Share

Bab 55

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-08 14:03:10

Akhirnya Kumenemukanmu

Usai sarapan, aku menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue. Uang yang diberikan Mas Risky untukku sebagian kusimpan dan sebagian lagi kugunakan untuk modal usaha. Sayangnya, aku tak mendapati mixer di rumah ini. Sepertinya aku harus meminjamnya pada istri Pak Ustadz.

"Kemana, Dek?" tanya Mas Risky saat melihatku melewatinya tanpa menyapanya. Ia yang sejak tadi menekuri layar ponsel miliknya mendongak sejenak untuk bertanya padaku.

"Pinjam mixer ke rumah Pak Ustadz, semua alat dan bahan sudah lengkap cuma mixer yang ngga ada." Sejenak aku menghentikan langkah. Kemudian kembali melangkah setelah kepala lelaki di depanku itu mengangguk memberi izin.

Aku berjalan dengan santainya ke rumah Pak Ustadz yang belum kutahu siapa namanya itu. Rumah yang tidak lebih bagus dari rumah yang kutempati itu. Cat di temboknya sudah banyak yang mengelupas dan dari luar kulihat kursi di dalam ruang tamu itu terlihat sudah usang.

"Cari siapa, Mbak?" tanya seorang paruh baya yang kel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 56

    Akhirnya Kumenemukanmu"Caca, Caca ke kamar dulu ya? Mama ngobrol dulu dengan ayah, penting," ujarku pada Caca. Karena sepertinya obrolan ini akan panas dan tak pantas jika di dengarkan oleh anak kecil se usia Caca."Iya, Ma.""Pinter ya, Sayang. Habis ini Mama temani Caca mewarnai ya?" ucapku mengiringi kepergiannya.Caca pun beranjak dari tempatnya berdiri menuju kamar tidurnya."Kalau pertengkaran itu bisa membuat semua masalah menemukan jalan keluarnya, ya mengapa tidak? Biar saja bertengkar, toh dalam keluarga lumrah jika ada pertengkaran. Asal sesuai porsinya aja sih.""Tapi kan Mama sudah sepuh, Mas. Ngga baik Takutnya malah jadi beban pikirannya dan bisa juga membuat kondisi Mama jadi drop.""Insya Allah enggak, Dek. Ini satu-satunya cara buat kita bisa bersatu." Mas Risky meraih pinggangku untuk dipeluknya."Kemarin juga sudah bersatu, kan? Kita sudah serumah," ujarku menggoda."Bersatu gimana? Satu rumah iya," ujarnya sambil terkekeh."Yang penting kan ketemu tiap hari?" go

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 57

    Akhirnya Kumenemukanmu 31.1Suasana Surabaya yang terik bertambah panas tatkala badan tambun ibu mertua berdiri di ambang pintu rumah besar yang menjadi tempat tinggalnya. Ia berdiri sambil menatap kami dengan tatapan tajam.Aku yang baru saja membantu Caca menurunkan badannya, seketika diam mematung dengan raut wajah takut. Apalagi Caca, ia merapatkan tangannya merangkul badanku untuk menutupi badan Bu Maria dari matanya yang mungil."Aku cuma mau ngambil Kiaa," jawab Mas Risky tegas. Tak ada raut takut yang tersirat dari wajahnya. Lelakiku itu berjalan menuju tempatku dan Caca berdiri mematung.Tangannya meraih tanganku untuk digenggamnya. Tanpa takut akan ekspresi wajah Bu Maria yang sudah pasang wajah merah padam. Seakan ia hendak menunjukkan pada Bu Maria bahwa kami telah sah."Berani kamu ambil Kiaa, langkahi dulu mayatku!" hardik Mama. Ia melipat kedua tangannya di pinggang. Tatapan matanya nyalang tertancap pada wajah Mas Risky yang juga memandang wajah wanita yang telah melah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 58

    Akhirnya KumenemukanmuMobil Mas Risky berhenti di halaman sebuah rumah makan sederhana. Parkiran yang penuh dengan mobil berjajar menunjukkan bahwa rumah makan ini pasti recomended. Mataku mengitari pemandangan sekitar. Tempat yang terasa asri dengan beberapa pohon di atasnya membuat mata bisa melihat daun-daun yang tumbuh menjulang tinggi di atas dan bunga-bunga disisi jalan setapak menuju pintu masuk."Ini kan belum jamnya makan, Mas? Mengapa ke rumah makan?" tanyaku saat Mas Risky mematikan mesin mobil."Hei, ini kan restoran milik Mama, kamu lupa ya?" tanya Mas Risky."Mas kan ngga pernah ajak aku ke rumah makan milik keluarga Mas! Ya, mana tahu kalau ini punya, Mas," jawabku membela diri. Bibirku mengerucut kesal karena ia seakan menyalahkan aku."Hehehe, maaf, ya? Kan kita baru sah, coba aja sejak dulu kita menikah, pasti kamu sudah duduk manis di kursi kebesaran di ruangan Mas dulu," jawabnya santai sambil memandang wajahku penuh rasa.Inilah yang kusuka darinya, selalu kata m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 59

    Akhirnya KumenemukanmuDalam perjalanan pulang, Mas Risky hanya diam saja. Wajahnya tampak lesu dan tak bersemangat. Kejadian di resto tadi cukup membuat hantinya terluka."Sabar ya, Mas?" ucapku membuka obrolan. Aku menatapnya dengan dalam hingga ia membalas tatapanku. Seulas senyum kuberikan untuknya, agar ia tidak merasa sendirian. Aku selalu ada di sisinya, bersamanya dalam suka dan duka.Tak ada jawaban dari bibirnya. Suamiku itu hanya mengangguk dan membalasku dengan senyum tipis. Ia kembali fokus pada kondisi jalanan yang sedang padat karena jam pulang kerja.Caca sudah tidur di kursi belakang. Ia kelelahan dan kekenyangan. Mas Dimas menjamu kami dengan baik sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi."Mama itu orang yang keras tapi sebenarnya baik. Hanya saja ini pertama kali Mas berontak dari apapun yang diucapkannya.Maafkan Mama ya? Segala ucapan dan sumpah serapahnya jangan dimasukkan ke dalam hati." Mas Risky berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari fokusnya ke jalan raya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 60

    Akhirnya KumenemukanmuDengan kasar Bu Maria meraih Kiaa dari gendongan ayahnya. Ia bahkan tak memperdulikan tangis Kiaa yang seakan paham dengan kondisi ini. Mas Risky tak bisa berbuat apapun. Ia hanya pasrah akan sikap mamanya yang tak rela jika Kiaa digendong ayahnya."Maa! Abang itu ayahnya Kiaa, jangan gitu dong, Ma!" Mas Dimas mencoba berbicara."Dulu iya, dia ayahnya! Tapi sekarang bukan lagi, sejak dia memilih perempuan ini!" Jari telunjuk Bu Maria mengarah ke arahku. Seketika aku terdiam dan menunduk. Gemetar dalam tanganku tak bisa kusembunyikan, terlebih debar dalam dadaku. Berulang kali aku mengembuskan napas dalam agar debar ini tak mengusikku, tapi tetap saja. Wajah dan suara Bu Maria cukup membuat nyaliku menciut."Kalau mau hidup sama perempuan murahan itu silahkan saja! Tapi jangan bawa apapun yang pernah kuberi, terlebih Kiaa! Mau jadi apa cucuku kalau di rawat oleh wanita seperti dia!""Ma, Mama kan tahu bagaimana Mbak Sania merawat Kiaa. Dia jelas bisa menjadi ib

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 61

    Akhirnya Ku Menemukanmu"Capek ya?" tanya Mas Risky saat kesadaranku telah kembali sempurna.Bibirku tersungging sambil memandang wajah di depanku yang tampak panik karena aku ketiduran. Wajah tampan di depanku ini, membuat rasa letih lenyap seketika. Terlebih saat melihat rasa khawatir terlihat jelas dari tatapan matanya yang penuh rasa cemas."Tidur aja sebentar," ucapnya sambil terus mencari sesuatu di bola mataku."Kok tidur sih? Yang bantu Mas jualan siapa?" jawabku sambil bangkit dari tempat duduk. Aku meraih lengannya untuk menopang tubuhku merubah posisi "Capek, ya tidur," jawabnya lembut. "Aku mau bersih-bersih badan sebentar, lalu bantu jualan di depan. Udah seger lagi habis duduk di situ." Sebuah kerlingan nakal kuhadirkan untuknya agar tak lagi cemas dengan kondisiku. Perjuangan telah dimulai. Ini adalah kali pertama aku bekerja sedemikian keras selama hidup. Ditambah dengan sikap ibu Mas Risky yang masih mengganjal di dalam dada.Namun, aku berhasil menepis rasa-rasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 62

    "Siapa, Dek? Itu kayak mobil mama," ucap Mas Risky. Pandangannya tak lepas dari kendaraan roda empat yang perlahan berhenti di depan rumah kami."Mama? Bagaimana ini, Mas?" tanyaku panik. Kejadian kemarin masih membekas di ingatan, belum bisa kulupakan. Bagaimana jika beliau datang lagi untuk memporak-porandakan rumah ini. Aku mundur dari tempatku semula. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitku yang tak lagi halus. Tanganku meremas ujung kaos lengan panjang yang kukenakan untuk menahan debar jantung yang makin tak bisa kukontrol. "Ngga apa-apa. Kamu jangan takut, kita hadapi sama-sama."Mas Risky mendekatiku. Lengan kekarnya merangkul bahuku yang tak lagi tenang. Jika bisa, ingin rasanya aku lari dari tempat ini sekarang juga.Sayangnya, setakut apapun, kenyataan tetap harus dihadapi. Usapan lembut jemarinya di bahuku sedikit bisa membuatku merasa terlindungi. Tubuh tegap ini, lengan kekar ini yang kini akan setia mendampingiku menghadapi badai apapun dalam kehidupan ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Bab 63

    Akhirnya Ku MenemukanmuAku menatap kepergian dua orang dewasa itu dengan gejolak rasa bersalah yang memenuhi rongga dada. Mataku memanas, perlahan kabut mulai berlomba-lomba memenuhi ruang di kelopak mataku.Helaan napas panjang dari bibirku membuat Mas Risky menoleh ke arahku seketika. "Kenapa, Dek?" tanya Mas Risky. Ia yang semula berdiri di sebelahku, kini menggamit lenganku untuk membawaku duduk di ruang tamu."Kenapa sih? Mikir apa? Baru ketemu Kiaa kok mukanya langsung sedih gitu?" Mas Risky mengulangi pertanyaannya. Kembali kuhela napas panjang untuk mengurai sesak yang merasuki dada setelah mendengar ucapan Bi Siti tadi. Jika yang mengucapkan adalah Mas Risky, mungkin dengan mudah aku bisa memakluminya karena kita sama-sama sebagai pelaku.Namun, yang berujar itu adalah Bi Siti yang notabene adalah orang lain, membuatku merasa tak enak hati dan seketika merasa bersalah.Aku mendongak menghalau air yang mulai berjejalan untuk jatuh. Dengan sigap aku mengusapnya dengan ujung

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16

Bab terbaru

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Doa Orang Teraniaya

    Aku dan Mas Risky sama-sama kebingungan mencari Mama. Kemana perginya beliau yang sama sekali tak paham daerah sini. Rumah Bude Nikmah pun terlihat sepi. "Kemana lagi nyarinya, Mas? Semua ngga ada yang tahu." Aku berujar setelah bertanya pada beberapa tetangga yang kebetulan berada di luar.Mas Risky berusaha terlihat tenang. Ia tak mau gegabah. Terlebih Mama sudah dewasa dan masih normal atau belum pikun. Minimal Mama masih bisa kembali dengan selamat. Hanya saja kami panik karena beliau tak izin lebih dulu."Mama ngga akan hilang. Cuma pergi aja mungkin dan ngga pamit." Mas Risky mencoba menenangkanku."Iya. Tapi Mama kan ngga kenal siapa-siapa di sini. Gimana ngga panik coba?""Kita tunggu ya? Kamu tenang aja." Mas Risky menggandengku berjalan kembali menuju arah rumah. Ia tak mau terlihat kebingungan di jalanan. Sebaiknya kami menunggu saja di rumah.Aku duduk di kursi teras dengan cemas. Baru kali ini Mama keluar tanpa pamit. Bahkan Mas Dimas pun tak tahu kemana mamanya pergi.

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Mana Mana?

    Akhirnya Ku Menemukanmu"Kita balik?" tawar Mas Dimas malam ini. Bakda tarawih kami semua duduk bersantai di ruang tamu. Mengeratkan diri satu sama lainnya dengan obrolan yang ringan dan seru.Bu Maria terdiam. Ia memandangku dan Mas Risky bergantian."Kayaknya enak di sini. Sampai lebaran juga boleh. Gimana?" balas Bu Maria."Apa boleh kami menginap di sini sampai lebaran?" tanya Bu Maria. Kini wajah itu menghadap ke wajahku, seakan ia sedang meminta persetujuanku."Boleh dong, Ma. Silahkan saja. Sania malah senang bisa lebaran di kampung ini lagi.""Gimana, Mas?" tanyaku pada Mas Risky. Bagaimana pun aku harus meminta persetujuannya sebelum mengambil keputusan."Kalau Mama minta begitu ya sudah. Kita di sini dulu. Tapi aku minta Bi Siti buat antar Kiaa dulu ke sini. Biar rame.""Biar kujemput, Bang.""Apa Caca boleh ikutan?" sela Caca tak mau ketinggalan."Boleh. Ajak Mbak Mira juga boleh," sambut Mas Dimas malu-malu."Mbak Mira ikutan ya? Biar seru. Nanti bantu aku gendong adik Kia

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Ganti Rugi

    Akhirnya Ku Menemukanmu "Halo Sayang," ujar Bu Maria ramah.Akan tetapi yang diberi ucapan malah bersembunyi dibalik badan langsing milik Mira. Ia memegang ujung baju Mira dengan eratnya. Seperti sedang merasa terintimidasi.Dadaku mencelos melihat sikap Caca. Begitu takutnya ia melihat wanita yang pernah marah-marah di hadapannya waktu itu. Tapi aku pun tidak bisa menyalahkan. Itu adalah sebuah respon natural dari apa yang pernah ia lihat dan saksikan. Terlebih sebuah kejadian itu tidak pernah ia alami sebelumnya.Aku berinisiatif untuk mendekati tubuh putriku. Bukan tidak mau, hanya saja butuh waktu dan pengertian. Aku memaklumi itu."Sayang, Nenek sudah minta maaf sama Mama. Nenek sudah baik sama Mama dan Papa. Caca jangan takut lagi ya? Nenek sayang kok sama Caca," ujarku sambil menoleh ke arah Bu Maria.Caca masih saja bersembunyi di balik badan Mira. Ia masih dengan posisi yang sama. Menggenggam erat baju Mira dengan kedua tangannya.Badan tambun yang wajahnya sudah terlihat se

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Runtuhnya Ego

    Akhirnya Ku Menemukanmu "Maafkan aku, aku telah membuatmu menderita. Aku telah berbuat dosa padamu," lirih Bu Maria sambil terisak.Wanita yang kini mulai membuka hati untukku itu merengkuhku dalam dekapannya. Erat sekali. Dada yang naik turun tak beraturan itu membuatku turut merasakan sesak yang teramat sangat. Betapa dalam dirinya juga sebenarnya merasakan hal yang serupa denganku. Hanya saja terbalut gengsi dan malu untuk mengakui segala kesalahan yang telah diperbuat."Tidak, Ibu tidak berbuat dosa." Aku mengusap punggung lebar itu dengan lembut dan seirama. Sebisa mungkin aku tidak terlalu menyudutkan posisinya.Semakin tua seseorang, hati dan perasaannya makin sensitif. Sedikit saja ucapan atau perilaku yang tidak sesuai dengan keinginannya, pasti akan membuatnya mudah emosi atau marah-marah. Hal ini juga terjadi dengan Bu Maria, mertuaku. Sikap Bu Maria itu sudah fitrahnya sebagai orang tua yang sudah lanjut. Bahkan hal ini sudah dibahas dalam Al Qur'an. Ini yang membuatku b

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Pasrah

    "Ibu apanya Kiaa?" tanya Mbak Sari, yang sejak tadi diam menyaksikanku memeluk dan sesekali mencium gemas pipi Kiaa yang berada dalam dekapanku.Aku terdiam, lalu mendudukkan Kiaa di pangkuanku setelah memberinya sebuah mainan agar ia tak lagi merengek."Saya ibu sambungnya Kiaa." Aku menjawab sekenanya. Hendak menceritakan semua pun rasanya tak etis."Ibu sambung?" kagetnya. Kedua matanya melebar sambil menatapku tak percaya.Aku tersenyum melihat reaksinya. Wajar dia kaget melihat kedekatanku yang tidak biasanya. Terlebih saat ia bertemu denganku tadi, Bu Maria dalam keadaan marah-marah.Saat aku hendak mengalihkan pembicaraan, kulihat Bi Siti lewat di depan kamar Kiaa sambil membawa nampan berisi makanan."Mbak, nitip sebentar ya," ucapku sambil berdiri. Tanpa menunggu jawaban Mbak Sari, aku mengejar tubuh Bi Siti yang sedang berjalan menuju kamar Bu Maria. Ini adalah saat yang tepat untuk kembali merayu wanita paruh baya itu."Bi, makanannya buat Mama?" tanyaku setelah Bi Siti be

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Curahan Kasih

    Akhirnya Ku MenemukanmuAku berjingkat mendengarkan suara yang tiba-tiba memekakkan telinga. Tangan yang semula sudah terulur untuk menggendong bayi mungil di hadapanku kembali kutarik. Wajahku yang semula sudah bahagia karena bisa melepas rindu dengan Kiaa, sekarang terdiam, bahkan cenderung tegang.Mas Risky berjalan beberapa langkah mendekati badanku berdiri di dekat pengasuh Kiaa. Aku menyambutnya dengan meraih pergelangan tangannya untuk kugenggam erat karena rasa takut yang kembali mendera."Jangan lagi sentuh cucuku," hardik Bu Maria keras. Dua bola mata itu membulat sempurna. Bahkan wajah yang pucat tak membuat dia menurunkan nada bicaranya.Jari telunjuk yang dihiasi dengan cincin emas itu mengarah sempurna searah dengan dua mataku. Aku tertegun, sebegitu besar bencinya terhadapku. Sungguh, perbuatan Mas Risky kemarin menyisakan dendam dalam sinar mata Bu Maria yang penuh luka."Kami datang untuk menjenguk Mama." Mas Risky mulai bersuara. "Mbak Sari, bawa Kiaa masuk kamar.

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Muara Rindu

    Melihat wajah Mas Risky yang cemberut, aku malah tertawa. Lucu saja melihat wajah tampannya dibuat jelek dengan bibir yang maju beberapa senti. Namun saat aku tergelak, tanpa aba-aba Mas Risky berdiri dan mengangkat tubuhku hingga aku memekik kaget."Mas," pekikku. Dengan cepat tanganku mengalung ke lehernya. Mataku membulat sempurna menatap wajahnya yang tepat berada di depanku. Tapi tak urung, aku menyandarkan kepalaku ke bahunya."Salah sendiri. Dibilang Mas lagi rindu malah cekikikan," kesalnya. Tapi tak urung wajah itu akhirnya tersenyum juga.Mas Risky meletakkan bobot tubuhku ke atas ranjang sederhana yang menjadi tempat bersatunya kami setelah akad beberapa waktu lalu. Ranjang yang menjadi saksi bahwa lelaki yang kerap kusebut dalam doaku benar-benar menyentuhku dengan segenap cinta dan kasih yang dia miliki."Habis Mas lucu sih." Aku masih saja tak bisa menahan bibirku untuk tidak tertawa."Kok lucu?" sela Mas Risky. Ia mengunci tubuhku di bawah tubuh gagahnya. Kedua tangann

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Geli, Mas!

    Akhirnya Ku Menemukanmu 57"Mama sakit, Sayang." Mas Risky berujar setelah meletakkan ponselnya. Ia menatapku dalam tak berkedip."Kita ke sana?" tawarku pelan."Tidak."Aku terkejut. Mataku membulat menatap wajah suamiku yang duduk di sebelahku. Begitu tegasnya ia menolak."Mas, Ibumu sedang sakit, bagaimana mungkin Mas tidak mau datang ke sana?" tanyaku tak percaya."Tidak akan datang sebelum Mama mau menerimamu sebagai menantunya." Mas Risky berujar tanpa menatapku.Aku tertegun mendengar ucapan Mas Risky. Sebegitu kerasnya ia berusaha untuk memaksa Bu Maria untuk menerima kehadiranku."Mas sudah lelah menuruti apa kemauan Mama. Sudahlah, biarkan ini jadi pelajaran buat dia. Biar Mama juga sadar kalau anaknya juga punya kemauan, ngga harus selalu menuruti kemauan Mama saja."Mas Risky kembali meraih sendok yang sebelum menerima telepon ia letakkan. Ia mulai melahap masakanku yang menurutku setelah mendengar kabar ini semua makanan di depanku ini jadi hambar. Padahal sebelumnya aku

  • Akhirnya Ku Menemukanmu    Kenapa Mama?

    "Kamu ngga apa-apa, Dek?" tanya Mas Risky setelah ia terbangun. Gurat kekhawatiran terlihat jelas dari pandangan matanya yang tak lepas menatapku. Telapak tangannya berulang kali memegang dahiku.Hatiku berbunga mendapati perhatian dari lelaki yang telah lama berpisah denganku."Aku ngga apa-apa, Mas. Jangan khawatir." Aku menenangkan. Kuubah posisi tidurku menjadi duduk bersandar di sandaran ranjang."Jangan puasa ya?" pintanya sedikit memaksa."Enggak, Mas. Aku puasa aja. Sayang lebaran kurang beberapa hari lagi. Aku juga sudah bolong banyak." Aku mengelak. "Kamu lagi sakit, Dek.""Enggak. Langsung sembuh pas ketemu Mas di sini," elakku. "Nih lihat sudah sembuh," sambungku sambil kupegang dahiku sendiri.Mas Risky terdiam menatapku sambil mengerjap. Perlahan seulas senyuman terkembang dari bibirnya yang kemerahan. Dimataku ketampanannya meningkat drastis karena lama tak berjumpa. Lebay ya? Biar saja. Aku cinta.Tangan Mas Risky yang kokoh itu meraih jemariku dengan lembut, lalu ia

DMCA.com Protection Status