.
.
.
Setelah beberapa saat mengendarai mobilnya, Shen Yiyi akhirnya tiba di kediaman Shen. Dengan penuh kekhawatiran, ia langsung bergegas menuju ke dalam rumah yang saat ini sedikit sepi itu.
"Kakek? Ayah? Kalian di mana?!" Shen Yiyi nampak berlari dengan cepat melewati beberapa pelayan yang sedang menyiapkan makan malam di sana. Tanpa memperdulikan apapun, ia terus memeriksa ruang-ruang yang bisa digapainya.
"Nona Shen, apakah anda mencari tuan?" Melihat kepanikan Shen Yiyi, seorang pelayan berambut putih segera menghampiri wanita itu dan bertanya untuk memastikannya.
"Bibi, katakan, di mana kakek dan ayah?" Shen Yiyi terlihat begitu panik dan beberapa kali menggoyangkan bahu pelayan tua yang tiba-tiba menghentikan langkahnya itu.
"Nona Shen, tenanglah. Ayah anda masih ada rapat di ruang kerja."
Mendengar bahwa ayahnya baik-baik saja, Shen Yiyi pun sedikit merasa lega. Kemungkinan besar firasatnya itu tidak berhubungan denga
..."Apa anda punya pesan terakhir Tuan Mu?" Pembunuh bayaran yang menyamar sebagai pelayan itu menodongkan pistol ke arah Mu Shenan.“Pesan terakhir…” Mu Shenan bergumam dan memikirkan sesuatu. “Aku belum punya.” Sahutnya sembari melirik pembunuh bayaran itu dengan malas.“Hahaha… Maafkan aku Tuan Mu. Sepertinya aku harus membunuhmu sekarang.” Pembunuh bayaran itu tertawa sejenak. Pria bernama Mu Shenan itu sangat polos! Batinnya dalam hati sebelum akhirnya ia mendengar pria tampan itu mengatakan sesuatu yang mengejutkannya.“Mirror. Bereskan.” Seru Mu Shenan kepada para snipers dan bodyguard bayangannya yang sudah bersiap dari titik-titik tak terlihat.Sungguh, Mu Shenan tidak ingin hal sepele semacam itu mengganggu istirahat sorenya. Sambil mengangkat jarinya, Mu Shenan yang telah memberikan tanda eksekusi itupun tiba-tiba saja dikejutkan oleh dering suara ponsel yang
...Mu Shenan memang adalah sosok yang sangat tangguh. Lihat saja, meskipun barusaja ia mendapat sebuah ancaman pembunuhan, saat ini dia masih bisa mengikuti sebuah acara lelang yang diadakan tidak jauh dari Hotelnya. Disana, ia terlihat menyalami beberapa koleganya lalu duduk dengan santai dengan segelas wine ditangannya.Petang ini dia cukup senang. Ternyata isterinya itu masih memperhatikannya meskipun tadi wanita itu langsung mematikan sambungan telepon mereka. Tidak apa-apa. Bagaimanapun Shen Yiyi tidak akan mungkin bisa se-enaknya lepas dari tangannya begitu saja.Disaat dirinya masih terpikirkan tentang wanita miliknya itu, tanpa sengaja kedua mata elangnya menangkap pemandangan para pengusaha bersama dengan pasangan mereka. Tidak sedikit dari mereka memamerkan para model, artis sebagai pasangan mereka.Kembali meneguk wine-nya, Mu Shenan sekilas melihat bahwa semua keanggunan dan kemolekan dari wanita disana, tidak ada satupun yang
...Acara lelang malam ini begitu melelahkan semua orang. Tetapi itu sepertinya tidak berlaku bagi Mu Shenan yang masih tampak segar setelah menyelesaikan acara itu. Apalagi, di acara lelang tadi, ia berhasil mendapatkan sepasang benda yang sangat diinginkannya.Di kamar presidential suit di kota itu, Mu Shenan sesekali kembali melihat-lihat benda yang barusaja dibelinya dengan harga fantastis itu. Sepertinya, kucingnya itu pantas mengenakannya. Benda itu hanya satu, dan tidak ada di dunia selain yang dipegangnya saat ini.Mengingat kembali kucingnya, akhirnya Mu Shenan bergegas membuka laptopnya untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh isterinya itu seharian ini. Dan klik! Tanpa menunggu lama, rekaman kegiatan isterinya itu langsung saja diputarnya. Beberapa waktu, ia melihat isterinya itu sedang memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk untuk memesan makanan di sebuah kedai mie.Mu Shenan tersenyum. Memang nafsu makan isterinya sa
...Tidak terasa, malam telah berganti pagi di Kediaman Shen. Matahari telah melambung sedikit lebih tingga dan sinarnya menerobos masuk menembus jendela kaca pada kamar bernuansa feminim itu. Karena suasana pagi sedikit lebih dingin dari biasanya, sosok cantik yang terbaring disana sedikit enggan membuka matanya. Malahan kulitnya sedikit bergidik karena udara dingin yang menyergapnya itu.Beruntungnya, rasa dingin itu tidak berlangsung lama karena ada sesuatu yang seketika menyelimutinya sehingga iapun merasakan sebuah kehangatan pada kulitnya. Rasanya begitu hangat... Benar-benar hangat! Sampai-sampai Shen Yiyi tersenyum simpul karena begitu menikmati suasana nyaman itu.Setelah cukup lama, lambat laun, rasa hangat itu perlahan-lahan membuat tubuhnya memanas. Hal itu cukup mengganggunya hingga ia mulai membuka matanya. Setelah sepenuhnya tersadar, dari posisi tidurnya ia bisa melihat mangkuk kosong tempat ramuan herbal yang ia minum semalam mas
...5 menit kemudian,Shen Yiyi bisa merasakan rasa nyeri di sekujur tubuhnya itu. Tunggu! Apakah mungkin, suami dinginnya itu telah melakukan sesuatu padanya? Kenapa tadi ia bisa lupa bertanya?! Dasar bodoh!Sambil menundukkan wajahnya ke bawah dengan penasaran, kedua mata indahnya itupun mulai mengamati tubuhnya yang telah ia sembunyikan di balik selimut tebal itu dengan perlahan, sampai akhirnya iapun melihat..."Brengsek!!!!!!!!!!!!" sebuah umpatan kembali terdengar nyaring menggema di seluruh kamar itu yang seketika membuat Mu Shenan menutup kedua telinganya."Mu Shenan, kau penipu!!!! Cepat katakan apa kau menyentuhku????!!!!!"Shen Yiyi terlihat mengeram menahan amarah saat tahu bahwa seluruh kulit leher, dada dan perutnya yang putih itu telah dipenuhi oleh gigitan-gigitan merah yang begitu banyak! Benar, kali ini Mu Shenan tidak bisa mengelak!Mengedipkan kedua matanya, Mu Shenan kemudian teringat kedatangannya
...Dengan rambut tebal yang masih acak-acakan, Mu Shenan mengedarkan pandangannya menyusuri setiap detil ruangan yang ada dihadapannya. Menurutnya, kamar isterinya itu sangat bagus dan didesain dengan gaya unik nan elegan.Lihatlah, di dalam kamar itu mengalir aliran air pada rangkaian rustic bamboo berwarna gold, berbentuk zig zag, serta dilengkapi dengan lighting yang menawan pada salah satu dindingnya. Selain itu, ia juga dapat menghirup aroma segar bunga tulip pegunungan yang sungguh sangat menenangkan. Siapapun yang merancang desain itu, Mu Shenan sangat ingin untuk menghubunginya.Menyibak selimut tebal berwarna cyan pastel yang sejak semalam menyelimutinya, Mu Shenan kemudian beranjak menuju lemari baju si kucing kecil untuk mencari sebuah handuk besar di sana. Setelah mendapatkannya, ia lalu melilitkan handuk besar itu pada pinggangnya.Penuh warna! Kucingnya itu memiliki koleksi baju dari segala musim dengan warna yang begitu ber
...Di halaman depan kediaman Shen, asisten Bai yang tertidur pulas di atas rerumputan hijau di balik semak-semak tanaman hias di sana terlihat mengerutkan dahinya. Sebuah mimpi sedang mengganggu tidurnya pagi ini. Di dalam mimpinya itu, ia mendengar suara desingan peluru yang berusaha mengejarnya.“Tidak!!! Bos, tolong saya! Tolong saya!” katanya di dalam mimpinya itu.Ia berlari untuk mencari keberadaan yang bos yang tidak dapat dijumpainya. Keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya. Ia sangat ketakutan tetapi sang bos besar tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.“Bos… Hiks…” Asisten Bai seketika menangis. Tanpa sengaja matanya menangkap figur yang sangat dikenalnya.“Tuan Mu.” Panggilnya kepada sang tuan yang berada diseberang sana. Sungai besar memisahkan mereka sehingga asisten Bai tidak sanggup melangkahkan kakinya kesana.“Bos… tolong saya Bos.&
...Sementara itu di meja makan Kediaman itu, dua pasang mata terlihat beradu pandang dengan sangat tajam. Bagai kucing dan tikus, yang satu mengintimidasi dan yang lainnya waspada karena ketakutan. Tidak bisa terlihat, tetapi mereka berdua nampak sedang terlibat dalam sebuah pertarungan yang melibatkan tenaga dalam dimana hanya mereka berdua yang dapat mengetahuinya."Ehem!" Sang kakek berdeham dengan aksi kedua anak muda disampingnya.Kali ini ia melihat Shen Yiyi begitu garang, sementara Mu Shenan nampak seperti seekor anak kucing yang lemah. Kakek Shen terkejut. Dengan intens pandangan mereka berdua tidak terlepas meskipun sang kakek telah menunjukkan eksistensinya disana.Sayangnya, setelah menanti beberapa saat, rupanya tidak ada satupun diantara mereka berdua yang berkedip apalagi menyapa pria tua seperti dirinya. Tentu saja, kakek Shen sedikit merasa jengkel. Tetapi ia juga pernah muda. Saat ini ia hanya berpikir, apakah begini car
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny