“Iya, Sayang. aku mau rapat. Ada apa.” Entah siapa sang penelpon sehingga Jason menjawabnya sangat mesra sehingga menimbulkan kecurigaan Zahra dan Marc. Biarlah, nanti siang akan dia tanyakan.
***Meyyis***
Zahra masih mndengar Jason menelpon. Dia sedikit curiga.siapa sebenarnya yang Jason paggil sayang? dia harus menyelidiki. Zahra tidak mau jika Ziya kecolongan apalagi sampai mencintai lelaki ini yang ternyata memiki kekasih lain. Sebab dia belum dapat konfirmasi sari Ziya, bahwa dirinya menjadi kekasih Jason.
Zahra membuka sosial medianya. Barang kali di sana ada petunjuk. Pelan-pelan dia membuka sosial media itu. Dia tidak menemukan apa pun. Di postingan Jason juga hanya bisnis dan beberapa foto Jason yang tersenyum dan tertawa saat di Malang. Zahra menjadi frustasi. Namun sekian detik dia menertawakan dirinya. Mengapa bisa kepo dengan kehidupan orang? Karena lama menunggu suaminya dan Jason belum kembali,
“Bagus juga itu. tapi Al-Qadar yang hanya saiprit saja aku nggak hafal-hafal. Bagaimana mau seluruh ayat. Sudahlah, yang penting Al-Qadar dulu baru menyusul yang lainnya,” ucap Jason mantap. Marc menepuk bahu sahabatnya. Dia memberikan semangat pada sahabatnya itu. Memang benar kata kyai. Bahwa memandang orang itu dilihat siapa temannya? Maka teman adalah cerminan dari orang tersebut. seperti juga Jason yang menjadi ketularan Marc menyukai gadis berhijab dan berusaha sebaik mungkin untuk mempelajarai Islam.***MEYYIS***Zahra membuka matanya. Dia mendengarkan percakapan serius suaminya dengan Jason yang terdengar sangat seru. Terdengar mereka memang membicarakan Ziya sanga dik sepupu. Zahra mengucek matanya kemudian bangkit. Sebelum bergabung, Zahra terlebih dahulu mencuci wajahnya.“Seru amat, apa yang kalian bicarakan?” tanya Zahra sambil menghempaskan diri di kursi. Marc meraih bahunya agar lebih dekat.
Tapi untuk pertama kalinya dirinya gemetar mendengar azan saat berada di rumah Zahra, untuk pertama kalinya dia gemetar mendnegar lantunan ayat suci Al-Qur’an. Entah mengapa demikian rumit rasa yang membuat dirinya bergejolak. Rasa yang belum pernah dirasakannya sepanjang hidupnya. Rasa tenanag dan damai setelah getaran itu terhenti mengguncang jiwanya.***Meyyis***Jason membuang puntung rokok pada asbak yang tersedia. Dia mematikannya kemudian duduk di kursi yang ada. “Aku sudah pikirkan masak-masak. Sekali saja ketemu dengan Kyai Kholid
“Hmmm, bagus itu. Kayaknya aku nggak ikut aja.” Marc mengangguk membebaskan istrinya. Mereka kemudian masuk ke dalam karena Jason sudah kayak emak-emak yang mau ngelahirin memanggil mereka karena gabut kangen dengan Ziya.***MEYYIS***Malam sudah berlalu. Jason sudah siap untuk pergi ke pesantren mengajibersama Kyai Kholid. Dia memakai baju koko warna putih dengan sarung palekat. Sedangkan Marc di rumah juga baru saja dari masjid. Dia masuk ke kamarnya.“Hubby, mau makan dulu? Atau bagaimana? Katanya mau ke pesantren Kyai Kholid?” tanya Zahra sambil melepas mukenanya, dia selesai melaksanakan salat Isha’ juga.“Aku ganti baju dulu. Kau nampak cantik dengan baju itu.” Marc tahu istrinya mengenakan baju malam baby dol baru. Sebagai lelaki yang jantan, dia akan memuji setiap yang dikenakan istrinya oertama kali.“Masa, si
“Nanti aku tanyain lagi. Tadi hanya bilang dia sudah pulang. Aku hanya bilang akan menyampaikan, udah begitu aja. Selebihnya hanya ngobrol santai. Sebab menelepon kamu tidak diangkat katanya.” Marc mengangguk.nanti dia akan tanya sendiri kapan jadwalnya dan bagaimana prosedurnya. Mereka menyelesaikan makanannya hingga tandas. Jelita menguap hingga selepas makan malam, Marc menggandengnya agar masuk ke kamarnya. Zahra kemudian mengikuti untuk menemani putrinya tersebut.“Aku sekalian berangkat, ya?” Marc mencium kening Zahra dan putrinya bergantian.***Meyyis***Sementara di rumah Zahra Marc sedang gabut karena memtik bunga mawar kesayangan mertuanya, di rumah sakit Raehan sedang termenung karena perkataannya paada Zahra tadi siang. Lelaki itu menyesal sudah mengatakan hal-hal buruk kepada mantanm istrinya itu, entah mengapa, kadang yang dia pikirkan tidak terkoneksi dengan yang dia lakukan.
“Pa, ada apa?” tanya mama Raehan ketika berpapasan di lorong rumah sakit. Dia tidak menjelaskan apa pun tetapi langsung meninggalkan istrinya tersebut. Mamanya Raehan bingung, tapi kemudian berjalan menuju ruangan Raehan.***MEYYIS***Hari ini sudah dijadwalkan Jelita akan berobat ke Singapura. Dokter Kim sudah setuju untuk menjadwalkan untuk bertemu. Namun mungkin Marc tidak bisa menemani langsung hari ini. Dia ada rapat penting. Sejak Raehan memutuskan menjadi sekutu pasif. Secara otomatis dia yang mengurusi perusahaan itu. Jika tidak ada masalah mungkin bisa dipercayakan anak buah. Tapi Raehan meninggalkan banyak sekali problem yang harus diselesaikan.“Semua sudah aku siapkan, Sayang. Kalian akan terbang dengan jet pribadi. Aku tidak mau ambil resiko. Karena kamu terbang sendiri tanpa aku.” Marc mengelus rambut Jelita yang sudah tertidur di s
“Halo, bisa saya pesan itu sekarang? Malam ini juga. Saya akan bayar langsung.” Maka Marc memutuskan sambungan ketika orang itu setuju.“Hubby, kau yang terbaik. Mudah-mudahan mama tidak mengamuk besok pagi. Soalnya nunggu sekian bulan barulah mawar itu kuncup.” Marc tersenyum meringis.***Meyyis***Sementara di rumah Zahra Marc sedang gabut karena memtik bunga mawar kesayangan mertuanya, di rumah sakit Raehan sedang termenung karena perkataannya paada Zahra tadi siang. Lelaki itu menyesal sudah mengatakan hal-hal buruk kepada mantanm istrinya itu, entah mengapa, kadang yang dia pikirkan tidak terkoneksi dengan yang dia lakukan. Emosinya tidak stabil. Walau dia sudah berpikir untuk berbuat baik, nyatanya hal itu kadang berbanding terbalik dengan emosinya.“Raehan, apa yang kau lakukan sebenarnya, Nak? Papa sudah susah payah membuat Zahra datang ke rumah sakit. Kenapa
“Pa, ada apa?” tanya mama Raehan ketika berpapasan di lorong rumah sakit. Dia tidak menjelaskan apa pun tetapi langsung meninggalkan istrinya tersebut. Mamanya Raehan bingung, tapi kemudian berjalan menuju ruangan Raehan.***MEYYIS***Pukul sebelas malam bunga yang dipesan Marc sudah datang. Dia membayar cash untuk bunga anggrek yang telah bersertifikat itu. Semoga esok pagi mertuanya tidak mengamuk ketika melihat mawarnya sudah gundul tanpa bunga. Maka Marc meletakkan anggrek tersebut di depan bunga mawar itu. Marc membungkuk untuk memeriksa apakah sudah tepat letak anggrek itu untuk menutupi mawar yang dia petik. Dia tersenyum karena posisinya memang tepat. Inang dari anggrek itu menutupi mawar. Semoga saja, besok tidak ketahuan. Saat tahu mawar itu sudah berbunga lagi.Akhirnya Marc me nyusul istrinya ketika sudah memastikan aman. “Marc,
Lelaki itu menyetir dengan kecepatan sedang, sudah tidak semacet tadi pagi. Kini sampai kantor hampir saja zuhur tiba. Marc langsung menuju ruangannya. Untuk makan siang, biar nanti pesan saja. Langsung pertama kali yang dia tuju adalah kursi kerjanya. Dia menghempaskandiri di kursi tersebut.***Meyyis*** Rupanya Raehan memang kurang kerjaan. Dia mengintai Zahra. Akal seha
“Aku berbuat baik dengan siapa pun, Brina. Kau yang kelewat baper. Bukan hanya kamu yang aku baikin, dengan Bu Rusda juga aku baikin. Lalu bagaimana bisa kau menuduhku memberi harapan palsu?” Fatih meninggalkannya masih sesenggukan. Dia setengah berlari menaiki tangga. Sedangkan Sabrina sangat kacau sekarang. Diva sendiri juga kacau saat melihat Fatih dan Sabrina ... ah, apa tadi? Berpelukan dan Fatih menerima saja. Terang saja, karena Sabrina begitu cantik. Demikian pikir Diva.***MEYYIS***Diva tengkurap di atas tempat tidur saat Fatih mulai masuk ke dalam kamar. Fatih tersenyum karena mengira Diva telah tidur seharian. Dia mendekat dan memeluk Diva. Tapi dia mengerutkan kening setelah tidak sengaja memegang pipinya basah.“Hai, istriku menangis? Kenapa? Aku tahu, kamu melihat Sabrina memelukku? Jangan cemburu ... dia ....” Fatih menghentikan kaliamtnya.“Lepaskan aku! M
Sementara itu meninggalkan kekepoan seorang Diva yang begitu tinggi maka di bawahFatih sedang berbicara dengan seorang wanita keturunan Mesir. Dia seorang wanita yang cerdas juga cantik. Sudah lama mengagumi Fatih. Tapi rasa sukanya dianggap Fatih hanya rasa biasa sesama teman saja. “Sabrina? Kamu menyusul kemari? Ada apa?”BAB CXVWANITA LAIN?Sementara itu meninggalkan kekepoan seorang Diva yang begitu tinggi maka di bawahFatih sedang berbicara dengan seorang wanita keturunan Mesir. Dia seorang wanita yang cerdas juga cantik. Sudah lama mengagumi Fatih. Tapi rasa sukanya dianggap Fatih hanya rasa biasa sesama teman saja. “Sabrina? Kamu menyusul kemari? Ada apa?”Gadis berkerudung lebar itu tersenyum. “Aku sengaja menu
“Tidak perlu minta maaf, kau selalu cantik apa pun kondisinya. Aku tetap mencintaimu, Bidadariku.” Ah, jantung Diva terasa lompat-lompat cari perhatian untuk di sentuh dadanya. Wajah Diva sudah serupa kepiting rebus yang baru diangkat dari dandang. Merah merona.“Ih, peres.” Diva menutup wajahnya yang sduah kepalang malu.“Bener, kamu sangat cantik.” Fatih mencolek dagu Diva. Wanita berkerudung navy itu semakin panas dingin dibuatnya.***MEYYIS***Hari ini sudah hampir satu bulan Diva dan Fatih di negeri piramida itu. Malam ini Fatih sudah bilang akan pulang terlambat. Sebenarnya Diva diajak, tapi dia tidak mau karena merasa lelah. Sepertinya sering bercinta bukan hanya memberikan efek bahagia saja, lebih dari itu maka efek lelah membuatnya hari ini tidak semangat untuk ikut. “Ya sudah, nanti akan aku kirim makanan saja ke rumah. I Love you, Sayang.”&nb
“Tidak perlu minta maaf, kau selalu cantik apa pun kondisinya. Aku tetap mencintaimu, Bidadariku.” Ah, jantung Diva terasa lompat-lompat cari perhatian untuk di sentuh dadanya. Wajah Diva sudah serupa kepiting rebus yang baru diangkat dari dandang. Merah merona.“Ih, peres.” Diva menutup wajahnya yang sduah kepalang malu.“Bener, kamu sangat cantik.” Fatih mencolek dagu Diva. Wanita berkerudung navy itu semakin panas dingin dibuatnya.***Meyyis***Diva berjalan di atas pembatas jalan sambil sesekali melompat. Wanita itu memang pantas dijuluki bola bekel. Selalu saja tingkahnya begitu.“Sayang, hati-hati.” Diva melompati bangku panjang dan berputar kemudian mendarat di depan dua muda mudi yang sedang memadu kasih. Sang lelaki memberinya bunga dan berlutut. Diva mengambil bunga yang ada di tangan pria itu kemudian menyelipkan ke
“Kenapa? Laper, ya? Kita makan di luar saja.” Fatih menyuruh Diva mengenakan matel karena udara malam di sini dingin. Diva mengikuti arahan suaminya. Karena belum punya, dia memakai punya Fatih sehingga terlihat kedodoran.***MEYYIS***Diva berjalan di atas pembatas jalan sambil sesekali melompat. Wanita itu memang pantas dijuluki bola bekel. Selalu saja tingkahnya begitu.“Sayang, hati-hati.” Diva melompati bangku panjang dan berputar kemudian mendarat di depan dua muda mudi yang sedang memadu kasih. Sang lelaki memberinya bunga dan berlutut. Diva mengambil bunga yang ada di tangan pria itu kemudian menyelipkan ke telinga kiri wanitanya, sehingga mereka melongo kemudian tertawa.“Success for you, don’t take too long to apply.” Diva memutar dan meninggalkan pemuda itu yang mematung. Fatih menepuk jidadnya. Dia setengah berlari mengejar sang istri. Wanita itu mende
Fatih membuka pintu rumahnya. Diva tersenyum malu. Suaminya bahkan lebih rapi dari pada dirinya. Dia menggaruk kepalanya yang sesungguhnya tidak gatal. Fatih ebrterima kasih pada seseorang kemudian memberikan lembaran uang.***Meyyis***Fatih membuka pintu rumahnya. Diva tersenyum malu. Suaminya bahkan lebih rapi dari pada dirinya. Dia menggaruk kepalanya yang sesungguhnya tidak gatal. Fatih ebrterima kasih pada seseorang kemudian memberikan lembaran uang.“Masih pusing?” Fatih membuka lemari es yang sempat dia bersihkan. Hanya ada mi instan di sana. Untuk mengganjal perut, mungkin mi isntan cukup menolong. Diva berbaring di sofa. Sedang Fatih langsung ke dapur. Bodo amat, pikir Diva. Dia merasakan pusing yang berkepanjangan. Wanita tomboy itu sudah pergi ek alam mimpi ketika Fatih menuang segelas susu untuknya. Fatih meletakkan susu tersebut kemudian menutup agar serangga kecil tidak mengotori.
Kenapa menatapku begitu? Baru nyadar kalau suamimu ganteng?”“Hem, narsis.”“Bukan narsis tapi percaya diri.”“Beda tipis.”“Kenapa? Emang aku nggak ganteng? Lebih ganteng mana aku dengan Marc marquez.”“Hem, gantengan kamu sedikit, banyakan dia.”“Oh, jadi gitu.” Fatih menggelitiki sang istri.***MEYYIS***Sore ini sudah siap sedia Diva dan Fatih akan bernagkat ke Mesir. Entah mengapa ada rasa yang tak biasa ketika akan meninggalkan Abi dan Umi. Diva berkali-kali membalikkan badan merasa berat meninggalkan mereka. Rasaanya sesak dan nyeri. “Kita akan kembali, Sayang. Paling lama dalam satu bulan.” Fatih berbisik kepada sang istri agar Diva lebih merelakan kepergiannya kali ini. Diva hanya mengangguk dan mengikuti Fatih. Mereka akhirnya mengud
Diva sudah tertidur. Puas Fatih memperhatikan sang istri. Dengkuran halus membuat dia mengangkat kepala sang istri kemudian tubuhnya untuk di baringkan ke atas ranjang dengan bantal sebagai pengganjal kepalanya. Lelaki itu kemudian tidur di sampingnya. “Selamat tidur, Bidadariku. Terima kasih kau sudah membuat aku menjadi suami seutuhnya. Semoga***Meyyis***Pagi ini Diva merasakan nyeri di bagian bawah pusarnya. Padahal nanti sore harus terbang bersama suaminya menuju ke Mesir untuk mengikutinya. Dia masih tidur di ranjangnya ketika suaminya sudah selesai mandi untuk salat Subuh. “Sayang, bangun dulu, yuk salat Subuh. Nanti kesiangan.” Fatih membuat Diva mengulat.“Boleh nggak, sih aku libur salat? Capek banget dan sakit.” Bekas jejak-jejak cinta yang Fatih buat membuat kulitnya memerah dan masih terasa sakit. Tapi yang lebih sakit bagian alat vitalnya.
“Mas,” ucap Diva.“Hem,”“Apa kamu kecewa, karena aku belum siap melakukan itu? Aku masih takut. Beri waktu aku sampai malam ini untuk meyakinkan diri.” Fatih membelai wajah Diva agar wanita itu lebih tennag bahwa lelakinya ini bisa menunggunya.***MEYYIS***Malam ini Diva sudah tampil cantik. Tentu saja Umi Fitri yang mendandaninya. Dia tersenyum malu-malu pada Fatih yang kali ini berada di ranjang mereka sedang membaca entah kitab apa? Fatih menghentikan aktivitasnya setelah melihat istrinya datang. Fatih menepuk tempat di sebelahnya. “Kamu selalu cantik, terima kasih sudah berusaha.” Satu kecupan mesra mendarat di kening Diva.“Aku akan mencoba, Mas. Aku sudah menjadi istrimu.” Fatih menangkup wajah istrinya. setelah menunggu beberapa hari, kini di malam yang syahdu Diva menyerahkan diri. Sesungguhnya, Fatih juga sangat takut. Baga