Cakra sedang ada di markas Natch. Tetapi kali ini ada yang berbeda. Kalau biasanya berangkat sendiri. Kali ini ia berangkat dengan seluruh anggota geng Salamander.
Jadi kali ini markas Natch sedang dipenuhi oleh anggota Natch dan Salamander yang melebur menjadi satu. Alasan Salamander datang ke markas Natch? Bukan karena ada sebuah pertempuran yang harus mereka menangkan. Melainkan memperkuat jalinan persahabatan mereka. Supaya saat ada pertempuran, mereka bisa bekerja sama dengan baik.
Dan terlihat jelas kalau tujuan mereka itu berhasil. Bisa dilihat jelas semua anggota yang ada di markas Natch sekarang sedang bersenang-senang bersama. Tanpa memikirkan asal dan perbedaan devisi mereka.
Dulu, Salamander sangat mengincar anggota Natch. Bahkan setiap ada anggota Natch yang tidak sengaja lewat di depan mereka, mereka akan langsung menghabisi orang tersebut.
Begitu juga dengan Natch. Bedanya Natch lebih terpimpin. Jadi setiap tindakan anggota Natch harus sesu
Azkia sekarang sedang bersama dengan Fanny di sebuah cafe yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah Fanny. Isa sengaja menemui perempuan itu di luar rumahnya, karena ia mau membicarakan hal yang sangat penting.Dan hal yang penting itu tidak boleh ada yang tau selain mereka berdua. Karena hal ini menyangkut Aksa. Adik laki-laki kesayangan mereka."Lo tumben-tumbenan bayarin makanan dan minuman gua. Apa lo mau minta bantuan gua?" tanya Fanny membuka topik pembicaraan."Minta bantuan? Ya bisa dibilang begitu, sih," ucap Azkia diakhiri dengan sebuah senyuman tipis."Mau minta bantuan apa?""Untuk beberapa hari ke depan, Aksa bakalan tidur di rumah gua. Dan gua minta lo buat nutupin hal ini dari semua orang."Fanny yang mendengar hal tersebut langsung marah. Bukan karena Azkia meminta hal yang mustahil. Tetapi karena ia tidak setuju dengan Aksa yang menginap di rumah di rumah Azkia dalam beberapa hari ke depan."Jangan bodoh. Gua nggak b
Kalau biasanya setiap malam Azkia sendirian di rumah. Malam ini berbeda. Karena malam ini Aksa ada di rumahnya.Azkia menatap dengan saksama Aksa yang sedang menggunakan setelan jas berwarna biru muda. Laki-laki itu terlihat sangat berwibawa malam ini. Saking berwibawanya Azkia sampai lupa kalau laki-laki itu adalah seorang laki-laki yang pernah menangis di dalam pelukannya."Udah siap?" tanya Aksa sambil memandang Azkia.Azkia melihat ke arah kaca. Sekarang ia sudah menggunakan gaun berwana putih dan sepatu hak tinggi. Ia memuji dirinya sendiri. Karena malam ini ia terlihat lebih cantik dari malam sebelum-sebelumnya."Udah. Kita berangkat sekarang?" tanya Azkia sambil memalingkan pandangannya ke arah Aksa."Ayuk," ucap Aksa sambil mengulurkan tangannya ke arah Azkia.Azkia sedikit terkejut saat melihat Aksa menjulurkan tangan ke arahnya. Ia tidak menyangka kalau laki-laki itu akan mengajaknya bergandengan tangan."Oh, sorry," ucap Ak
Siang hari ini. Aksa, Putra, dan Cakra sedang ada di sebuah cafe yang letaknya tidak begitu jauh dari markas Natch. Mereka sedang membahas liburan mereka yang akan dilaksanakan minggu depan.Tiket sudah ada untuk enam orang. Penginapan juga sudah mereka sewa. Jadi mereka hanya tinggal mempersiapkan diri untuk berangkat besok lusa."Besok lusa ketemuan di mana, nih?" tanya Cakra sambil menatap Aksa."Di bandara langsung aja. Biar nggak ketinggalan pesawat," jawab Putra dengan santai."Jadinya besok lo bawa siapa?" tanya Aksa sambil menatap Putra."Gua ajak Aqilla," jawab Putra dengan wajah malas."Lah, tumben tuh cewek mau diajak liburan ke luar kota," ucap Aksa heran.Aqilla yang Aksa tau selama ini adalah seorang perempuan yang sangat suka di rumah. Perempuan yang sangat membenci liburan ke luar kota. Karena bagi perempuan itu kamarnya adalah surganya. Jadi untuk liburan ke luar kota itu sama saja meninggalkan surganya demi hal yang
Pesawat yang ditumpangi oleh Aksa, Cakra, Putra, Pitaloka, Lia, dan Aqilla sekarang sudah sampai di bandara Tanjung Bara Airport. Setelah mengambil barang bawaan mereka, mereka menunggu jemputan mereka di depan bandara. Para perempuan duduk di kursi. Sedangkan para laki-laki berdiri di depan mereka sambil meminum sebuah air mineral. Aksa menatap Lia secara saksama. Ia sedikit kaget saat tau kalau perempuan itu adalah pacar Cakra. Ia tidak menyangka kalau ada perempuan yang betah dengan sikap kasar Cakra. "Eh, lo yakin pacaran sama nih orang? Dia kalau emosi bisa jadi macan, lho?" tanya Aksa sambil menatap Lia dan menunjuk Cakra. "Astaga, nih orang suka banget dah ngerusak hubungan orang," ucap Cakra sambil menjitak kepala Aksa. "Gua juga heran, dah. Kenapa orang segila Cakra, bisa dapat cewek secantik ini," ucap Putra sambil menatap wajah Lia secara saksama. "Woi. Jangan bilang yang enggak-enggak!" ucap Cakra dengan nada ti
Aksa, Putra, Cakra, Pitaloka, Aqilla, Lia, Fanny, dan Azkia sekarang sudah ada di depan penginapan mereka. Mereka menatap takjub tampilan Villa yang akan mereka tinggali selama tiga hari itu.Halaman yang luas dan ditumbuhi oleh rumput hijau. Ada sebuah pohon mangga yang sekarang sedang berbuah. Dan pemandangan pantai yang bisa mereka lihat teras Villa.Pemandangan yang sempurna untuk sebuah liburan yang menyenangkan. Itupun kalau liburan mereka kali ini tidak diwarnai oleh sebuah tangisan kesedihan.Aksa menggenggam empat buah kunci. Kunci pertama adalah kunci pintu Villa. Kunci kedua, ketiga, dan keempat adalah kunci kamar yang ada di dalam Villa.Aksa lah yang bertugas untuk membagikan kamar. Karena kalau mereka memilih sendiri-sendiri, maka akan ada satu orang yang merasa diasingkan."Gua, Putra, dan Cakra bakalan satu kamar," ucap Aksa sambil menunjukkan kunci kamarnya.Pandangan Aksa menatap ke arah Aqilla. Ia sedang mencoba memikirkan
Sekarang semua penghuni Villa sedang bersenang-senang di pinggir kolam renang. Ada yang sedang meracik bumbu, ada yang sedang memanggang daging yang tadi mereka beli di supermarket, dan ada yang sedang bersantai-santai di sofa yang telaknya tidak begitu jauh dari kolam renang.Cakra dan Putra sekarang sedang disibukkan dengan memanggang daging. Kali ini mereka memanggang daging dengan serius. Karena kalau sampai daging yang mereka panggang gosong, mereka tidak akan dapat jatah makan.Sedangkan Pitaloka, Fanny sedang meracik bumbu tambahan. Untuk berjaga-jaga misalkan bumbu yang tadi sudah disiapkan kurang.Dan Aqilla, Azkia, dan Lia sedang menyiapkan nasi, piring, dan sendok untuk nanti saat acara makan bersama. Azkia memastikan kalau piring yang ada di meja pas dengan jumlah orang yang nanti akan makan. Aqilla bertugas untuk membersihkan sendok, supaya nanti saat digunakan sendok-sendok tersebut sudah bersih. Sedangkan Lia bertugas untuk memasak nasi. Dan
Hari kedua liburan. Aksa, Cakra, dan Putra sekarang sudah ada di pinggir pantai. Mereka sengaja berangkat ke pantai sangat pagi, supaya mereka bisa menikmati suasana pantai saat sedang sepi.Mereka bertiga berjalan bersama di bibir pantai. Bercerita tentang banyak hal. Dan sesekali mereka berfoto bersama untuk mengabadikan momen kebersamaan mereka ini.Bisa dibilang ini adalah liburan mereka yang pertama kalinya sejak mereka berkenalan. Karena memang dulu-dulu mereka disibukkan dengan para mafia dan geng motor lain yang selalu mencari masalah dengan mereka. Jadi baru kali ini mereka bisa berlibur dengan tenang."Sa, nanti malam kita makan apa?" tanya Cakra sambil melirik sosok laki-laki yang ada di sebelah kanannya."Ikan bakar kayaknya enak," jawab Aksa."Nggak ayam bakar aja?" tanya Putra sambil melirik ke arah kiri. Atau lebih tepatnya ke arah Aksa."Ayam bakar mah udah biasa. Di sini kan suasananya pantai. Jadi ikan bakar lebih cocok," j
Aksa, Cakra, Putra, Azkia, Lia, Aqilla, Pitaloka dan Fanny sekarang sudah sampai di pusat pembelanjaan. Mereka masuk ke dalam, lalu berpencar ke segala arah. Mencari oleh-oleh yang akan mereka bawa pulang.Tentu saja mereka berpasang-pasangan, supaya bisa saling membantu dan saling menjaga.Aksa dengan Pitaloka. Cakra dengan Lia. Putra dengan Aqilla. Fanny dengan Azkia. Begitulah pembagian pasangannya. Dan tentu saja, pembagian itu dilakukan secara adil dan tidak ada paksaan sama sekali.Aksa dan Pitaloka masuk ke dalam area baju perempuan. Cakra dan Lia masuk ke dalam area baju laki-laki. Putra dan Aqilla masuk ke dalam bagian makanan. Fanny dan Azkia masuk ke dalam bagian cinderamata.Aksa tersenyum lebar saat melihat Pitaloka sedang kebingungan mencari baju yang bagus. Pacarnya itu sekarang sedang memegang dua baju. Dan menurutnya kedua baju itu sama-sama bagus. Jadi pantas saja kalau pacarnya itu sedang kebingungan."Mbak," ucap Aksa mema
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang