Siang hari matahari bersinar terang, langit biru menandakan sang hujan takkan datang, deretan mobil mewah mulai dari Toyota Crown 2.5 Hv 6-Executive, Lexus LM350, MazdaCX- 9 AWD, sampai Marcedez Benz Tipe GLS pun berdatangan menghampiri sebuah gedung hotel berbintang 5.Terlihat, para pelayan hotel sibuk berjalan kesana kemari untuk menyambut para tamu undangan yang baru saja tiba. Mereka dengan sigap membukakan pintu mobil sembari memberi salam hormat.Dan tidak lupa, mereka memeriksa kartu undangan berwarna kuning keemasan sebelum mempersilahkan para tamu undangan memasuki aula ballroom.Hal ini perlu dilakukan lantaran, tidak sembarang orang bisa menghadiri pesta pertunangan yang diselenggarakan oleh salah satu keluarga konglomerat ternama di Indonesia. Tentunya, system keamanan super ketat ini diterapkan untuk kenyamanan dan keamanan para tamu undangan.Tap tap tap tap.Suara langkah kaki Sagara, saat memasuki ballroom aula pesta bersama sang ibunda, Grace.Hendry Cahyadi teman ku
Satu hari sebelum berangkat ke Lombok.Blam.Tiara turun dari mobil taxi sambil menggendong Satria."Terima kasih banyak pak." ucap Tiara, sang supir dengan baik hati menurunkan stroller dari bagasi.Tiara hanya perlu menekan tombol kecil di pegangan stroller, stroller langsung terbuka dan naik keatas secara otomatis begitu juga kalau Tiara mau melipatnya, tempat duduk bayi nya berbentuk seperti telur sangat nyaman dan aman untuk Satria."Kita cuci mata dulu ya nak, mama mau belanja baju pantai di mall, sekalian beli mainan buat kamu main pasir." Tiara memasang seat belt, supaya Satria aman saat duduk di Stroller.Tiara mendorong stroller memasuki pintu lobby mall, seluruh mata pun langsung memandang pada bayi tampan dan lucu."Aaauuww....brruuuh." oceh Satria, matanya yang berwarna biru berbinar-binar memandangi seisi mall, banyak sekali orang berlalu lalang...Disisi lain, di toko jam tangan mewah."Jam tangan couple ini keluaran terbaru pak, bingkainya dan jarumnya terbuat emas m
'Dari dulu ia tak pernah berubah, pantas saja ia bisa berbuat kejam yang tak punya perasaan.' batin Tiara kesal.Seorang ayah harusnya memiliki ikatan batin pada anaknya, namun tidak dengan Sagara, pria itu bersikap biasa-biasa saja saat melihat Satria, padahal itu anak kandungnya sendiri."Ini jam tanganmu, terima kasih sudah meminjamkan padaku." ucap Tiara mengembalikan jam tangan mahal milik Sagara.Satria sudah tertidur lelap di dalam stroller."Jadi ini salam perpisahan darimu, setelah lama kita tidak bertemu selama dua tahun." ucap Sagara lirih, menatap Tiara dengan penuh rasa kesedihan dan penyesalan. "Apa mas, berharap kita menjadi teman atau sahabat?" sindir Tiara. Sagara menggelengkan kepalanya, rasanya tidak mungkin mereka memiliki hubungan sebagai seorang teman, sangat mustahil terjadi. Tiara beranjak dari tempat duduk Cafe, lalu bersiap mendong stroller, ingin cepat-cepat pergi meninggalkan mantan suaminya."Aku harap, mas bisa menemukan pengganti ku." lirih Tiara, ia
"Kepada penumpang pesawat yang terhormat, kami mengingatkan seluruh penumpang untuk mengencangkan seatbelt dan meletakkan sandaran kursi dalam posisi tegak lurus. mohon mengatur kursi Anda dalam posisi vertical karena kami akan segera lepas landas." terdengar pengumuman suara dari dalam pesawat terbang dari jakarta menuju Lombok."Namanya Rebecca lulusan Harvard university, umurnya masih 27 tahun, tapi punya banyak prestasi, cocok jadi istri seorang CEO." ucap Grace sambil menunjuk foto gadis di iPad."Kenapa ibu tidak memesan tempat duduk yang bersebelahan dengan suamimu, kenapa harus di dekatku sih." protes Sagara, ia pikir bisa tidur selama penerbangan.Namun nyatanya Grace malah sengaja memesan dua kursi kelas business yang bersebelahan dengan Sagara, terpisah dari Fernando suaminya. Tentu saja Grace berencana menjodohkan Sagara dengan para putri-putri konglomerat yang akan hadir di pesta pernikahan Hendry dan Yura nanti.'Kalau putraku belum menikah lagi, kapan aku punya bisa cuc
