Accueil / Romansa / Aku (Bukan) Istri Pilihan / 10. Bara Memaksa Rujuk

Share

10. Bara Memaksa Rujuk

Auteur: Helminawati Pandia
last update Dernière mise à jour: 2024-10-29 19:42:56

===

“Kita pulang, Sayang? Kamu udah kuat, kan?” Mama mertua menepuk lembut pipiku.

Kuulas senyum tipis.

“Bentar lagi, dong, Ma! Tunggu barang sejam dua jam lagi. Biar Indri lebih kuat.” Suaminya menyarankan.

“Iya, iya. Mama itu rasanya gak sabar, Pa. Pengen waktu cepat berlalu, biar cepat gendong cucu, hehehe ….”

“Orang tua Nak Indri udah mama telpon, kan?”

“Udah. Mereka udah di jalan. Saya suruh nunggu di rumah saja. Kita ketemu di rumah, toh kita juga udah mau pulang.”

“Ya, udah. Saya mau ke lantai tga sebentar, ada rekan bisnis kita kebetulan juga sedang di rawat di sini. Kamu mau nemani Papa, Bara?” Papa mertua menatap putra sulungnya.

“Papa aja, deh, Pa. Bara mau ngurus administrasi ruamh sakit ini sebentar lagi, Mama aja yang nemani Papa!” tolak Mas Bara.

“Haga, kan bisa ngurus administrasi perawatan istrinya. Tapi, sudahlah. Papa pergi dulu, ayo, Ma!”

“Indri, bentar, ya, Sayang! Kamu istirahat aja dulu, sambil ngabisin infus di botol itu, biar semakin kuat.” Mama mertu
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   11. Rahasia Perceraian Terbongkar

    ****“Apa, rujuk?” Haga tersenyum tipis sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Iya, rujuk! Kamu harus rujuk dengan Indri!” ujar Bara sambil menatapnya tajam.“Aku tak mau!”“Harus, Haga, titik!”“Aku tidka mau rujuk, Mas! Kalau Mas Bara mau sama dia, silahkan ambil!”“Apa maksudmu? Apa maksudmu?”“Mas peduli pada kesehatam Papa dan Mama, kan? Kenapa tidak Mas aja yang nikahi Indri?”“Bang*sat kau!”“Hentikan!” teriaku saat tangan Mas Bara kembali menyerang wajah Mas Haga.Kedua laki-laki itu menoleh ke arahku.“Kalian bertengkar karena kehamilanku?” tanyaku dengan nada pelan, hampir mirip gumaman.“Bukan itu masalahnya, Sifat ktidakdewasaan kalianlah yang menjadi permasalahannya,” jawab Mas Bara masih ketus.“Mas Haga sudah menceraikanku. Saat itu kami belum tahu kalau ada janin di perutku. Dan perlu Mas Bara tahu, janin ini ada akibat aku diperkosa. Bukan atas dasar cinta.”“Apa maksudmu?” Mas Bara menatapku tajam.“Tak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin menekankan, agar Mas Ba

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   12. Mas Arga, Kakak Kandungku Mengamuk

    ===“Jadi, kamu diam-diam sudah pisah dengan Haga?” Mama mertua berjalan masuk.“Tenang, Ma! Tenang! Mama salah dengar sepertinya.” Mas Bara menyongsong ibunya.“Mama dan Papa sudah dengar semuanya. Tak perlu kalian tutup-tutupi lagi!”Ok, tapi Mama harus bisa tenang! Kalau Mama saja seperti ini, bagaimana dengan Papa?”“Stop Bara! Berhenti mengkhawatirkan Papa dan Mama. Kami baik-baik saja. Cukup sudah perbuatan Haga menghancurkan semuanya. Berhenti menutupi kesalahannya!”Aku terperangah. Mama terlihat begitu tegar. Awalnya dia memang tampak sangat terkejut, tetapi setelahnya aku dan Mas Bara yang dia buat terkejut. Apalagi melihat reaksi Papa mertuaku. Lelaki paruh baya itu malah berjalan tenang menghampiri kami, meraih sebuah kursi lalu duduk di sisi ranjang. Tepat di sebelah kanan kepalaku.“Papa dan Mama baik-baik saja?” Mas Bara masih tak percaya.“Haruskah kami menghembuskan napas terakhir hanya karena ulah adikmu? Haga sudah kelewatan. Semua kami lakukan demi kebaika

