Share

Bab 30. Menantu yang Tak Dianggap

Audrey sedang berjalan dengan menuntun Dianti, menuju warung penjual makanan matang untuk sarapan. Tampak dari kejauhan, antrian yang cukup banyak, didominasi oleh ibu-ibu termasuk Zofia. Sebenarnya istri Edwin berniat mencari warung lain, tetapi dia dipanggil oleh seorang tetangga.

"Eh, Mbak! Sini! Kamu duluan boleh, buat si kecil," seru seorang ibu-ibu.

"He he. Bukan mau beli bubur, kok." Audrey beralasan.

Ibu yang lain menyahut, "Kasihan anak kecil jam segini jalan pagi tapi perutnya belum terisi. Buruan, gih! Aku ngalah. Lagian, kita udah jarang ngobrol, kan?"

Mau tak mau, Audrey menurut dan mendatangi kerumunan itu. Zofia tampak tak suka dengannya.

"Pagi, Ma." Audrey mencoba menyapa mertuanya, tetapi tak ada jawaban.

Orang-orang merasa heran, lalu mulai menggunjing tentang Zofia dan Audrey.

Penjual makanan bertanya, "Kamu lagi sariawan, Jeng?"

Dengan cepat, Zofia menggeleng. "Aku lapar, makanya kurang fokus."

"Itu, disapa mantumu, nggak dengar?" sahut yang lain.

Istri Juna tak me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status