"Kamu yakin anak itu cucumu?" tanya Fernando sambil menaikan satu alisnya, ia ragu dan tak yakin pada perkataan sang istri."Iya aku yakin! 100%!!" pekik Grace."Habis dari sini, sebaiknya kita ke dokter mata saja." Fernando sama sekali tak percaya."Sayang!! Aku tidak bercanda, aku tau pasti itu anaknya Sagara!!""Kalau memang benar, kenapa Sagara bisa tidak tahu dan apa yang bikin kamu yakin, kalau anak Tiara dan Rangga itu cucumu?" layaknya seorang pria Fernando selalu menggunakan logika."Matanya.""Kenapa matanya?""Bola matanya berwarna biru! Itu adalah ciri khas turun menurun dari garis keturunan keluargaku." seru Grace."Be-benarkah begitu!?" Fernando kini tercengang.Grace terus menerus menganggukkan kepalanya."Apa mungkin...., selama ini Tiara menyembunyikan anak Sagara?" Fernando bergumam sembari berpikir keras."Untuk apa dia sembunyikan anak Sagara, apa untungnya bagi dia dan juga suaminya yang sekarang. Mana ada pria lain mau menerima anak pria lain sebagai anak kandung
"Hiks...hiks...huhuhuhu." Grace tak bisa menahan rasa sedihnya, tak disangka Sagara melakukan hal yang sama seperti apa yang Roger dulu lakukan pada dirinya.Grace bisa membayangkan semua penderitaan yang Tiara alami. Grace tak menahan diri, ia terus memeluk erat cucunya."Ini cucuku darah daging Sagara." ucapnya pelan seperti nada berbisik.Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya, hal yang selalu Grace takutkan dalam diri putranya. Sejak Sagara masih kecil, Roger mendidiknya dengan keras, membuat Sagara menjadi pria yang berdarah dingin, sama seperti ayahnya Roger.Penyiksaan Roger yang tiada henti pada putranya sendiri, telah menoreh luka yang dalam di hati Sagara. Sampai-sampai hatinya lupa bagaimana rasanya disayangi dan dicintai."Tiara, ada yang perlu kamu tahu tentang mantan suamimu...." seru Grace, lalu ia menceritakan semua penderitaan yang dulu Sagara kecil alami pada Tiara...Cerita Grace membuat Tiara tercengang, pasalnya selama setahun lebih bersama Sagara, ia tak pe
Cekrek.Pintu cottage ditutup. Tiara Berjalan masuk ke dalam sambil masih menyusui anaknya."Duduk saja, anakmu kelihatan berat, santai saja disini, aku akan ke atas membersihkan diri." ucap Sagara berlalu begitu saja, memasuki kamar mandi.Tiara hanya mengangguk lalu duduk di sofa depan TV. "Cup cup cup." Satria mulai menyusu dengan pelan, terlihat juga matanya sudah sayu, pasti ia mulai mengantuk."Cepatlah tidur nak." bisik Tiara pada anaknya, Tiara tak tahan bertelanjang dada, ingin segera merapikan bajunya, sebelum mantan suaminya selesai mandi.Suara kucuran air shower yang dingin terus mengguyur kepala Sagara. Ia sengaja berlama-lama di dalam sana, sambil menuntaskan hasratnya, walaupun hanya melihat sekilas pay udara milik Tiara. Namun hal itu mampu meningkatkan gairahnya hingga naik hingga ke ubun-ubun.Sagara melenguh memainkan pusaka nya, sambil membayangkan percintaannya dulu sewaktu bersama Tiara.Setelah selesai, Sagara berdiri sejenak, menetralkan kembali nafasnya yang
Suara deru ombak yang tiada habisnya, menggelitik telinga. Langit biru cerah, laut biru sungguh memanjakan mata."Ayo Satria, buka mulutnya aaa..., makan dulu sayang, baru kamu bisa main di pantai." ucap Tiara saat ini ia sedang repot menyuapi anaknya.Tiara duduk beralaskan tikar, di bawah pohon kelapa yang rindang, angin pantai sepoi-sepoi berhembus di pagi ini, suasana sangat sejuk, belum banyak orang yang keluar beraktifitas"Eeehh...emm..mhhmm." rengek Satria, sulit membuka mulutnya, ia terus menggerakkan kepalanya menghindari sendok yang mau mendekati mulut kecilnya, matanya melihat ke arah laut biru yang bersinar, pasti tak sabar untuk bermain kesana."Iiihhhsss anak ini...!!" umpat Tiara menjadi kesal."Mungkin dia haus." Tiba-tiba Sagara datang membawa dua buah kelapa hijau yang siap di minum."Mas gak perlu repot-repot." Tiara menolaknya ketus."Wuuu....." tangan Satria ingin meraih buah kelapa hijau, baru pert
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak