Hari itu terasa seperti hari biasa, namun bagi Linda, dunia seolah runtuh begitu saja. Ia baru saja menerima pesan singkat dari Sagara, sang pujaan hati yang ia cintai selama dua tahun ini, pria kedua yang menghancurkan hatinya.'Linda, aku rasa kita harus mengakhiri hubungan ini. Aku tidak bisa menikahi mu.'Linda memandang layar ponselnya dengan tatapan kosong. Jantungnya berdetak cepat, tetapi perasaan di dalam dadanya seperti beku. Selama ini, ia dan Sagara tampak bahagia. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan bahkan Sagara sempat ingin memiliki anak darinya. Namun, kini semua itu sirna hanya dengan sebuah pesan singkat.Tangannya gemetar saat ia mencoba, hatinya terasa sesak, seolah udara di sekitarnya semakin menipis. Perasaan marah, kecewa, dan kesedihan bercampur aduk. Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini!!BRAKK!!Linda melempar ponselnya ke lantai dengan keras hingga pecah berkeping-keping.Prang...Prang...Prang...Linda mulai merusak barang-b
Kediaman Sagara.Malam ini, hujan turun dengan derasnya, mengguyur jalanan dan mengubah kota menjadi lautan air. Suara gemuruh petir terdengar menggelegar di langit, dan angin kencang menerpa pepohonan yang bergoyang seolah menari dalam badai.Brak!!Alfred berhasil mendongkrak pintu kamar Linda di bantu beberapa pelayan.Sungguh terkejut semua yang melihat, tubuh Linda tergeletak di lantai, pergelangan tangan kanannya mengeluarkan darah, lalu ada bekas serpihan kaca yang besar di tangan kirinya.Tanpa berpikir panjang, Alfred berlari menghampiri Linda dan segera memeriksa kondisinya.“Linda! Linda!” Alfred menepuk sedikit wajahnya dengan panik. "Tolong, bangun! Jangan meninggal, Linda!"Melihat bahwa Linda tak kunjung sadar, Alfred segera mengambil ponselnya dan menelepon ambulans. Dalam sekejap, petugas pun medis tiba di kediaman Sagara dan segera membawa Linda ke rumah sakit.Di ruang rumah sakit, Alfred menunggu dengan cemas. Ia tak tahu harus berbuat apa selain berdoa."Jangan sa
"Hahaha, lucu sekali anak ini." tawa ceria Rangga saat melihat status Instagram mantan istrinya.Rangga sedang duduk santai di sofa, ia menatap layar ponselnya membuka sosmed. Tak sengaja, ia menemukan sebuah video di Instagram milik Tiara. Biasanya, ia tak terlalu tertarik dengan unggahan-unggahan di media sosial, tetapi kali ini entah mengapa ia merasa ada yang berbeda.Video itu menunjukkan Satria si balita gembul itu sedang asik membuat bola-bola salju, lalu ada video pasukan pinguin juga Satria yang bertepuk tangan dengan mata membulat tanpa berkedip, video-video ini membuat hati Rangga semakin dihancurkan oleh rasa rindu.Setelah resmi berpisah, Rangga terpaksa membereskan barang-barangnya lamanya, sebelum menyimpan di dalam gudang, Rangga mulai membuka album foto lamannya.Rangga melihat kembali foto-foto saat Satria itu baru saja lahir, juga dirinya yang selalu merawat dan menyayangi layaknya anak kandung, kini tidak ada lagi istilah ayah angkat, toh salahnya telah tega mengab
Di hari Pernikahan Rangga dan Sonya.Tiara duduk dengan hati yang berdebar di ruang tamu rumah orang tuanya. Suasana siang ini terasa lebih sepi dari biasanya. Di hadapannya, sang ibu dan ayah duduk dengan wajah yang serius, seakan sudah bisa menebak apa yang akan Tiara katakan.Tiara menarik napas panjang. Ia sudah menyiapkan kata-kata, tapi tak ada satu pun yang bisa mengungkapkan perasaan yang kini sedang mengguncang hatinya. Ia ingin mengatakan semuanya dengan baik, tetapi rasanya tak ada kata yang cukup untuk menjelaskan keputusan besar yang hendak ia ambil."Mama, Papa... Tiara ingin minta restu," ucapnya dengan suara pelan, mencoba menguasai diri."Restu? Restu menikah?" tanya Yanti, masih tampak bingung.Tiara mengangguk sejenak, berusaha mencari kekuatan dalam dirinya. "Tiara ingin menikah lagi dengan Mas Sagara, ayah kandung Satria!" jawabnya dengan perlahan.Tiba-tiba ruangan itu terasa hening. Theo dan Yanti saling bertukar pandang. Sagara, mantan suami Tiara. Pria yang du