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   13. Mas Haga dicoret dari daftar keluarga

    ****“Kita duduk, Pa! Papa tenang, ya!” Mas Bara memapah ayahnya menuju kursi di teras itu.“Baik, baik. Papa baik-baik saja! Tolong jelaskan, siapa perempuan itu!” ulang Papa menunjuk ke arah Mas Haga dan Ara.“Gak usah pura-pura terkejut Om!”Mas Arga yang menjawab.“Om sudah tahu sebetulnya kebusukan putra Om, sengaja menikahkannya dengan adik saya untuk menutupi kebejatannya. Agar keluarga Om tetap terhormat di mata masyarakat. Dengan menikahi putri seorang Ustadz, maka masyarakat akan menilai kalau Haga laki-laki baik, terhormat. Padahal busuk, pezina! Berzina dengan pelacur busuk! Dasar keluarga munafik!” maki Mas Arga kian emosi.“Hentikan Arga! Tutup mulutmu!” Bapak mengguncang bahu Mas Arga.“Aku sudah lama menyelidiki ini. Laki-laki busuk ini bahkan sudah menikah siri dengan perempuan itu! Adikku yang baik, ternyata bernasip begitu malang! Dia diselingkuhi, bahkan di madu dengan seorang perempuan murahan, dimadu dengan seorang lont*!”Mas Arga meradang lagi.“Arga! K

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   14. Flas Back

    POV Haga===“Mas ke sini? Tumben?” tanya Ara.Wanitaku ini langsung berseri saat melihatku telah berdiri di ambang pintu. Senyumnya mengembang. Terlihat dereten gigi rapi mengintip di antara bibir tipis nan ranum menggiurkan itu.“Gak boleh aku ke sini? Atau kamu sedang menunggu si Leo, mantan suamimu yang impot*n itu” godaku seraya mengelus pipinya.Seketika tangan lembutnya mendaratkan pukulan manja di dadaku. Kutangkap dan langsung mendorong tubuhnya masuk. Segera kututup pintu dengan sebelah kakiku sambil berjalan memapahnya menuju kamar.“Pintunya gak dikunci, Sayang?” desisnya manja.“Biar aja, kelamaan!” sergahku memeluk pinggangnya.“Gimana keadaan Indri? Kenapa dia pingsan tiba-tiba tadi?” selidiknya sembari bergelayut manja di bahuku.“Kami bertengkar, aku tampar dia! Eh, pingsan!” ucapku berdusta.Dusta untuk menyenangkan hati wanita yang sangat kucintai ini. Tak mungkin kuberitahu dia kalau Indri pingsan karena ternyata dia tengah mengandung anakku. Bisa kiamat n

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   15. Semua Fasilitas Diblokir Papa

    ****“Biar aku saja yang membuka pintunya,” usulku sambil bangkit dan berjalan menuju pintu.Tanpa ragu kubuka pintu.“Auw!” Aku menjerit kaget dan langsung terjungkal kesakitan. Sebuah tendangan langsung mendarat di tulang kering kakiku. Mas Arga, kakak kandung Indri mantan istriku telah berdiri dengan menyeringai di hadapanku.“Kenapa? Kaget? Bangsat kau!” kembali dia menghajarku.“Ampun, Mas!” teriakku menghiba.Bukan karena aku takut melawannya. Tetapi, rasa kaget ini membuatku kehilangan tenaga. Bagaimana bisa Mas Arga menemukan kontrakan ini? Gawat, rahasia pernikahan siriku dengan Ara pasti akan terbongkar sekarang. Bagaimana ini.“Ampun? Ampun kau bilang? Ini ampun!” Kakinya kembali menendang tubuhku.“Hentikan! Tolooooong!” Ara histeris.“Jangan teriak, Ra! Dia kakak iparku!” perintahku menghentikan teriakan Ara.“Kakak iparmu, Mas? Dia yang aku ceritakan tadi, yang selalu mengintai aku dari kejauhan, Mas!”“Jelaskan siapa perempuan ini!” Mas Arga menatap tajam Ara.“D

