Beranda / Romansa / Ajari Aku Salat / Bulan Madu Ke-2 Season 2

Share

Bulan Madu Ke-2 Season 2

Penulis: Meyyis
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-12 13:30:28

“Kau nggak tahu, sih. Kata Mama Zubaedah, yang menyukai Ziya itu para anak Kyai. Bagiamana gue nggak minder?” Jason menunduk. Marc menghentikan tingkah jahilnya. Dia baru melihat Jason dalam mode takut seperti itu.

“Tidak usah takut. Jodoh tidak mengenal  logika.” Jason memandang lekat ke arah sahabatnya itu dan memeluknya.

***MEYYIS***

Marc sedikit geli melihat sahabatnya itu dalam mode melankolis. “Sudah jangan berlebihan. Lepaskan, nanti ketahuan Ziya malah dia jijik sama kamu karena dikira gay.” Jason langsung melepaskannya dan mengibaskan tubuhnya.

“Lo kira aku najis kamu kibaskan? Ck!” Dua sahabat itu tertawa bersama. Semua persiapan hampir kelar. Hanya tinggal baju pesta yang belum datang. Jason memesan langsung pada seorang desainer. Dia ingin membuat pernikahan ini berkesan. Dia mendapatkan nasehat bahwa memberikan mahar haruslah yang terbaik. Maka Jaso

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ajari Aku Salat   Lamaran 1

    “Benarkah? Iya mungkin, Ma. Sudah lima tahun nggak ke sana. Waktu masih di Malang saja dua lebaran nggak berkunjung karena tetap kerja.” Marc dan Jason yang ada di sebelah mereka hanya menjadi pendnegar setia saja. Mereka memandnag lautan lepas yang terlihat tenang tapi ternyata gejolaknya menyimpan jutaan misteri. Seperti yang baru saja kita terima, Mandala poranda di dalam lautan sana.***Meyyis***“Marc, hati seseorang seperti lautan. Semoga Ziya memberikan sedikit terumbu karang untuk aku berlindung. Aku tidak tahu, mengapa merasa begitu sulit.” Marc Menoleh ke arah Jason. Sedangkan Jelita dan Zahra sudah duduk di bangku yang tersedia di dek itu.“Jas, aku juga merasa demikian tidak percaya diri waktu melamar Zahra. Tapi satu hal yang perlu kamu ketahui, kita yang minoritas dalam ilmu itu harus berjuang untuk menjadi mayoritas dalam hati istri kita. Mungkin awalnya sangat sulit, tapi tentu akan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • Ajari Aku Salat   Lamaran 2

    “Aduh, ada apa, ya?” Ziya kaget karena tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Hampir saja dia terguling.***MEYYIS***“Kak Zahra? Bikin kaget aja. Hm, Kak, mereka ngapain ke kamar tamu?” ujar Ziya.“Hayotebak ngapain?” Zahra malah menggoda Ziya. Dia mengelus punggung jelita yang memang sudah mengantuk.“Ih, ditanya malah baik nanya?” cibik Ziya.“Menghitung weton kamu dan Jason,” ucap Zahra. Dada Ziya tambah bergemuruh. Dia merasakan ada seluruh balok yang menindih dadanya. Takut, bingung dan resah. Sebab banyak kasus tidak jadi menikah karena weton tersebut dianggap tidak bagus. “Kenapa? Nggak usah khawatir. Kalau jodoh pasti nggak akan kemana.” Zahra bangkit dan duduk di samping Ziya.“Kak, apakah kira-kira kami berjodoh?” Zahra sedikit mendekat ke arah Ziya, sehingga m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • Ajari Aku Salat   Kotak Kosong 1

