Di depan rumah Arisha tampak gelisah, ia masih memikirkan kata kata yang leuar dari mulutnya. Ia harus lebih dapat mengontrol setiap kata yang keluar jika, tidak ingin menyamaranya di ketahui orang lain termasuk Ziko. Dari tempatnya Arisha sudah dapat melihat suaminya yang hendak menghampirinya, di pasangnya wajah tenangnya agar Ziko tidak menaruh curiga padanya. "Dimana senamnya?" tanya Ziko tanpa menoleh dan menghentikan langkahnya pada istrinya justru, ia malah melalui Arisha begitu saja. Seakan akan ia tidak melihat kehadiran gadis itu. "Mari Mas, saya tunjukan!" ajak Arisha. Keduanya kini sudah berada di lapangan pesantren. Mereka menghampiri tempat kaum santri dan di sana juga sudah terdapat ustad Daffa yang siap menjadi pemimpin senam. Tampa aba aba Arisha segera menghampiri lelaki itu setelah membenarkan jilbabnya yang sedikit miring. Ziko hanya dapat menarik nafasnya dan mengikuti langkah istrinya. "Pak ustad sudah siap?" tanya Arisha dengan nada terlembut yang di puny
"Arisha!" wanita yang menyandang nama Arisha itu segera membalikan tubuhnya dan menatap seorang wanita yang baru saja menghampirinya. Ia menarik nafasnya panjang dan menghembuskanya perlahan ternyata wanita ini belum berubah. Ia duduk dengan gaya premanya di atas meja yang terdapat tumpukan sayur segar berwarna hijau. Wanita itu terlihat melepas hijab di kepalanya. "Gimana pernikahaan mu?" tanya Arisha. "Iya gitu gue capek. Gitu amat sih suami lho!" ujar wanita itu seraya mencomot timun yang terletak tak jauh darinya dan memakanya dengan lahap. "Besok senin kamu harus puasa kalau tidak abi akan curiga!" ucap Arisha. "Ris, suami lho itu ganteng lho walau pun nyebelin, lho kenapa sih malah kabur dari perjodohan ini. Terlepas dari sifat suami lho yang nyebelin, dia tuh ganteng, tajir lagi, apa sih yang kurang dari dia sampe lho ngk mau nikah sama dia. Kayaknya di juga lagi jomblo nikah sama lho terus kenapa lho kabur kaburan gini. Kalau ginikan gue juga yang repot. Mertua lho juga
Selepas keluar dari pasar Kiara yang menyamar sebagai Arisha di keluarga Henry kini harus kembali kepesantren untuk menemuinya keluarga Arisha agar tak seorang pun yang mengetahui rahasia yang sedang mereka sembunyikan. Melihat perjalananya yang masih jauh dengan pesantren, Kiara masih mengunakan gaya berjalan preman sembari mengunyah lalapan di mulutnya. Sungguh tidak mencerminkan ajaran seorang ustad dan kakinya yang menendang kerikil kerikil kecil yang menghalangi jalanya. Brughhhhh Tak sengaja kaki Kiara menendang botol minuman air mineral hingga terjun jauh dari tempatnya dan sialmya botol itu mengenai kepala seorang lelaki botak dengan penampilan acak acakan dengan kaos hitam pudar dan celana jeans yang robek dari bagian lutut hingga kemata kaki yang dari segi penampilanya dapat Kiara duga bahwa lelaki itu adalah seorang preman. Bukan orang yang lari dari tanggung jawab Kiara segera menghampiri orang itu untuk meminta maaf dan ternyata benar saja, ketika jarak mereka sudah san
Kini hanya ada kecanggungan diantara keduanya. Timun berhasil dimasukan Kiara kembali kedalam keranjangnya. Setelah kejadian tadi, Kiara membelakangi tubuhnya dengan Ziko, jujur ia sangat takut untuk mentap wajah suaminya. Ziko hanha tetap ditempatnya. Istrinya terlalu lebay, pikirnya, tapi yasudahlah, mungkin karena dia besar dari lingkungan pesantren dan sangat jarang berhadapan dengan lawan jenisnya hingga seperti ini. "Kenapa kamu memanjat pagar seperti itu?" tanya Ziko memecahkan keheningan diantara mereka dengan nada bucara yang sangat datar. Kiara menperhatikan sekitarnya, masih tidak ada orang, hanya mereka berdua yang berada di tempat ini. Syukurlah tidak ada yang mengetahui perbuataannya kecuali orang ini. "Saya habis belanja dari pasar dan saya ingin masuk tapi gerbang tertutup makanya, saja memanjat gerbang, saya juga tidak ingin menunggu terlalu lama!" jujur Kiara. Ziko hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban Kiara. "Kamu tidak sholat, Mas?" tanya Kiara. Mat
"Hai Bro!" sapa Ziko pada Daffa dengan menyenggol bahu lelaki yang sedang berada di peternakan pesantren. Daffa melemparkan seuntai senyum pada orang yang baru saja menghampirinya, diletakan makanan ayam yang di pegangnya dan siap menjabat tangan Ziko namun, niat baik Daffa hanya di tatap sekilas oleh Ziko dan membuang arah pandanganya dari lelaki yang berdiri tepat di hadapanya. Daffa menyadari hal itu, ia juga segera menepis tanganya. "Cari siapa Pak?" tanya Daffa dengan sangat sopan dan membungkukan sedikit tubuhnya. Ziko semakin di buat angkuh dengan sikap Daffa seperti itu. "Sudah berapa lama lho kerja disini?" tanya Ziko angkuh. Pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah di dapat Daffa bahdan selama ini, ia menjadi ustad favorite cowok mau pun cewek, ia juga orang kepercayaan ustad Henry dan kini pertanyaan seperti ini muncul padanya. Daffa yang memiliki sifat sabar masih tenag dengan perlakuan Ziko yang kurang sopan. "Saya Sma sudah di pondok pesantren ini Pak!" "Berapa gaj
Di ruang makan hanya terdengar detingan sendok dan kunyahan orang orang yang sedang melahap makananya masing masing. Seperti malam malam sebelumnya keluarga Henry selalu melakukan makan bersama. Momen momen seperti ini yang menjadi ciri khas keluarga mereka. Kiara menatap semua orang gang berada di sekitar meja makan secara bergantian. Ia dapat melihat dengan jelas Ziko, suamimya yang tidak menikmati makanan yang sudah di hidangkan padahal menurutnya makanan yang di sediakan umi juga menaikan gairahnya untuk makanan tapi, tetap saja ia kepikiran dengan ucapan Ziko sore tadi yang mengajaknya untuk segera kembali kekota. Bagaimana nanti dengan adik adiknya?. Liora menyenggol lengan tangan anaknya pelan untuk memberikan isyarat pada putranya itu untuk menghargai makanan yang sudah di sediakan karena sejak tadi Ziko hanya mengaduk aduknya saja. Hal itu membuat Liora merasa tidak enak hati pada keluarga besanya. "Masakannya enak enak banget, jarang banget lho saya makan makanan seenak ini
Bersama Liora, Rusdi dan satpam yang mengaksikan Arisha keluar malam mereka di kumpulkan di ruangan tempat biasa siswa bermasalah. Kiara dengan mulut terbuka ingin sekali menjelaskan semuanya, ia harus mengatakan pada Henry bahwa yang di lihatnya hanyalah sebuah kesalah pahaman dan ia bersama Daffa tidak berbuat apa apa sedangkan ustad Daffa hanya terdiam. Percuma berkata banyak mereka juga sudah terciduk dan bukti sudah menunjukan mereka tengah berduaan akan sulit untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah hanya pasrah yang dapat di lakukan pria muda itu. "Ab ...!" "Jangan berkata apa pun, Abi sudah terlanjur kecewa pada mu!" ujar Henry menghentikan ucapan Kiara yang belum selesai. "Pria beragama, seorang ustad, panutan bagi santri tapi ternyata kelakuanya seperti ini mengoda wanita yang sudah memiliki istri tengah malam seperti ini?, Apakah kurang kamu menyaksikan pernikahaan kami?, Apa perlu aku mengadakan resepsi pernikahaan besar besar di pesantren ini agar kamu tau Arisha
Kiara hanya memandangi wajah suaminya yang sudah terlelap. Ia membuka jendela kamar dan menyaksikan udara malam. Angin berhembus kencang sepertinya rintikan hujan akan jatuh. Air mata Kiara menetes begitu saja ketika bayangan adik adik asuh melintas di pikiranya. Sangat tidak mungkin jika ia mencoba kabur kembali yang ada akan memperpanjang masalah dan sudah dapat di duganya setelah kejadian ini pasti penjagaan pesantren akan lebih di tingkatkan. "Arisha bisa tidak ya mengurus mereka?" gumam Kiara. Hingga jam menunjukan pukul 3 subuh, Kiara belum dapat memejamkan matanya, hari sudah hampir menuju subuh. Apakah ia benar benar akan meninggalkan adik adiknya tampa berpamitan dahulu?. Pikiranya makin berkecamuk. Arisha juga pasti tidak akan mengetahui hal ini jika ia tidak kesana tapi, apalah dayanya yang sudah tidak dapat berbuat apa apa. Sama seperti Kiara, Daffa juga belum dapat memejamkan matanya. Ustad muda itu juga tidak melaksanakan solat tahajud seperti malam malam sebelumnya k
Ketiganya memasuki sebuah mall besar yang berada di kota ini. Ziko berjalan lebih dulu sedangkan Kiara dan Veora jalan bersampingan dengan sesekali tawa yang terciptanya. Keduanya sudah terlihat kompak walau baru saling mengenal. Veora mengajak Kiara ke beberapa tempat yang di sukainya karena Ziko sudah mengizinkanya untuk memesan barang apa pun yang di perlukanya sedangkan Kiara hanya menurut saja. Veora memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagusnya. Kiara hanya melihat barang barang yang di pajang tampa niat sedikit pun untuk mengambilnya. Menurutnya harga di tempat ini tidak realistis terlalu mahal dan mengambil banyak keuntungan. Ia hanya melihat harga harga yang tertera di atasnya. Matanya mengarah pada sebuah pakaianya yang tertulis diskon 75%. Bukanya tertarik pada promo itu justru wanita itu masih membatin. "Diskon 75% tapi harganya masih tiga juta lima ratus terus kalau harga normal gimana?" rutuknya. "Arisha ini bagus tidak?" tanya Veora menghampiri Kiara yang masih be
Veora yang sebelumnya tidak pernah bertatap muka dengan Ziko kini harus seruangan dengan bosnya. Veora duduk berhadapan dengan Ziko dan Kiara yang duduk disebelah lelaki itu. Veora melihat jelas Ziko menatap tulus kearah Kiara. Kiara pun terlihat salting walau tampa bicara. Ada rasa gugup dan masih tidak percaya dalam diri Veora. Selama ini ia hanya dapat melihat Ziko melalui fotonya disosial media dan beberapa figuran yang memperlihatkan wajah lelaki itu dibeberapa ruangan tertentu.Wajah aslinya lebih tampan dari pada yang biasa dilihatnya. Penampilanya cool yang memperlihatkan lelaki ini memiliki sifat keras dan tak acuh. Kulitnya yang sawo matang semakin menunjukan sisi unggulnya yang terlihat lebih manis. Andai ia tidak mendengar kalimat pengakuan Ziko yang sudah memiliki istri mungkin saja ia sudah jatuh hati pada pria tampan ini sejak pertama kali bertemu."Mas!" panggil Kiara memecahkan keheningan diantara mereka. Veora segera tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangany
"Tolong ya Mbak izinkan saya lewat. Saya hanya ingin mencari suami saya!" Pelayan itu kembali tertawa terbahak bahak. "Lucu ya kamu!" ketusnya dengan tatapan sinisnya dan menginjakan hilsnya dibagian kaki Kiara yang hanya mengunakan pancus yang dibalut oleh kaus kaki. Kiara hanya dapat mengigit bibir bawahnya. Ia ingin sekali mendorong wanita ini dan menjedutkan kepalanya dengan tembok agar bagian terkerasnya hancur dan tidak punya otak sekalian pikirnya. Viora yang baru saja selesai melayani pengunjung yang berada tak jauh dari mereka merasa iba pada Kiara karena ia pernah berada diposisi gadis itu saat pertama kali melamar kerja ia juga di perlakukan sama dengan Kiara dan pelaku yang sama. Viora dapat bekerja ditempat ini juga termasuk karena adanya orang dalam yang membantunya. Dengan mengumpulkan segala keberanianya Viora kembali menghampiri Kiara dan menarik pergelangan tangan Kiara menjauh dari atasan culasnya. Dengan mudah atasan culasnya menarik rambut Viora yang tidak meng
Di dalam mobil hanya ada keheningan diantara mereka. Ziko tidak membuka pembicaraan begitu pun Kiara yang tidak memiliki inisiatif untuk mencari topik. Ziko fokus pada setir mobilnya sedangkan Kiara menatap arah luar dari jendela mobil. Begitu banyak bayangan yang melintas di pikiranya. Ziko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang hingga banyak mobil yang lalu lallang melewari mereka."Bagaimana keadaan adik adik ku sekarang. Apakah mereka nurut dengan Arisha?" lamunannya kini mengarah pada asalnya. Tetapi hal itu terjadi hanya dalam hitungan menit tiba tiba saja bayangan serta senyuman ustad Daffa terlintas di benaknya. Sesekali ia juga masih memikirkan ucapan Ziko yang menampakan pria itu masih memandam perasaan yang mendalam pada mantanya. "Sal tolong ambilin minum!" Kiara tidak menoleh sedikit pun. Ziko sedikit melirik kearah Kiara yang sejak tadi hanya terdiam. Ia tidak ingin menganggu wanita itu dan segera mengambil minumnya sendiri dengan mengunakan sebelah tanganya. Meneman
Raut wajah Sera menampakan kebinggungan harus menjawab apa dan hal itu sudah dapat dibaca oleh Ziko. Ziko kembali menatap layar komputernya sembari menunggu jawaban dari sekretarisnya. Selang beberapa menit, ia melihat jam dipergelangan tanganya. "Sera, saya akan menyetujui proposal kamu jika kamu sudah dapat menjawab pertanyaan saya!" ujar Ziko memasang jasnya kembali. "Tapi clien kita meminta proposal harus dikirim nanti paling lambat jam 04.00 sore!" "Jam 04.00 masih lama. Jika kamu karyawan yang jujur kamu dapat menjawab pertanyaan saya dengan mudah dan saya lebih baik kehilangan proyek ini tapi tau kinerja karyawan saya dan saya ingatkan kembali Sera, kamu sudah lama bekerja di perusahaan saya dan kamu taukan konsekuensi apa yang akan saya berikan pada seseorang yang sudah melakukan korupsi!" Sera hanya mengangguk. Ziko menemukan banyaknya kejanggalan di perusahaanya setelah beberapa hari ditinggalkanya. Mulai dari tata letak benda hingga proposal dan laporan yang tidak dapa
Pukul 05.03 Ziko sudah selesai dengan ritual mandinya dan kini ia sudah memakai pakaian kerjanya lengkap dengan jasnya. Di tatapnya Arisha yang masih tertidur pulas. Ia mengerti bahwa gadis itu tengah kelelahan, ia meninggalkan Kiara tampa menganggunya. Ia sengaja untuk tidak mengunci kamar agar Arisha bebas melakukan kegiatan di dalam rumah.Pukul 07.35 Kiara baru terbangun. Ia membuka matanya perlahan, di lihatnya udara yang masih sangat gelap dengan mata samar samarnya, ia kembali menidurkan tubuhnya. Pukul 09.48 Kiara kembali terbangun, ia masih melihat ruangan ini sangat gelap tapi, ia merasa malam terlalu lama, ia terpaksa membuka matanya. Penglihatanya tidak salah. Hari masih begitu gelap. Mengapa dikota waktu malam terasa begitu panjang?" lirihnya. Kiara mulai menormalkan dirinya, menangkap cahaya seadanya yang masuk kedalam matanya. Kakinya mulai digerakanya diarahkanya kejendela kamar. Mata Kiara terbuka sempurna ketika melihat kearah luar yang sudah begitu terang. Ada apa
Dengan penuh amarah dan dendam yang mengingat dalam tubuhnya. Ziko kembali kerumahnya dengan emosi yang membelundak. Ia melempar kunci mobilnya kesembarang arah setelah sampai di kediamanya. Hal pertama yang di hampirinya adalah gudang tempat ia mengurung Kiara. Didapatinya ruangan itu kosong. Ia mulai mencari keberadaan istrinya disetiap sudut ruangan tatapi, nihil ia tidak menemukan keberadaan orang yang dianggapnya bernama Arisha itu.Emosi Ziko semakin membelundak saat ia menemukan sebuah kertas yang memberitaukan jalan keluar dari ruangan gelap ini. Tampa bertanya pun Ziko sudah tau siapa pengirim surat ini. "Bibi!" panggil Ziko dengan nada kerasnya dari tempatnya."Iya Den!" ujar Narsi ketakutan, ia hanya dapat menundukan kepalanya melihat puncak kemarahan majikanya. "Ini apa?" tanya Ziko menatap tajam Narsi dan melemparkan kertas yang ditemukanya kelantai. Narsi diam seribu bahasa ia tidak dapat mengeluarkan kalimat apa pun dari bibirnya. "Jawab Bi!" bentak Ziko lebih keras.
Sungguh pemandangan yang merusak penglihatan Ziko. Tanpa aba aba ia berlari tampa suara dan membalikan tubuh Avandra serta memberikan serangan mendadak pada pria itu tepat di bagian wajahnya. Avandra yang masih kaget hanya terdiam dan menerima perlakuan kasar itu sedangkan Salsa segera menarik tubuh Avandra menjauh dari Ziko. Plakkkkk Penglihatanya yang kurang matang, Ziko malah menghantam bagian punggung Salsa hingga wanita itu terjatuh kelantai dan tidak sadarkan diri. Avandra segera langsung membopong tubuh kekasihnya. Ziko juga tidak tinggal diam, ia mendorong tubuh Avandra menjauh dan langsung melarikan Salsa kemobil. Avandra mengikuti jejak mobil Ziko dari belakang. Ziko tidak sejahat dugaanya, lelaki itu membawa kekasihnya kerumah sakit. Dengan sabar dan rasa panik, Ziko menunggu di kursi yang berada di depan ruangan Salsa di rawat bersama Avandra yang duduk di kursi sedangkan Ziko gelisah tak menentu memikirkan kondisi mantan kekasihnya. "Jika ada sesuatu buruk terjadi pad
Mata Narsi mengarah pada sebuah meja yang tak jauh dari tempatnya. Ia melihat ada buku disana tampa pikir panjang, segera di hampirinya. "Saya tidak bisa menolong mu lebih, berjalanlah terus hingga ke akhir ruangan, disana kamu akan menemukan sebuah lubang dan keluarlah dari sana. Saya mohon jangan memberitau hal ini kepada siapa pun dan robek kertas ini hingga bagian terkecil agar tuan Ziko tidak mengetahui hal yang telah saya lakukan ini!" Selesai menuliskan pesan itu, Narsi kembali ke pintu gudang dan ia menyelipkan kertas itu dari bawah pintu setelah berteriak kecil dan memberikan Kiara isarat setelahnya ia bergegas meninggalkan gudang dan kembali melanjutkan pekerjaanya seolah olah tidak mengetahui apa pun. Kiara membaca secarik kertas yang di berikan Narsi padanya dan mengikuti perintah artnya itu. Benar saja ia menemukan jalan untuk melarikan diri dari ruangan tampa celah ini. Tak lupa ia juga melaksanakan amanah Narsi agar tidak memberitau hal ini kepada siapa pun dengan