kelelahan, Gita menghentikan pengejaran dan mengatur napas yang terengah-engah. Kakinya terus melangkah pelan. Pikirannya kacau tatkala membayangkan jika dompet tersebut benar-benar hilang, dia harus bagaimana? Ada foto keluarga yang sangat berharga di sana.Dari kejauhan, Gita melihat lelaki berkemeja hitam itu berjalan menghampiri dari arah berlawanan. Dengan napas yang masih belum stabil, dia memicingkan mata dan mencoba mengingat wajah lelaki itu."Ini dompetmu?" tanya lelaki yang usianya tidak muda itu sambil menyodorkan dompet pink miliknya.Buru-buru Gita meraih dan langsung mencari keberadaan foto keluarga yang ada di d
Keysha mengangguk kecil dan memberi senyuman sungkan kepadanya. Dengan status janda yang sudah melekat selama empat tahun itu, dia lebih berhati-hati berkomunikasi dengan lelaki yang tidak dikenal. Menjaga jarak dan membentengi dirinya dengan lelaki agar membuat orang di sekitar tidak berprasangka buruk tentang statusnya. Dia sadar akan stigma masyarakat tentang penobatan status janda, yaitu sang penggoda, lemah atau haus kasih sayang."Kamu Keysha, kan?" Telunjuk itu menunjuk ke arahnya. Keysha melipat kening dan menatapnya beberapa saat. Ia mencoba mengingat wajah tampan yang sedang menerka tentang dirinya. Namun, usahanya tidak berhasil karena bayangan wajah pria yang di depan tersebut tidak ada dalam ingatannya. Dia tidak mengenalnya sama sekali. Bahkan, apakah mereka pernah saling bertemu atau tidak, dia pun tak tahu."Kamu kenal aku?" Keysha bertanya dengan hati-hati.Lelaki berkemeja hitam tersebut menyunggingkan senyuman dan menoleh ke arah gadis yang ditolong tadi, lalu bera
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s