    “Sekarang, akan kami umumkan kesepakatan untuk tanggal pernikahan.” Seorang sesepuh mengatakannya kemudian. Kali ini tidak hanya Ziya yang deg-degan. Zahra dan beebrapa orang yang tidak ikut hitungan tadi juga ikut menahan. Mereka semua berandai dan bertanya-tanya. Kira-kira kapan tepatnya pernikahan akan dilaksanakan? Ah, selalu saja bikin penasaran. Ini lebih sulit dari pada menahan napas saat berenang.***Meyyis***Sesepuh itu menarik napasnya dengan lembut. Dia membuka tulisan yang tadi ditulis oleh dia saat berembuk. Dia menunjuk deretan angka-angka itu kemudian ketemu kesimpulan. Lelaki yang dapat ditaksir usianya hampir tujuh puluhan itu menunjuk-nunjuk kertas tersebut. “Ada dua tanggal yang paling mendekati sebegai hari baik. Yaitu Jumat depan dan bulan Rajab setelah melangkahi bulan Suro. Silakan mau pilih yang mana?” Jason tersenyum. Dia tentus aja memilih yang sangat dekat.“Saya pilih Jumat de

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Ajari Aku Salat   Kotak Kosong 2

    “Terima kasih juga, Mas. Sudah mau meminangku. Aku tidak sesempurna itu. Kalau kau temukan cacatku? Apa kau akan menyesal?” Ziya perlahan-lahan melihat ke arah Jason dia memandang lekat lelakinya tersebut.“Kita perbaiki bersama. Kita saling melengkapi. Sekarang adik bobo’ sudah malem,” ucap Jason. Sehingga Ziya mengangguk dan bangkit membawa nampan yang tadi dibuat tatakan makanan dan kopi.“Mari, Mas dan Kak Marc.” Jason mengangguk kemudian kembali menyulut rokoknya. Datanglah ayahnya Ziya. Dia sambil membawa kopi.“Enggak dingin malam-malam begini di teras?” tanya ayahnya Ziya.“Enggak, Yah. Dia Prancis kalau musim dingin bisa beku. Ini masih biasa. Ayah mau berkunjung ke sana? Kalau iya, kapan-kapan mampir ke sana,” tukas Jason.“Hahaha, biayanya mahal naik pesawat.” Marc dan Jason ikutan terkekeh.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Ajari Aku Salat   Terlambat Selangkah 1

    Ziya tersenyum sendiri saat mengingat masa-masa begitu getolnya cari perhatian lelaki itu. Dia menutup wajahnya sendiri karena merasa malu. Bagaimana saat itu dia menjadi seorang yang tidak punya harga diri.“Ziya,”“Iya, Ma!” Panggilan mamanya menyadarkan dari lamunan.***Meyyis***Malam ini Kyai Syafi’i benar-benar datang dengan putra mereka. Bersama dengan Bu Ntai juga. Mereka membawa banyak barang sebagai oleh-oleh katanya. Dua sahabat itu berpelukan melepas rindu. Mereka kemudian dipersilakan duduk. Ziya mengintip dari dalam. Tidak berselag lama, mamanya Ziya datang denganpasugatan di nampannya.“Rohman, ente masih gagah saja. Ana sudah tua,tapi Fatih belum juga mau menikah. Pondok juga jadi terbengkelai tidak ada yang mengurur, karena dia asik di Kairo,” ucap Kyai Syafi’i.“Yi, kita sudah sama-sama tua. Harusnya s

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Ajari Aku Salat   Terlambat Selangkah 2

    Walau bukan purnama, namun cahayanya sangat indah. Seandainya satu minggu yang lalu atau tiga hari yang lalau, bersama Fatih di bawah sinar bulan seperti ini membuat hatinya penuh sesak dijejali kebahagiaan. Namun sekarang? Keadaan sudah berbeda. Bukan lagi penuh sesak dengan kebahagiaan, tapi kegalauan.“Jadi? Apa benar berita itu?” Fatih membuka pembicraan.***MEYYIS***Ziya menoleh ke arah Fatih kemudian kembali menunduk lagi. Bibirnya terasa kelu.tapi dia harus bicara. Ziya menarik napasnya pelan kemudian mengembuskannya nyaris tanpa suara. “Mas Fatih tidak salah dengar. Semalam aku memang sudah di khitbah.” Bagai lolos tulang-tulang Fatih. Dia menghadap ke arah lain agar tidak terlihat. Jika memapu, saat ini dia akan terbang dan mengadu kepada siapa pun yang mengetahui perjalanan hatinya untuk menahan cintanya selama ini.“Kau melupakanku?” Ziya menetap lekat

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Ajari Aku Salat   Sun Dikit 1

    “Jadi, sudah tidak ada ruang untukku? ... maafkan aku, Ziya. Seharusnya aku tidak menyimpannya. Aku ... aku minta maaf akhirnya membuatmu lelah. Semoga kau bahagia. Bolehkah kado-kado ini aku miliki sebagai kenang-kenangan?” Ziya hanya mengangguk. Sedangkan Fatih meninggalkan cincin yang memang sejatinya untuk Ziya di atas meja. Cincin itu dia buat khusus dari batu mulia. Dia membuatnya di Kairo. “Ini untukmu. Kita kubur cinta kita. Semoga kau bahagia.” Fatih bangkit dengan lemas.***Meyyis***Jason dan rombongan sudah sampai rumah. Zubaedah memang menyuruh Jason agar tinggal di rumahnya saja supaya koordinasinya mudah. Nikahan kilat memang sedikit ribet. Zahra sudah kilat ditentukan selama tiga minggu. Ini lebih kilat lagi satu minggu. Duh, mana cowok pula harus persiapan tetek bengek untuk lamaran dan lain sebagainya. Untung saja, sang adik sebagai besan tidak begitu mengagungkan adat istiadat. Jadi tidak begitu rib

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Ajari Aku Salat   Sun Dikit 2

    “Tapi, Pak. Orang yang sakit mental, mana mungkin akan lurus kembali dan memimpin dengan baik sebuah perusahaan besar?” Marc memejamkan matanya.“Sebenarnya, apa maksud Anda?” Marc menjadi sedikit geram pada lelaki itu. Dia sebelumnya juga mengompori Zoya. Sekarang rapat ini. Apa maunya?***MEYYIS***Marc sangat marah ada orang tersebut. Dia hanya memiliki sedikit saham tapi repotnya sangat tidak ketulungan. Jason menggeleng tanda Marc untuk merendah dan diam. Dia yang akan menghadapi partner yang sangat memuakan seperti itu. “Mohon maaf, Tuan Mahendra. Bisa diperjelas tujuan Anda?” tanya Jason. Sedangkan Marc mengepalkan tangannya seraya mengucap istigfar.“Maksud saya sudah jelas, bukankah Pak Raehan itu gila, apakah orang gila akan bisa memimpin perusahaan?” Marc membelalakan matanya. Tidak pantas seorang berpendidikan mengatakan hal itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13

Bab terbaru

  • Ajari Aku Salat   Wanita Lain? 2

    “Aku berbuat baik dengan siapa pun, Brina. Kau yang kelewat baper. Bukan hanya kamu yang aku baikin, dengan Bu Rusda juga aku baikin. Lalu bagaimana bisa kau menuduhku memberi harapan palsu?” Fatih meninggalkannya masih sesenggukan. Dia setengah berlari menaiki tangga. Sedangkan Sabrina sangat kacau sekarang. Diva sendiri juga kacau saat melihat Fatih dan Sabrina ... ah, apa tadi? Berpelukan dan Fatih menerima saja. Terang saja, karena Sabrina begitu cantik. Demikian pikir Diva.***MEYYIS***Diva tengkurap di atas tempat tidur saat Fatih mulai masuk ke dalam kamar. Fatih tersenyum karena mengira Diva telah tidur seharian. Dia mendekat dan memeluk Diva. Tapi dia mengerutkan kening setelah tidak sengaja memegang pipinya basah.“Hai, istriku menangis? Kenapa? Aku tahu, kamu melihat Sabrina memelukku? Jangan cemburu ... dia ....” Fatih menghentikan kaliamtnya.“Lepaskan aku! M

  • Ajari Aku Salat   Wanita Lain? 1

    Sementara itu meninggalkan kekepoan seorang Diva yang begitu tinggi maka di bawahFatih sedang berbicara dengan seorang wanita keturunan Mesir. Dia seorang wanita yang cerdas juga cantik. Sudah lama mengagumi Fatih. Tapi rasa sukanya dianggap Fatih hanya rasa biasa sesama teman saja. “Sabrina? Kamu menyusul kemari? Ada apa?”BAB CXVWANITA LAIN?Sementara itu meninggalkan kekepoan seorang Diva yang begitu tinggi maka di bawahFatih sedang berbicara dengan seorang wanita keturunan Mesir. Dia seorang wanita yang cerdas juga cantik. Sudah lama mengagumi Fatih. Tapi rasa sukanya dianggap Fatih hanya rasa biasa sesama teman saja. “Sabrina? Kamu menyusul kemari? Ada apa?”Gadis berkerudung lebar itu tersenyum. “Aku sengaja menu

  • Ajari Aku Salat   Sakit 2

    “Tidak perlu minta maaf, kau selalu cantik apa pun kondisinya. Aku tetap mencintaimu, Bidadariku.” Ah, jantung Diva terasa lompat-lompat cari perhatian untuk di sentuh dadanya. Wajah Diva sudah serupa kepiting rebus yang baru diangkat dari dandang. Merah merona.“Ih, peres.” Diva menutup wajahnya yang sduah kepalang malu.“Bener, kamu sangat cantik.” Fatih mencolek dagu Diva. Wanita berkerudung navy itu semakin panas dingin dibuatnya.***MEYYIS***Hari ini sudah hampir satu bulan Diva dan Fatih di negeri piramida itu. Malam ini Fatih sudah bilang akan pulang terlambat. Sebenarnya Diva diajak, tapi dia tidak mau karena merasa lelah. Sepertinya sering bercinta bukan hanya memberikan efek bahagia saja, lebih dari itu maka efek lelah membuatnya hari ini tidak semangat untuk ikut. “Ya sudah, nanti akan aku kirim makanan saja ke rumah. I Love you, Sayang.”&nb

  • Ajari Aku Salat   Sakit 1

    “Tidak perlu minta maaf, kau selalu cantik apa pun kondisinya. Aku tetap mencintaimu, Bidadariku.” Ah, jantung Diva terasa lompat-lompat cari perhatian untuk di sentuh dadanya. Wajah Diva sudah serupa kepiting rebus yang baru diangkat dari dandang. Merah merona.“Ih, peres.” Diva menutup wajahnya yang sduah kepalang malu.“Bener, kamu sangat cantik.” Fatih mencolek dagu Diva. Wanita berkerudung navy itu semakin panas dingin dibuatnya.***Meyyis***Diva berjalan di atas pembatas jalan sambil sesekali melompat. Wanita itu memang pantas dijuluki bola bekel. Selalu saja tingkahnya begitu.“Sayang, hati-hati.” Diva melompati bangku panjang dan berputar kemudian mendarat di depan dua muda mudi yang sedang memadu kasih. Sang lelaki memberinya bunga dan berlutut. Diva mengambil bunga yang ada di tangan pria itu kemudian menyelipkan ke

  • Ajari Aku Salat   Di Negeri Orang 2

    “Kenapa? Laper, ya? Kita makan di luar saja.” Fatih menyuruh Diva mengenakan matel karena udara malam di sini dingin. Diva mengikuti arahan suaminya. Karena belum punya, dia memakai punya Fatih sehingga terlihat kedodoran.***MEYYIS***Diva berjalan di atas pembatas jalan sambil sesekali melompat. Wanita itu memang pantas dijuluki bola bekel. Selalu saja tingkahnya begitu.“Sayang, hati-hati.” Diva melompati bangku panjang dan berputar kemudian mendarat di depan dua muda mudi yang sedang memadu kasih. Sang lelaki memberinya bunga dan berlutut. Diva mengambil bunga yang ada di tangan pria itu kemudian menyelipkan ke telinga kiri wanitanya, sehingga mereka melongo kemudian tertawa.“Success for you, don’t take too long to apply.” Diva memutar dan meninggalkan pemuda itu yang mematung. Fatih menepuk jidadnya. Dia setengah berlari mengejar sang istri. Wanita itu mende

  • Ajari Aku Salat   Di Negeri Orang 1

    Fatih membuka pintu rumahnya. Diva tersenyum malu. Suaminya bahkan lebih rapi dari pada dirinya. Dia menggaruk kepalanya yang sesungguhnya tidak gatal. Fatih ebrterima kasih pada seseorang kemudian memberikan lembaran uang.***Meyyis***Fatih membuka pintu rumahnya. Diva tersenyum malu. Suaminya bahkan lebih rapi dari pada dirinya. Dia menggaruk kepalanya yang sesungguhnya tidak gatal. Fatih ebrterima kasih pada seseorang kemudian memberikan lembaran uang.“Masih pusing?” Fatih membuka lemari es yang sempat dia bersihkan. Hanya ada mi instan di sana. Untuk mengganjal perut, mungkin mi isntan cukup menolong. Diva berbaring di sofa. Sedang Fatih langsung ke dapur. Bodo amat, pikir Diva. Dia merasakan pusing yang berkepanjangan. Wanita tomboy itu sudah pergi ek alam mimpi ketika Fatih menuang segelas susu untuknya. Fatih meletakkan susu tersebut kemudian menutup agar serangga kecil tidak mengotori.

  • Ajari Aku Salat   Narsis 2

    Kenapa menatapku begitu? Baru nyadar kalau suamimu ganteng?”“Hem, narsis.”“Bukan narsis tapi percaya diri.”“Beda tipis.”“Kenapa? Emang aku nggak ganteng? Lebih ganteng mana aku dengan Marc marquez.”“Hem, gantengan kamu sedikit, banyakan dia.”“Oh, jadi gitu.” Fatih menggelitiki sang istri.***MEYYIS***Sore ini sudah siap sedia Diva dan Fatih akan bernagkat ke Mesir. Entah mengapa ada rasa yang tak biasa ketika akan meninggalkan Abi dan Umi. Diva berkali-kali membalikkan badan merasa berat meninggalkan mereka. Rasaanya sesak dan nyeri. “Kita akan kembali, Sayang. Paling lama dalam satu bulan.” Fatih berbisik kepada sang istri agar Diva lebih merelakan kepergiannya kali ini. Diva hanya mengangguk dan mengikuti Fatih. Mereka akhirnya mengud

  • Ajari Aku Salat   Narsis 1

    Diva sudah tertidur. Puas Fatih memperhatikan sang istri. Dengkuran halus membuat dia mengangkat kepala sang istri kemudian tubuhnya untuk di baringkan ke atas ranjang dengan bantal sebagai pengganjal kepalanya. Lelaki itu kemudian tidur di sampingnya. “Selamat tidur, Bidadariku. Terima kasih kau sudah membuat aku menjadi suami seutuhnya. Semoga***Meyyis***Pagi ini Diva merasakan nyeri di bagian bawah pusarnya. Padahal nanti sore harus terbang bersama suaminya menuju ke Mesir untuk mengikutinya. Dia masih tidur di ranjangnya ketika suaminya sudah selesai mandi untuk salat Subuh. “Sayang, bangun dulu, yuk salat Subuh. Nanti kesiangan.” Fatih membuat Diva mengulat.“Boleh nggak, sih aku libur salat? Capek banget dan sakit.” Bekas jejak-jejak cinta yang Fatih buat membuat kulitnya memerah dan masih terasa sakit. Tapi yang lebih sakit bagian alat vitalnya.

  • Ajari Aku Salat   Minta Maaf 2

    “Mas,” ucap Diva.“Hem,”“Apa kamu kecewa, karena aku belum siap melakukan itu? Aku masih takut. Beri waktu aku sampai malam ini untuk meyakinkan diri.” Fatih membelai wajah Diva agar wanita itu lebih tennag bahwa lelakinya ini bisa menunggunya.***MEYYIS***Malam ini Diva sudah tampil cantik. Tentu saja Umi Fitri yang mendandaninya. Dia tersenyum malu-malu pada Fatih yang kali ini berada di ranjang mereka sedang membaca entah kitab apa? Fatih menghentikan aktivitasnya setelah melihat istrinya datang. Fatih menepuk tempat di sebelahnya. “Kamu selalu cantik, terima kasih sudah berusaha.” Satu kecupan mesra mendarat di kening Diva.“Aku akan mencoba, Mas. Aku sudah menjadi istrimu.” Fatih menangkup wajah istrinya. setelah menunggu beberapa hari, kini di malam yang syahdu Diva menyerahkan diri. Sesungguhnya, Fatih juga sangat takut. Baga

DMCA.com Protection Status