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   16. Siapa Bella Angraini

    ===POV Indri“Aku pulang, Dek. Ada urusan penting. Kamu baik-baik di sini! Kalau ada apa-apa jangan diam seperti selama ini! Segera hubungi aku!”Mas Arga membelai kepalaku.Aku mengangguk“Titip adek aku! Kalau terjadi sesuatu, aku gak akan segan-segan terhadap keluarga ini! Gak peduli sebanyak apa orang-orangmu!”Kali ini Mas Arga mengancam Mas Bara. Jelas Mas Bara bingung. Dia sama sekali tak terlibat dalam masalah ini sejak awal. Dia bahkan tak tahu apa-apa tentang pernikahan adiknya.“Baik, aku akan jaga Indri,” sahutnya mengalah. Mungkin dia enggan berurusan lebih lama dengan Kakakku.“Arga duluan, Pak, Buk! Permisi Om, Tante!”“Terima kasih, Nak Arga!” Kedua mertuaku tersenyum ramah.**Bapak dan Ibu juga sudah bersiap-siap untuk pulang. Kini, aku akan tinggal sendiri di dalam keluarga mantan mertuaku ini. Ya, mantan. Karena aku sudah bukan menantu mereka lagi. Satu hal yang semakin sulit sebenarnya. Tetapi, aku harus menjalaninya. Calon bayi yang ada di dalam perut ini ada

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   17. Mas Haga dan Ara Datang Ke Butik

    ****“Mas Bara enggak bilang kalau dia perancang!” balasku membela diri.“Kan, kamu bisa nanya, Bella siapa!” bentaknya menatapku tajam.Aku mengangkat bahu, kesal sekali rasanya. Betul kata Mas Haga, laki-laki ini agak susah orangnya. Kita harus selalu sempurna di depannya. Masalh sepele begini saja dibesar-besarkan. Kan tinggal bilang sama perempuan itu, ‘maaf, ya, ternyata benar, adik aku yang nyuruh.’ Memangnya siapa dia membentk-bentak aku?“Jadi gimana, nih? Aku bilang apa sama Bella?” tanyanya masih ketus.“Terserah!” jawabku juga dengan ketus. Segera aku melangkah mundur, menutup pintu kamar, lau mneguncinya dari dalam.“Indri!” laki-laki itu mengetuk.Aku tak peduli. Enak saja dia main bentak. Biarkan saja kerja sama dnegna perancang bernama Bella itu gagal. Lagian malas juga rasanya berhubungan dengan si Bella-Bella itu. Ternyata dia kenalan Mas Bara, terdengar akrab begitu. Jangan-janagn mereka memang ada hubungan lagi, bisa saja pacarnya malah.Huh, berurusan denga

    Dernière mise à jour : 2024-10-29
  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   18. Kutolak Tawaran Rujuk Mas Haga

    =====“Itu suami kamu , In? Bersama siapa dia?” Kak Jo berbisik di telingaku.Mas Haga berjalan kian dekat, di belakangnya Ara mengiringi. Kupindai wajah kusut sepasang suami istri siri itu. Forum wajah mereka menggambarkan keresahan yang begitu parah.“Kenapa tadi kamu gak bareng suamimu, In? Malah bareng pacar Mbak Bella?”Aku tercekat. Kutoleh ke samping. Kak Jo terlihat begitu bingung. Tak kalah denganku. Tetapi berbeda dengan kebingungan yang melanda diriku tentu saja. Ucapan Kak Jo barusan, masih mengiang-ngiang. Ternyata Mas Bara dan Bella memang ada hubungan. “Indri!”Mas Haga kini berdiri di depanku. Ara juga berdiri tak jauh di sisinya, tetapi dengan Bahasa tubuh yang berbeda dair sebelumnya. Kini, tak ada lagi pamer kemesraan seperti biasanya. Ara juga tak berani menantang mataku lagi. Perempuan itu menunduk menekuri batu tegel yang dipasang rapi di bawah kaki kami.“Maaf, mengganggu waktu kamu sebentar, In!” sapa Mas Haga lagi.“Ada apa?” Tanyaku datar. “B