Disebuah cafe yang tidak jauh dari rumah orangtua Tiara dan Yunus.Tiara duduk di sebuah meja kecil di sudut cafe, ditemani oleh adiknya, Yunus. Suasana cafe siang ini cukup ramai dengan musik lembut dan aroma kopi yang menyebar memenuhi udara."Yun, sudah lama ya kita gak duduk berdua seperti ini, terakhir kali mungkin dulu sebelum kakak menikah." ucap Tiara dengan suara pelan, memecah keheningan di antara mereka.Yunus mengangguk, matanya menatap cangkir kopi di tangannya. "Iya, Kak. Aku ingat. Sejak kakak menikah, kita jadi jauh gini, ya?" ucap Yunus lirih.Tiara menghela napas panjang. "Aku juga bingung, Yun. Dua pernikahan kakak penuh masalah, kamu sebagai adikku satu-satunya jadi terabaikan, maafkan kakak ya." ucap Tiara lalu menggenggam tangan adiknya.Yunus tersenyum lembut, meletakkan cangkir kopinya di atas meja. "Nggak! Kakak gak salah apa-apa sama Yunus, justru Yunus mau minta maaf gak pernah bisa bantu apa-apa kalau kakak sedang dalam masalah, padahal dari dulu aku suka s
Sagara memandang langit senja dengan tatapan kosong. Angin sore menyentuh wajahnya, tapi tak cukup kuat untuk mengusir kegelisahan yang menghantui."Linda masuk rumah sakit, Sagara. Percobaan bunuh diri." ia menerima kabar mencengangkan ini dari paman Alfred.Berita itu seperti sambaran petir bagi jiwanya, akhirnya ia memutuskan untuk menemui Linda, mantan wanitanya yang pernah ia lamar.Tentu saja hatinya kembali merasa terhukum dan menyesal, lantaran tega menghancurkan perasaan seseorang wanita yang amat mencintai dirinya.Begitu sampai di rumahnya sendiri, Sagara berlari secepat mungkin, langkahnya ringan meski perasaan di dalam dadanya berat.Pintu kamar terbuka perlahan, dan di sana, di atas ranjang, Sagara melihat Linda terbaring. Matanya terpejam, wajahnya pucat, namun bibirnya tersenyum tipis saat melihat Sagara memasuki ruangan."Linda..." suara Sagara serak, hampir tidak keluar.Mendengar suara Sagara, Linda membuka mata perlahan. "Sayang..., akhirnya kamu datang," gumamnya
Tiara baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang menyelinap melalui tirai jendela memberikan suasana yang menenangkan.Setelah mandi dan bersiap, ia berjalan ke ruang makan, di mana anaknya sudah duduk sarapan ditemani pengasuhan. Satria menggerakkan sendok kecilnya dengan semangat, meski tidak semuanya sampai ke mulutnya.Tiara tersenyum melihat tingkah lucu anaknya yang selalu ceria di pagi hari. "Selamat pagi, Laras," sapa Tiara kepada pengasuh anaknya."Selamat pagi Nyonya..." seru Laras."Agii, Mama," sapa Satria, tersenyum lebar melihat ibunya. Tiara pun tersenyum lalu mencium kening Satria.Tiara duduk di sebelah anaknya dan mulai menyiapkan sarapan sederhana, diatas meja sudah tersedia roti panggang dengan selai kacang, juga segelas susu hangat."Apa semalam tuan tidak pulang, nyonya?" tanya Laras.Tiara menatapnya bingung. Pengasuh itu memang selalu sangat peduli dengan keadaan majikannya, lantaran sudah lama bekerja dengan G
Keesokan harinya.Ting tong...Ting tong...Seseorang memencet bel berkali-kali, Yanti yang baru bangun langsung membuka pintu rumahnya."Mama!!" teriak Tiara, sorot matanya berkaca-kaca."Tiara... Loh tumben kamu pulang, Nak?" Yanti tercengang tiba-tiba melihat kedatangan putrinya dan cucunya, ia juga melihat ada tiga koper yang dibawa oleh Tiara."Hiks... Huhuhuhu, Tiara pulang Ma." rengek Tiara memeluk erat ibunya, air matanya mengalir deras membasahi daster yang Yanti sedang kenakan.Tiara duduk terdiam di ruang tamu rumah orang tuanya, matanya masih sembab dan wajahnya pucat. Di hadapannya, ada ibu dan ayahnya yang sedang saling melirik dengan perasaan khawatir.Mereka sudah bisa menebak ada yang tidak beres ketika Tiara tiba-tiba pulang lebih awal dari rencananya, yang katanya sedang mempersiapkan pernikahan dengan Sagara."Mama, Papa… Maafkan Tiara, Tiara memang sangat bodoh." suara Tiara terhenti, napasnya tersendat. "Tiara... Tidak tahu harus cerita mulai dari mana."Yanti su
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak