Home / Romansa / Akibat Cinta Terlarang / Pertemuan singkat

Share

Pertemuan singkat

Author: Wiens K
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Usia bayi Mia sudah tiga bulan, sampai sekarang Gilang belum memberi nama bayi itu. Dia bahkan belum menggendong bayi itu sejak berada di rumah.

Jangankan menggendong melihat saja dia malas, ia sengaja menghindar karena takut khilaf dan berbuat hal gila lalu mencelakai bayi itu.

"Maaf, Mas. Dedek sudah tiga bulan, Mas Gilang belum memberi nama, jadi siapa namanya?" Bibi memberanikan diri menanyakan nama untuk bayi itu.

"Terserah Bibi, mau kasih dia nama apa!" sahut Gilang ketus.

"Lo, kok terserah Bibi, Mas Gilang 'kan ayahnya!"

"Dia bukan anakku!" Gilang membelalakkan mata.

"Astagfirullah, Mas. Jangan begitu, kasihan anaknya." Bibi mengelus dada.

Gilang meninggalkan Bibi, ia enggan membahas bayi itu. Surat kelahiran juga tidak diurus, Bibi diam-diam mengadukan itu pada Mia.

"Biar aku yang urus, Bi. Terima kasih, nanti kukirim ke rumah kalau sudah jadi suratnya." Mia membalas pesan Bibi padanya.

Mia langsung mengurus akta

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Akibat Cinta Terlarang   Peringatan

    Bintang sudah tumbuh menjadi bocah lucu, saat ini dia berusia delapan bulan, sudah bisa berdiri sambil berpegangan, suaranya juga kencang kalau sedang menangis atau tertawa."Bintang, ayo makan, Sayang!" panggil Tini pada anak asuhnya.Pagi itu Gilang sedang sarapan, dia mendengar suara anak itu tertawa bersama pengasuhnya di kamar."Bintang mau apa?" suara Tini terdengar begitu asyik mengobrol dengan Bintang.Selesai sarapan Gilang penasaran ingin melihat apa yang sedang mereka lakukan di kamar, setelah mengetuk pintu pria itu membuka handel pintu, si kecil itu tengah duduk di kursi bayi sambil mengunyah makanan yang disuap oleh Tini."Eh, Bapak. Maaf kalau kami bising," ucap Tini gugup saat majikannya menunjukkan wajahnya yang tanpa senyum."Kamu tadi panggil dia siapa?" tanya Gilang memandang Bintang yang tersenyum padanya tanpa dosa."Bintang," jawab Tini pelan, gadis takut kalau tuannya tidak suka dengan nama itu."Siapa y

  • Akibat Cinta Terlarang   Ulang tahun bintang

    Tak terasa waktu terus bergulir, dua hari lagi putranya genap berusia satu tahun, dan sampai saat ini Mia tak bisa bertemu dengan Bintang. Bibi juga tak lagi memberi kabar atau mengirimkan fotonya lagi, sejak kejadian hari itu Bibi mendapat ancaman dari Gilang dan tidak berani menghubungi Mia.Sebagai seorang ibu, rasanya sungguh berat harus hidup jauh dari putra yang telah ia kandung selama sembilan bulan.Hari ini, Mia mencoba menghubungi Robi sahabatnya, dia ingin meminta tolong agar membantunya merayakan hari ulang tahun sang putra."Rob, bisakah kamu membantuku sekali ini saja?" Sore itu Mia memohon lewat sambungan telepon."Ada apa, Mia?""Dua hari lagi putraku ulang tahun, kamu tahu 'kan selama ini aku tidak bisa menemuinya?""Iya, aku tahu. Jadi, aku harus bagaimana?" Robi merasa iba pada temannya itu."Aku sudah memesan tempat untuk merayakan ulang tahun Bintang, bisakah kamu membawa anakku ke sana. Tenang aku tidak akan munc

  • Akibat Cinta Terlarang   Panti asuhan

    Mia terus terbayang wajah Gilang yang begitu frustasi, dia tak menyadari kalau mobilnya terus melaju hingga ke pinggiran kota, saat itu ia memang tidak ingin pulang ke rumah. Dia terus mengikuti jalan yang entah nanti akan tiba di mana.Hari semakin sore, ia menepikan mobil berhenti untuk melepas lelah, tenggorokannya terasa kering karena dari pagi belum makan dan minum.Beberapa anak pria tengah bermain bola di lapangan, Mia tersenyum membayangkan kelak saat putranya besar pasti seperti mereka, akan kah dia bisa melihat masa-masa Bintang seperti itu.Lamunan Mia buyar saat sebuah bola mengenai kaca mobilnya, dia turun lalu mengambil bola itu, seorang anak berlari mendekat dengan wajah cemas."Maaf Tante, kami tidak sengaja." Anak itu menunduk takut."Tidak apa-apa, ini bolanya. Eh ... ini sudah hampir Magrib kenapa kalian masih main jam segini?" Mia menyerahkan bola itu, anak itu tersenyum senang saat menerima bolanya."Iya Tante, ini kami

  • Akibat Cinta Terlarang   Langkah baru

    Azan Subuh telah berkumandang, bu Fatimah membangunkan para penghuni panti, dia bergegas mengambil wudhu bersiap salat subuh. Mia yang tidak biasa melakukan hal itu merasa sangat berat untuk bangun, hingga sebuah tangan mungil menyentuh lengannya mengajak salat berjamaah."Tante, ayo kita salat nanti terlambat!" seru gadis kecil itu."Mmm ... terima kasih sudah bangunin Tante, siapa namamu?" Mia langsung duduk mengusir rasa kantuknya."Alisya."Mia mengikuti gadis kecil itu ke belakang mencuci muka, kantuknya langsung hilang saat air dingin mengguyur wajahnya, apa lagi setelah mengambil wudhu tubuhnya menggigil kedinginan.Mereka berangkat ke masjid salat berjamaah, terasa sangat berat buat Mia. Namun melihat semangat anak panti membuatnya merasa malu, masa iya dia kalah sama anak kecil.Selesai salat subuh, Mia kembali ke panti sambil berjalan beriringan dengan anak-anak panti. Fatimah tidak ikut karena salat di rumah, selesai salat wanita

  • Akibat Cinta Terlarang   Bertemu Gilang

    Sore itu Mia berencana menjenguk ibunya di kota, dia berpamitan pada Fatimah dan berpesan pada Yusuf agar mengurus panti selama ia pergi. "Tante, nanti bawa jajan, ya!" pinta salah satu anak panti yang mengejar mobil saat ia berangkat. "Iya, yang penting jaga Ibu dan belajar yang rajin, ya." Mia melambaikan tangan sebelum menutup kaca mobilnya. Perjalanan dari panti sampai ke rumah membutuhkan waktu tiga jam, pukul delapan malam mobil Mia telah masuk ke kota. Namun dia tak langsung pulang ke rumah, sengaja belok dulu ke perumahan tempat ia tinggal dulu. Masih seperti dulu sepi, jam segitu mungkin putranya juga sudah tidur. Mobil Gilang tak ada di rumah, ingin rasanya ia masuk ke rumah itu tapi lagi-lagi dia tak mau membuat keributan. Kasihan kalau para pegawai di rumah itu dipecat gara-gara keegoisannya. "Maafkan Mama, Nak. Suatu hari nanti kita akan bertemu," gumam Mia, dia kembali menghidupkan mobilnya dan pergi dari sana. Sebelum pu

  • Akibat Cinta Terlarang   Sehari di panti

    Ternyata jauh juga perjalanan mengikuti Mia hingga ke panti asuhan. Tiga jam dalam perjalanan membuat Gilang kelelahan, saat mobil Mia masuk ke halaman panti, Gilang berhenti tak jauh dari sana. Dia bisa melihat Mia turun dari mobil kemudian berbincang dengan dua orang.Pria yang bernama Yusuf kemudian pergi dari sana, lalu Mia masuk ke dalam bersama seorang wanita yang tak lain adalah Fatimah. Gilang sudah sangat lelah dan mengantuk, tak mungkin ia kembali ke kota malam ini. Dia memutuskan tidur di dalam mobil sambil menunggu datangnya pagi.Pagi yang cerah telah menyapa, hari ini adalah hari libur, anak laki-laki bermain bola di lapangan, suara riuh gelak tawa mereka membangunkan Gilang yang tertidur di dalam mobilnya.Gilang kembali menegakkan kursi lalu meminum air mineral, ia mengelap wajahnya dengan tisu basah. Seorang anak laki-laki mendekati mobil untuk berkaca, Gilang langsung menurunkan kaca mobil membuat anak itu terkejut karena tak menyangka ada oran

  • Akibat Cinta Terlarang   Bertemu bintang

    Suara riuh Bintang berlarian di ruang tengah sedang bermain pesawat saat Gilang pulang ke rumah. Tini langsung menarik tangan anak itu agar tak bertemu dengan Gilang. Namun sebelum Tini membawa Bintang pergi Gilang langsung mencegahnya. "Tini, ambilkan aku minum. Biarkan Bintang bermain di situ!" Gilang menatap bocah yang selama ini amat ia benci. Ragu-ragu Tini meninggalkan Bintang bersama Gilang, dia paham benar kalau pria itu tidak menyukainya. Dengan wajah ceria Bintang memainkan pesawat sambil berlari memutari meja. "Sini pinjam." Gilang menengadahkan tangan. Bintang menghentikan langkah, ragu-ragu dia memberikan pesawatnya, Gilang mengamati mainan pesawat yang terlihat sudah sangat jelek dan rusak. "Om, naik hehawat?" Gilang tersentak mendengar anak itu menanyainya. "Om, siapa yang ajarin kamu manggil aku Om?" Mata Gilang membulat. "Maaf Pak, Bintang biasa panggil om sama satpam jadi manggil ke Bapak juga ikutan om." Tini

  • Akibat Cinta Terlarang   Kabar dari kampung

    Tini tertunduk lesu setelah menerima telepon dari ibunya yang mengatakan ayahnya tengah sakit keras dan dia harus segera pulang. Sudah sering ibunya menyuruh Tini pulang, akan tetapi ia enggan meninggalkan Bintang.Kalau dia pergi nanti Bintang dengan siapa, apalagi sikap Gilang yang seperti itu pada Bintang. Sementara di kampung orang tua Tini tengah menjodohkan Tini dengan seorang pria pilihan mereka, karena Tini tidak mau pulang mereka membuat skenario kalau ayahnya tengah sakit agar Tini mau pulang."Kamu kenapa murung gitu, Tin?" tegur Bibi melihat Tini tengah murung."Anu Bi, Ayahku sakit Ibu menyuruhku pulang," wajah Tini semakin sendu."Kalau begitu mintalah izin sama Bapak, " ucap Bibi."Bintang bagaimana ya, Bi?" Tini ragu."Biar dia sama Bibi," tawar Bibi."Tapi aku nggak tahu berapa lama aku pulang, Bi.""Coba nanti bicara dulu sama Bapak." Bibi mengelus punggung Tini lembut. 

Latest chapter

  • Akibat Cinta Terlarang   Putusan

    Empat puluh hari telah berlalu, Mia mulai menata kembali hidupnya setelah kehilangan sang ibu, sekarang bisa bebas bertemu dengan Bintang membuatnya bertahan menghadapi apapun yang akan datang. "Gilang, hari minggu aku mau ajak Bintang nonton sebelum aku balik ke panti." Mia menghubungi mantan suaminya. "Boleh, mmm... apa kamu siap ketemu sama Ali?" Hati Gilang tiba-tiba bergemuruh mendengar Mia mau kembali ke panti. "Siap-siap saja, toh dia sudah bersama istrinya.""Kalau ada apa-apa kabari aku, ya.""Tenang dia tak akan menggangguku," hibur Mia sebelum mengakhiri percakapan. Di kantornya Gilang tengah merenung sambil memainkan ponsel, ia sedang menunggu kabar dari pengacara yang mengurus perceraiannya. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan, dia merubah posisi duduk saat asisten membuka pintu dan mempersilahkan seorang pria masuk. "Silahkan, sudah ditunggu sama Bapak," ucap wanita cantik itu kemudian mengangguk pada Gilang memberi hormat sebelum pergi. "Ah... Pak Thomas, apa

  • Akibat Cinta Terlarang   Perdamaian

    Sesuai janjinya Gilang membawa Bintang ke rumah Mia, pertemuan itu membuat Mia sangat bahagia, kehadiran putranya mampu menghapus duka dan kecewa.Meski awalnya Bintang canggung, kesabaran Mia membuat anak itu akhirnya mulai akrab dengannya. Setelah acara doa selesai mereka berbincang di ruang tamu, Bintang menyukai pesawat mainan yang dibeli Mia untuknya. "Terima kasih sudah membawa Bintang ke sini," ucap Mia pada Gilang. "Seharusnya aku misahin kalian," desah Gilang penuh sesal. "Kamu membesarkan dia dengan baik, buktinya dia sehat.""Mmm... Aku, aku tidak pernahbersamany, karena dulu aku benci dengannya.""Aku mengerti, ucapkan terima kasihku pada istrimu yang sudah merawat anakku dengan baik."Ucapan Mia membuat Gilang membelalakkan mata, dia tidak nyaman dengan sebutan istri untuk Tini. "Om... Pulang, yuk!" rengek Bintang. Kedua orang dewasa yang pernah menjadi pasangan suami istri itu saling tatap, kemudian keduanya sama-sama tersenyum. "Bintang sudah ngantuk, ya?" Mia me

  • Akibat Cinta Terlarang   Menghibur diri

    Adzan subuh membuat Mia terbangun, ia baru sadar ada orang yang tidur di sampingnya, pelan-pelan ia turun dari ranjang agar tak membangunkan Gilang yang tertidur pulas. Setelah mandi Mia melakukan salat subuh, lalu ke dapur membuat teh, sambil menunggu tehnya dingin ia mengecek ponsel dan menghapus nomor Ali dari penyimpanan nomor kontak. Dia tak mau mengulang kesalahan yang sama lagi, saat ini dia hanya ingin sendiri menjalani hidup ini dengan damai, menenggelamkan waktu dengan mengurus panti. Sambil menyeruput teh hangat pikiran Mia berkelana, sepertinya Tuhan belum mengijinkan ia untuk bahagia, setelah kehilangan ibu kini ia menelan pil pahit saat tahu kenyataan saat pria yang ia anggap bisa membuka hati ternyata mempunyai istri. "Kamu baik-baik saja kan?" suara Gilang mengagetkan Mia. "Yah... Aku gak apa-apa, kamu nggak pulang?" Gilang ikut duduk, Mia langsung mengambil gelas dan membuatkan teh untuk Gilang. "Tadi malam aku mau pulang tapi kunci mobil nggak tahu nyelip di m

  • Akibat Cinta Terlarang   Akhir dari sandiwara

    Ali memacu mobilnya seperti orang kesetanan, dia tak peduli kalaupun mobil mereka nanti menabrak sesuatu, harga dirinya telah diinjak-injak dan rasa cemburu membakar dadanya melihat Gilang memeluk Mia dan mengakui sebagai istrinya.Puspita yang duduk di samping bergidik ngeri menahan napas sambil berpegangan erat pada kursi, dia benar-benar takut mati, perjalanan itu seperti perjalanan terakhir baginya. Ali tak bicara sepatah katapun dia hanya fokus pada jalanan dan emosi yang mendidih di kepala.Sementara itu Mia berbaring dengan tubuh meringkuk membelakangi Gilang yang masih duduk menemani, pria itu berencana pergi kalau Mia sudah tertidur.Jam dua belas malam Gilang memeriksa ponsel dan mendapatkan sebuah pesan dari Robi yang ternyata sudah pulang duluan, dalam hati ia mengumpat kesal karena ditinggal pulang.Mia sudah tertidur dengan tenang, pelan-pelan Gilang berdiri lalu mematikan lampu kamar sebelum pergi, dia terkejut saat membuka pintu semua sudah gelap. "Hah... gelap semua

  • Akibat Cinta Terlarang   Tamu tak diundang

    Acara berlangsung kidmat, Mia juga sudah bisa mengendalikan diri kedatangan Fatimah menjadi penyejuk sekaligus penenang buatnya.Usai acara tamu satu persatu pulang, tinggal Robi, Gilang, Ali, Yusuf, Fatimah dan Ani. Mereka pun bahu membahu menyusun kursi dan meletakkan di teras, agar mobil bisa parkir di dalam, tenda dan kursi memang dipinjamkan sampai acara tahlil selesai setiap ada warga yang membutuhkan.Ke empat pria itu kembali berbincang di teras, sementara Mia, Fatimah dan Ani berada di ruang tamu."Mbak Ani baiknya istirahat, kamu sudah capek seharian bantuin, pakailah kamar belakang buat tidur," ucapa Mia."Baik Mbak, kalau begitu saya istirahat dulu. Oh... ya besok Mbak Mia mau dimasakin apa? Saya mau ke pasar sekalian ambil baju di warung.""Ah... apa aja, tolong ambilkan tas di kamar saya," pinta Mia."Pakai ini aja." Tiba-tiba Ali berada di pintu mengeluarkan dompet lalu mengambil lima lembar uang berwarna merah."

  • Akibat Cinta Terlarang   Firasat Fatimah

    Sebelum memulai percakapan dengan Gilang, Mia menghela napas, mencoba mencairkan suasana canggung di antara mereka."Terima kasih atas kedatanganmu, andai Ibu melihat dia pasti sangat senang.""Ibu orang baik, aku tidak bermasalah dengannya, ini sebagai wujud penghormatan terakhirku pada beliau.""Aku ikut senang mendengar kamu sudah menikah, semoga kamu berbahagia." Mia tersenyum."Itu... hanya sebuah kebetulan, tidak ada yang tahu soal itu, bahkan Robi juga tidak tahu." Gilang menghela napas kemudian berjalan ke jendela memandang keluar."Kenapa bisa begitu?" Mia memandang punggung Gilang yang sengaja membelakanginya."Apa dia tidak cerita, pria yang bersamamu waktu itu?""Dia hanya cerita kalau kamu menikahi calon istri yang dijodohkan oleh orang tuanya, hanya itu.""Memang begitu, pengasuh Bintang tiba-tiba pulang, kamu ingat waktu aku menuduhmu membawa Bintang, saat itu Bintang pergi dari rumah mencari pengasuhnya jadi aku

  • Akibat Cinta Terlarang   Canggung

    Gilang dan Robi ikut mengiringi mengantar jenazah almarhum Ratih ke pemakaman, mereka mengikuti semua prosesnya karena tak tega melihat Mia yang sangat terguncang. Sepanjang prosesi hanya menangis, bagai robot tak bernyawa tidak tahu harus bagaimana. Usai menabur bunga di pusara sang bunda, Mia kembali meraung memeluk batu nisan, Gilang berjalan mendekati Mia, tetapi langkahnya terhenti saat seorang pria telah lebih dulu merengkuh tubuh Mia dan memeluknya. Pria itu sedari tadi ada di rumah Mia, Gilang tidak kenal dengannya. Melihat pemandangan itu timbul tanya di dalam dada, tapi di saat seperti ini tak mungkin ia mencari tahu siapa dia. Robi menepuk pundak Gilang, dengan isyarat ia bertanya tentang pria itu, Gilang menggelengkan kepala karena tidak tahu siapa pria tampan berbadan tegap yang bersama Mia. "Kamu nggak kenal?" bisik Robi agar tak didengar orang lain. "Lah... elu yang ngobrol sama dia dari tadi, gimana sih?" sahut Gilang sewot, ad

  • Akibat Cinta Terlarang   Kehilangan

    Ratih terjaga karena perutnya sangat sakit, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, melihat putrinya tidur di pangkuan Ali yang juga sama-sama terlelap.Wanita itu tersenyum sambil menahan sakit yang luar biasa, dia tak ingin putrinya tahu kalau dia sedang kesakitan."Tuhan, jika sudah waktuku aku sudah siap, putriku sudah menemukan pria pelindungnya aku titipkan dia padamu," bisik Ratih pelan.Dengan sangat pelan dia mengambil obat yang ada di samping tempat tidur lalu meminumnya, sebisa mungkin dia tak mengeluarkan suara agar putrinya dan Ali tidak terbangun. Untuk beberapa saat sakitnya mulai berkurang, Ratih kembali berbaring sambil menatap putrinya.Hawa dingin datang menusuk tulang suasana kamar menjadi sedingin kulkas, sosok putih lamat-lamat berjalan mendekat seorang pria datang dan duduk di tepi ranjang menatap Ratih sambil tersenyum ramah."A-ayah ...." suara Ratih tercekat melihat sosok pria yang ternyata suaminya.P

  • Akibat Cinta Terlarang   Cinta dan luka

    Mia melangkah masuk ke rumah sakit beriringan dengan Ali, mereka saling berpegangan tangan sambil berbincang hangat menuju ruang perawatan.Saat masuk ke dalam kamar, nampak sang ibu sedang disuap oleh wanita yang menaninya, melihat putrinya masuk bersama Ali, Ratih tersenyum bahagia."Ibu sudah bangun?" sapa Mia dia pun melepaskan tangan Ali berjalan mendekati sang ibu."Kamu sudah datang, harusnya tadi istirahat aja di rumah, ada Ani yang temani Ibu di sini, kalian pasti capek.""Ah... Nggak kok Bu, justru kasihan kalau Ani jagain Ibu di sini. Namamu Ani, maaf kita belum kenalan, ayo kita makan aku tadi beli rice bowl." Mia mengajak wanita muda yang membantu ibunya makan bersamanya."Tadi ada pesan dari perawat, Mbak Mia disuruh nemuin dokter di ruangannya," ucap Ani menyampaikan pesan yang ia terima."Oh... Baik, kalau begitu kita makan dulu, ayo Mas keluarin makanannya."Ali membuka kantong berisi mak

DMCA.com Protection Status