Share

Mendadak Diabetes

Ternyata Ibas. Dia sudah berdiri di ambang pintu, dengan rambut sedikit basah. Aroma parfum maskulin, menguar dari tubuhnya. Sepertinya sudah mandi, terlihat dari pakaiannya, juga sudah ganti. Kalau dipikir, ini belum ada satu jam, dan dia sudah kemari lagi. Memang ,rumahku dengan Ibas, berjarak hanya beberapa langkah saja. Jadi tak heran memang, dia secepat kilat sampai sini lagi.

"Sekarang sudah lepas Maghrib, jadi aku bebas kemari," ucapnya dibarengi senyum termanisnya.

"Duh, lama-lama bisa diabetes aku," gumamku.

"Kenapa, Rin?"

"Gak, mau ngapain lagi, kamu?" tanyaku gugup.

"Mau ngajak kamu, sama Ibuk, makan malam di luar."

Tanpa permisi, dia menyelonong masuk. Aku yang berdiri di ambang pintu, dianggapnya tidak ada.

"Gak sopan," sungutku, sambil mengimbangi langkahnya.

"Sejak kapan aku harus sopan sama kamu?" ejeknya, tak mau kalah.

"Dasar, kepala batu!"

"Dasar, cerewet!"

"Ibaaaas..." geramku.

Hendak kucubit perutnya, ,namun dia bisa dengan gesit menghindar.

"Beginilah, kal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status