    Dernière mise à jour : 2024-10-29

Latest chapter

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   78. Sepenggal  Asa Buat Indri  Dan Bara  (Tamat)

    POV Johana“Pak Bayu, ini benerankah?” lirihku seraya mengerjapkan mata berkali-kali.“Hem,” gumamnya, menunduk. Sedikit lagi, wajah dengan kumis tipis itu kian menunduk. Dia mendekati wajahku, mengikis jarak di antara kami. Kini benar-benar tak berjarak.Kurasakan sentuhan kumis tipis itu menyentuh kulit wajahku. Kurasakan sentuhan bibir itu menyentuh lembut keningku. Ini tidak mimpi, ini benar-benar nyata. Pak Bayu mengecup lembut tepat di keningku.“Maaf,” bisiknya lalu menatap tepat di manik manik mataku.Aku menunduk. Mulutku masih membisu. Bibir dan lidah ini masih terasa begitu kelu. Otakku masih sibuk berpikir, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Pak Bayu bisa berubah seperti ini. Kenapa dia berubah setelah beberapa jam yang lalu masih menolak untuk menemaniku ke rumah Indri.“Jo, maaf, mungkin ini agak mengejutkan bagimu. Tapi, aku serius. Aku menyukaimu. Setelah empat hari berpikir dan merenung, bahkan hingga tadi siang saat kau menelponku, aku masih belum bisa memutuskan.

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   77. Ada Johana Pengganti Indri di Hati  Bayu

    “Indri, Sayang! Tunggu Suster!” Seseorang menghentikan kami dari kejauhan.Panggilan itu berasal dari seorang pria yang sesaat tadi masih sangat kucintai. Namun, detik ini sangat kubenci. Sangat kubenci, tak tersisi, tak terjarak, amat sangat kubenci.“Sayang, kamu tenang saja, ya! Aku akan mengurus semuanya, semua akan baik-baik saja!” ucapnya dengan napas terengah-engah.Aku tak perduli. Kupalingkan wajah menghindari tatapannya. Kutepis kasar saat tangan itu mencoba menyentuh lenganku. Bisu, aku tetap memilih membisu. Dia adalah putra sulung keluarga Wijaya. Bara Wijaya namanya. Sedetik tadi aku masih sangat cinta. Namun, detik ini dan detik berikutnya, dia sudah tak bermakna. Aku membenci dia seperti aku membenci keluarganya. Mereka sama saja. Termasuk Mas Bara.“Indri, aku pastikan putri kamu akan baik-baik saja. Aku akan kembalikan kepadamu secepatnya, tapi kamu harus berjanji satu hal padaku. Bahwa kamu akan baik-baik saja. Indri, kamu dengar aku?”“Suster, saya mau pulang

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   76. Surat Pernyataan Sebelum Perceraian

    Kembali POV Indri“Indri!”Aku tersentak, segera aku menoleh ke arah pintu. Ibu dan ayah melangkah masuk dengan wajah lesu. Seorang pria berpakaian rapi ikut masuk, Pak Hendrik, pengacara keluarga mertuaku. Dia didampingi oleh seorang pria lain yang tak kukenal. Kenapa mereka yang datang. Lalu ke mana kedua mertuaku?“In, kamu yang tenang, ya, Nak! Jangan panik!” Ibu mendekatiku.“Ibu, mana anakku?” buruku tak sabar.“Jangan menangis, Nak! Ingat kondisimu masih sangat lemah! Jaga kesehatanmu! Tolong bersabarlah!” bujuk Ibu membelai kepalaku.“Bayiku mana, Bu? Ke mana Mama mertuaku? Ayah …?” Aku menoleh ke arah ayah yang terlihat tak kalah lesu.“In, kamu tenag dulu, Pak Hendrik dan Bapak ini akan menjelaskan kepada kita. Tenang, ya, Nak!” Ayah ikut membujukku.“Ini ada apa sih, sebenarnya? Aku tidak butuh penjelasan apa-apa! Aku hanya ingin anakku! Tolong kembalikan anankku!" se”gahku makin kebingungan. Syak melanda hatiku. Perasaanku benar-benar tak enak sekarang.“Pak Hendri

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   75. Bayiku Diambil Keluarga Mantan Suami

    “Mbak mau ke mana? Bayinya mau dibawa ke mana?” Ibu berusaha menjejeri langkahnya.“Mau pulang! Bayi ini milik Haga. Haga itu anakku! Bayi ini adalah penggantinya!” ucap mama menghilang di balik pintu.“Mbak! tunggu dulu! Benar itu bayi Nak Haga mendiang, dia itu cucu kita! Kita akan rawat sama –sama! Mbak!” panggil Ibu, terdengar suara Ibu makin menjauh.Kupencet tombol yang tersedia di dinding, di atas bagian kepala ranjang pasien. Tak ada yang bisa aku lakukan selain memanggil para perawat. Tubuhku masih terllau lemah untuk mengejar bayiku yang dilarikan oleh mama mertua.“Ada apa, Bu Indri?” Dua orang perawat memasuki ruanganku dengan langkah terburu-buru.“Tolong bayiku, Suster! Bayiku diculik!” laporku dengan suara bergetar menahan tangis. Sesak dan prasangka buruk mencekik kalbu. Betapa aku ingin menjerit sejadinya. Namun, luka bekas jahitan ceaser di perutku masih belum begitu kering. Aku harus berusaha tetap tenang.“Lho, bayi Ibu ke mana? Bukannya tadi digendong oleh nene

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   74. Bayiku Dilarikan Mama Mertua

    “Bay! Tunggu!” Mas Arga spontan melepas pelukan pada Mas Bara. Dia berlari kecil ke luar ruangan. “Bayu! Aku bilang tunggu!” Panggillannya masih sempat terdengar sekali lagi.Mas Bara mendekatiku. “Sepertinya Bayu sangat terluka,” bisiknya di dekat telingaku. Aku hanya membisu.Bella menyisi, memberi ruang yang lebih lebar untuk Mas Bara. “Aku keluar nyusul Mas Arga, ya! Kasihan Mas Bayu, sepertinya sangat terpukul,” pamitnya.Aku dan Mas Bara mengangguk. “Aku boleh pinjam hape kamu, Sayang?” tanyanya beberapa saat kemudian.“Boleh, ambil saja? Tapi, buat apa?” tanyaku seraya menunjuk ponselku di atas nakas.“Sebentar, aku akan telpon Johana. Kami maukan bicara dengannya?”“Kak Jo?”“Ya.”“Untuk apa?”“Minta dia menghibur Bayu!”“Oh, tapi … Mas Bayu tidak menyukainya.”“Ya, aku tahu itu. Tapi, saat Johana bisa mengobati lukanya, cinta bisa saja tumbuh setelahnya.”“Ya, bisa jadi. Aku akan coba.”Mas Bara meraih ponselku, lalu menyalakannya. Benda itu lalu dia serahkan padaku.“Hey,

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   73. Selamat Menjadi Ibu, Juga Menjelang Pengantin Baru

    ====“Kamu udah sadar, In! Alhamdulillah.”Seseorang menyapaku. Suara itu sepertinya sering kudengar, tetap aku lupa siapa pemiliknya. Aku juga masih bingung, di mana kini aku berada. Apa yang telah terjadi, dan kenapa aku di sini, semuanya masih samar. Kupaksa membuka kelopak mata. Terasa sangat sulit. Aroma khas karbol dan obat, menyerang cuping hidung. Sepertinya aku berada di rumah sakit. Apa yang telah terjadi? Kenapa aku di sini? Rasa penasaran itu membuatku semakin berusaha memaksa mata yang melekat sempurna itu untuk terbuka.Awalnya hanya terlihat gelap, perlahan seperti ada titik yang bercahaya, makin lama makin lebar. Samar kulihat langit-langit ruangan, putih bersih. Kualihkan menatap dinding, semuanya di cat berwarna putih. Semakin yakin ini adalah rumah sakit. Kenapa aku berada di sini? Lelah otakku berpikir, tak jua ingatanku mengimformasikan tentang itu.“Indri, kamu baik-baik saja, bukan?”Suara laki-laki itu semakin jelas terdengar. Kurasakan tang

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   72. Bara Dan Bayu Di Rumah Indri

    ======Sebuah mobil kudengar memasuki halaman. Pagi ini semua anggota keluarga sudah berangkat ke Medan. Untul melaksanakan acara lamaran Mas Arga. Aku tinggal sendirian. Perjalanan yang harus ditempuh selama dua jam, di tambah kondisi jalan yang berkelok-kelok, menguatkan keputusan Bapak, bahwa aku tidak usah ikut. Setelah menitipkan pesan kepada tetangga samping rumah agar menjagaku, mereka berangkat setelah salat Subuh tadi pagi.Ketukan halus terdengar di depan, berulang dan berirama. Sepertinya pengemudi mobil itu adalah tamu Bapak, tak tahu kalau Bapak dan Ibu tak di rumah.Aku beranjak dari pembaringan, meraih jilbab instan yang kuletak di kepala ranjang, lalu berjalan pelan menuju pintu depan.“Mas Bara ….” Lirih kusebut nama pemuda itu. Dia berdiri tegak di hadapanku. Orang yang sangat kurindu. Hampir sebulan ini tak pernah bertemu. Hanya lewat chat, ataupun telpon, yang justru menambah sesak di dalam kalbu.Tetapi pagi ini, saat mentari mulai mengintip dari ufuk timu

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   71. Siapa Yang Menelepon Mas Arga  Saat Acara Lamaran

    POV Bella========Masih ragu, kutimang-timang benda pipih yang ada di tanganku. Ingin sekali aku berbicara dengan Mas Bara sekali lagi, sebelum acara lamaranku esok hari. Entah mengapa, hati kecilku menghiba. Ingin mendapat izin darinya. Meski kutahu, dia tak akan pernah peduli akan aku, juga tentang hari yang paling bersejarah sekalipun dalam hidupku. Karena baginya, tak ada artinya diriku.Esok hari bersejarah dalam hidupku. Kuminta Mas Arga agar segera melamarku, ya, aku yang meminta. Sebab, bila aku menunggu inisiatif darinya, bisa jadi hal itu tak akan pernah terlaksana. Mas Arga terlalu santai dalam menjalani hubungan ini. Katanya, jika memang jodoh, aku pasti akan diraihnya. Tinggal masalah waktu, tak perlu terburu-buru.Bagaimana mungkin dia bisa meraihku, jika dia tak segera menghalalkan aku? Tetapi itulah Mas Arga. Dia lebih suka tenggelam dalam dunianya sendiri. Organisasi kepemudaan yang yang di ketuainya. Organisasai yang menyita waktunya, hingga lupa akan

  • Aku (Bukan) Istri Pilihan   70. Hukuman Ara,  Keputusan Bella Menikah,

    =====“Mas Bara, aku merasakan hadirmu di sini! Ternyata aku sangat mencintaimu,” lirihku tanpa membuka mata. Sengaja aku tak membuka mata, kutakut hayalanku akan sirna, aku takut, bayangan kekasih hatiku akan lenyap seketika.“Begitukah? Terima kasih, Sayang! Terima kasih banyak! Tapi, tolong buka matamu! Lihat aku sebentar! Aku harus balik ke Medan, sebelum ketahuan Mas Arga!”Spontan aku membuka kelopak mata. Kaget luar biasa.Ternyata ini bukan hayalan, hadirnya bukan bayangan. Mas Baraku ada di sini, di depanku, dengan sebuah jaket terulur di tangannya. Dan Bella menyaksikan semuanya.“Mas!” Kutegakkan tubuh dari sandaran merapikan jilbab yang berkibar tertiup angin kering pegunungan.“Ya, ini aku, Sayang. Pakai jaketnya, ya!”“Pergi, sebelum Mas Arga emosi lagi!” “Iya, Kamu yang kuat dalam perjalanan ini. Andai ada bandara di sana! Aku akan menerbangkanmu pakai pesawat saja.”“Iya, aku paham. Aku tahu kamu teramat mengkhawatirkan aku, tapi kamu harus pergi sekarang!”“Pak

DMCA.com Protection Status