Hari-hari berjalan membosankan seperti biasa. Setidaknya bagi Sekar yang sebagian besar hidupnya hanya menyambangi kediamannya. Dia jarang keluar rumah bahkan sejak saat ibunya masih ada. Sekedar berjalan-jalan mengelilingi kediaman rumah besarnya pun jarang ia lakukan karena dia malas harus bertemu dengan saudara-saudara tirinya. Sekarang, setelah kematian ibunya, dia hampir bisa dikatakan hanya hidup di tempat seluas 1000 meter ini.
Dia juga jarang untuk pergi ke tempat-tempat umum seperti pasar atau semacamnya. Dia tidak menyukai kebisingan dan dia takut berada diantara orang-orang asing meski dia memiliki pengawal yang melindunginya dari berbagai sisi. Tetapi Sekar tahu alasan itu hanya ia jadikan kambing hitam terhadap hidup monotonnya.
Telah menjadi rutinitas paginya untuk menyirami sepetak bunga yang paling ia sukai. Karena tentu tidak mungkin dia bisa menyirami seluruh bunganya seorang diri karena betapa luasnya itu.
Sekar membutuhkan waktu lebih lama ka
Hari ternyata masih pagi. Rhea masih memiliki banyak waktu luang sebelum Kay dan yang lainnya datang untuk mendandaninya untuk acara malam ini. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengecek tanaman yang tadi dilihatnya layu sendiri. Tak lupa dia mengajak Ares agar anjing itu bisa terkena sinar matahari.Ketika dia mendekat, ternyata bunga yang layu itu merupakan bunga anyelir merah muda. Ini sedikit mengherankan saat Rhea melihat keadaan bunga anyelir lain di sisi kanan kirinya tampak sehat dan segar.Dia menghembuskan nafas dengan berat hati. Tahu bahwa dia harus mencabut bunga itu sebelum penyakitnya merambat ke temannya."Bahkan bibit yang berkualitas, tempat yang bagus, dan penanganan yang benar tidak serta merta membuat tanaman hidup." Ujarnya bermonolog. Dia merasa sentimentil hari ini dan penyebabnya siapa lagi kalau bukan Hansa.Dia berjongkok dan tangannya sudah siap untuk mencabut tanaman itu sebelum akhirnya terhenti di udara saat
Acara ini begitu besarnya hingga membuat para jurnalis bertarung untuk mendapatkan spot terbaik untuk kegiatan karpet merah. Hasilnya, banyak dari mereka telah stand by sejak dari siang, meski acara tidak akan dimulai sebelum jam tujuh malam.Kegiatan berjalan di karpet merah ini adalah kegiatan penting untuk publisitas dari masing-masing tamu yang bisa memamerkan pakaiannya, dan ini akan disiarkan secara real time disebuah platform streaming.Sebuah mobil datang dan berhenti dan para wartawan segera membidiknya dengan bersemangat. Aktor kawakan Adimas Sirah turun bersama pasangannya yang merupakan istrinya yang juga berprofesi sebagai aktris.Flash bertebaran diudara ketika aktor muda yang paling digandrungi datang dengan memakai jas putihnya datang dengan lawan main dramanya. Sebastian melambaikan tangannya ke udara dan berjalan dengan tenang tempat yang telah diberi tanda silang kecil untuk berpose singkat sebelum pergi ke dinding tanda tangan.Ketika
Semuanya menjadi tidak seperti yang diharapkannya. Dia tidak datang bersama suaminya melainkan bersama Reihan. Dan sekarang dia harus melihat Hansa datang bersama Emma.Mata mereka bertatapan sejenak. Sebelum Rhea memalingkan wajahnya dan mencoba untuk berkonsentrasi dalam tarian ini. Untungnya, Reihan penari handal yang mampu menghandle mereka ketika Rhea secara berkali-kali tidak sengaja menginjak kakinya dikarenakan pikirannya tengah berkecamuk."Bernafas Rhaenira, bernafas." Bisik Reihan ke daun telinganya saat pasangan menarinya ini menyadari ada yang tidak beres.Rhea memaksakan senyum di wajahnya. Dia mengetatkan tangannya ke bahu Reihan, membuat kontak mata dengannya untuk menghilangkan bayang-bayang Hansa dari benaknya.Ritme lagu berganti dengan tempo cepat dan Rhea memutar tubuhnya ke belakang dan harus mengambil lengan pria lain untuk berdansa bersama. Itu sebelum diam menyadari bahwa lengan Hansa lah yang ia pegang. Dia ingin berganti pasanga
"Aku akan pulang sendiri." Rhea berkata dengan mantap.Reihan menatapnya sejenak sebelum kemudian mengangguk mengerti. Rhea pasti telah menyadari bahwa mereka sekarang menjadi trending topik dan pulang sendiri-sendiri adalah langkah terbaik untuk tidak menyirami minyak ke dalam api."Aku akan memanggil taksi." Ucapnya.Rhea tersenyum lega bahwa Reihan langsung mengerti. Mereka berdua sendiri telah menepi ketika di penghujung acara. Rhea tidak tertarik melihat penutupan yang diakhiri harapan harapan seperti biasanya. Dia ingin mencuri start dengan pulang lebih dulu. Sedangkan Reihan, dia mengikuti apa yang pasangannya lakukan."Jadi," dia berdehem. "Selamat tinggal."Setelah itu, Rhea masuk ke dalam mobil lexus miliknya dimana Jenna dan Kay telah siap didalam. Kay segera tancap gas.Rhea mencoba menutup-nutupi bahwa ia habis menangis didepan manajer dan asistennya. Kay bertugas menyetir sehingga dia tidak punya waktu untuk menatap
Hari ini tidak akan berjalan seperti harinya yang biasa. Karena dia tidak akan diam di tamannya untuk menghabiskan waktu, Sekar akan menghabiskan paginya di Istana. Belum, belum saatnya dia diboyong ke sana. Dia hanya akan melakukan jalan-jalan singkat untuk mengakrabkan diri, mengikuti saran dari Ayudhipa. Juga, tentu saja ini bukan yang pertama kalinya. Sekar seorang bangsawan, dan didarahnya sebenarnya mengalir darah keluarga kerajaan karena nenek dari pihak ibunya merupakan seorang putri. Dia sudah mengunjungi istana berkali-kali ketika ada perayaan yang diadakan, dan itu adalah hal yang luar biasa karena tidak semua orang berkesempatan untuk melihat dalamnya istana. Karena selain dari keluarga kerajaan sendiri, hanya punggawa-punggawanya yang bisa memiliki akses masuk. Dia tengah didandani oleh para dayangnya sambil menunggu kereta kencana yang menjemputnya datang. Dia memakai pakaian kashmir cantik yang mahal, rambutnya dikonde dengan gelungan dihiasi satu cund
Rhea tidak pernah membayangkan dia akan melihatnya tepat didepan pintu apartemennya. Sebetulnya, dia tidak pernah berharap dia ada didepannya. Melihat Hansa hanya akan membuat kenangan empat hari yang lalu, kenangan yang coba ia lupakan, menyeruak kembali ke dalam pikirannya.Rhea marah. Rasa marahnya tidak berkurang dan malah semakin bertambah. Semua kekacauan yang terjadi di sosial media sekarang semuanya disebabkan oleh Hansa seorang. Yang memuakkan, laki-laki itu kemarin malah menyalahkannya.Dia menatapnya dengan tatapan marahnya yang membara. Hansa entah dia sudah sadar kesalahannya atau apa, raut wajahnya terlihat murung dan kurang tidur.Tidak, Rhea tidak akan mengasihaninya. Dia akan mengusirnya keluar lalu menutup pintunya rapat-rapat. Satu yang pasti, Rhea belum siap bertemu kembali dengannya."Rhea tolong," ucap Hansa, ketika setelah beberapa saat Rhea tidak bersuara.Alih-alih membalasnya. Rhea dengan cepat mencoba menutup pintu aparte
Dia langsung menoleh kearah Hansa untuk meminta penjelasan. Didepannya ini, terdapat tiga anjing siberian baru yang kesemuanya menatapnya. Yang disisi kanan, berwarna perpaduan hitam putih, yang tengah warnanya coklat putih, dan yang terakhir mirip dengan Ares dengan berwarna putih meski kemudian Rhea menyadari yang satu itu memiliki titik warna hitam di sekitar leher. "Apa ini?" Tanyanya dengan kebingungan. Dia ingin melihat Ares, bukan tiga anjing baru yang tidak dia kenal. "Dimana Ares?" Seolah Ares mendengar pertanyaannya, anjing itu langsung menggonggong keras dari lantai dua dan menuruni tangga dengan semangat untuk segera menghambur ke pelukan Rhea. "Aku mengadopsi tiga anjing baru saat mengetahui kalau kau menyukai mereka." Balas Hansa. Dia berjongkok dan membiarkan ketiga anjing baru itu mendatanginya untuk memberi mereka belaian. "Kau bisa menamainya." Lanjutnya. Rhea ikut berjongkok, masih dengan Ares disekel
Perayaan bisnis tidak seperti acara selebritas. Orang-orang yang menghadirinya saja sudah memiliki background yang berbeda dengannya. Meski begitu, ini bukan pertama kali Rhea menghadiri acara semacam ini. Ingat, ayahnya memiliki perusahaan game yang besar dan tiap tahun juga menyelenggarakan acara perayaan tahunan. Rhea sudah pasti akan selalu menghadirinya.Dia memakai gaun warna hitam yang klasik dan polos. Sengaja untuk tidak memakai pakaian yang terlalu mewah karena dia tidak ingin mendapat perhatian berlebih. Mereka yang datang hari ini saja sudah akan mendapatkan sorotan."Sudah siap?" Hansa disampingnya bertanya. Laki-laki itu malam ini memakai jas hitam bergaris. Rambutnya disibakkan ke atas untuk menampilkan ketampanan paripurna wajahnya.Rhea mengangguk. Dia kemudian memegangi lengan Hansa dan mereka meneruskan berjalan memasuki ball room yang menjadi tempat acara.Aktris itu melihat beberapa wajah yang terlihat familiar yang ia sadari adalah o
Rhea menatap dirinya di cermin. Jelas dia sedang tidak dalam keadaan baik. Rambutnya kusut karena ia sendiri lupa kapan menyisir rambut. Pelupuk matanya sedikit bengkak karena habis menangis satu malam. Rhea tidak menyukai tampilannya.Dia melewatkan sarapan bersama pagi ini karena ingin menghindari ibunya. Dia juga akan keluar rumah hari ini, pergi ke tempat baru yang akan ia tuju mengikuti seberapa jauh dia bisa mengendarai mobilnya. Sendirian, tanpa memberitahu Kay atau siapapun. Dia ingin menghilang sejenak, menenangkan diri, dan berpikir mengenai masa depannya yang baru.Dia memakai jaket dengan kaos putih dibaliknya dan ripped jeans yang ia beli beberapa tahun yang lalu yang untungnya masih muat. Dia memakai pakaian yang seadanya yang masih tertinggal di lemarinya.Ketika dia keluar, dia berpapasan dengan Eda.Adiknya bertanya, "Mau kemana?""Pergi." Balasnya singkat.Eda menatapnya selama beberapa detik sebelum mengangguk, lalu pergi.
Dua hari setelah dia bangun dari koma dan dinyatakan sehat, dia akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit. Rhea senang dengan hal itu karena dia tidak menyukai berlama-lama tinggal di ruangan dengan alat-alat kesehatan dan bau obat yang menguar di setiap dindingnya.Berbeda dengan sikap penuh bunga yang ditampilkan Rhea. Christina menampilkan aura sebaliknya. Bukan karena dia tidak suka anaknya sembuh, Christina bahkan hampir gila ketika menunggui Rhea agar terbangun dari komanya yang berjalan selama sepuluh hari. Hanya saja, dia sebal dan ingin mulutnya gatal untuk memarahi anak sulungnya itu yang sekarang duduk di kursi belakang mobil suaminya dengan Edward disampingnya.Rhea tidak seharusnya pulang kerumahnya. Dia harusnya pulang bersama Hansa, bukan bersama mereka.Christina sebagai ibu sudah menyadari hubungan Rhea dengan suaminya sedang kisruh alias tidak sedang baik-baik saja. Itu membuatnya bingung, dia hanya tidak mengerti jalan pikiran anaknya yang sepert
Hansa seketika mematung. Dia sangat terkejut dengan perkataan Rhea yang tiba-tiba mengungkit soal perceraian. Tangannya berhenti bergerak dan dia menatap Rhea yang sekarang tengah memalingkan muka dan menolak menatapnya.Kedua mertuanya yang berdiri disampingnya juga sangat terkejut atas perkataan Rhea. Bagaimana tidak? Kalimat pertama yang diucapkan Rhea selepas terbangun dari komanya adalah meminta perceraian didepan suaminya yang merawatnya dengan baik ketika dia tenggelam dalam koma."Rhea, apa kau sadar apa yang kau katakan?" Christina bertanya dengan penuh kehati-hatian. Dia melirik menantunya yang wajahnya langsung berubah drastis dari kebahagiaan menjadi penuh tanda tanya.Rhea menolak untuk melihat mereka. Matanya menunduk dan lebih memilih melihat selang infus yang menyalurkan nutrisi ke tubuhnya."Kalian keluar saja. Aku ingin sendirian bersama Hansa." Ucapnya enggan.Christina ingin mendebat namun tangan Theodorus yang menyentuh bahunya
Rhea terduduk saking tidak bisa berdirinya dia setelah mengetahui akhir kisah dari Sekar yang ada dalam mimpinya. Itu bukan kisah yang akan dia harapkan. Rhea tidak pernah menebak Sekar akan berakhir mati di tangan Arya, juga tidak pernah menebak kehidupan pernikahan Sekar akan lebih sering terselimuti duri dibanding bahagia.Tanpa sadar air mata telah mengalir dari kedua matanya yang ia tujukan kepada Sekar yang masih duduk didepannya."Sekarang kamu telah tahu ceritaku." Sekar menatap Rhea dengan pandangan yang tak terbaca.Itu membuat Rhea semakin tidak mengerti kenapa dia harus memiliki pengalaman seperti ini. Dia sendiri tidak tahu dia masih hidup atau mati, dan sekarang dia sedang berhadapan dengan tokoh di mimpinya. Rasa-rasanya Rhea sudah tahu seperti apa keterkaitan antara mereka berdua tetapi dia mencoba untuk tidak berpikir kearah itu."Jatuh cinta membuat kita bodoh bukan?" Tanya Sekar, melanjutkan kisahnya dengan
Tepat hari minggu pertama sejak istana berduka atas kematian permaisuri, alun-alun kota ramai dengan berbagai kalangan yang kesemuanya punya satu tujuan. Melihat perang tanding antara rajanya dengan patihnya hingga salah satu diantara mereka mati.Mereka semua sudah tahu mengenai berita cinta segitiga diantara raja ratu dan patihnya. Rakyat biasa mengira itu hanyalah rumor yang dibuat untuk mencoreng nama permaisuri. Namun sekarang melihat dua pria itu bertanding yang kabarnya berhubungan dengan kematian Sekar membuat mereka tertarik mendengar gosip lebih dalam lagi.Pertandingan masih akan dimulai di sore hari namun saat siang alun-alun sudah padat dengan orang. Para pejabat kerajaan sudah berdiri di poskonya masing-masing. Terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung Ayudhipa dan kubu pendukung Arya yang rata-rata dari prajurit bekas perang terakhir.Ketika matahari mulai tergelincir dari puncaknya, rombongan Aryalah yang pertama kali muncul. Dia
Arya langsung melepaskan gagang pedangnya. Seluruh tubuhnya gemetar ketika menyadari apa yang baru saja ia lakukan."Tidak," bisiknya.Dia terduduk lemas ditanah. Matanya menatap siapa yang ia hunus dengan pandangan tidak percaya.Ini semua tidak ada dalam rencananya.Ayudhipa lah yang ingin dia bunuh. Bukan perempuan yang dicintainya yang sekarang tengah berbaring di tanah didepannya dengan darah bersimbah di perutnya."Sekar!" Teriak Ayudhipa.Pria itu menatap pedang yang menancap di perut Sekar dengan ketakutan. Dia segera bersimpuh dan memangkunya."Rwanda!" Teriaknya. Memanggil bawahannya yang izin buang air kecil.Senopati muda itu datang tergopoh-gopoh mendengar teriakan rajanya. Matanya melihat kejadian didepannya dan keterkejutan serta ketakutan terlihat di matanya."Panggil tabib! Cepat!" Perintah Ayudhipa. Suaranya bergetar karena menahan tangis. Matanya telah berkac
Laksita memberitahunya kabar. Kabar yang membuat dia langsung menebaskan pedangnya ke kumpulan bambu didepannya saking inginnya untuk membunuh seseorang. Tidak peduli dia tengah dilihat oleh pasukannya dibelakangnya.Mereka telah memenangkan pertarungan berdarah selama lima bulan sejak dia diutus memimpin wilayah barat. Arya telah mengerahkan seluruh kemampuan mengatur strateginya untuk menaklukkan pasukan koalisi tiga kadipaten paling barat yang ternyata lebih tangguh dari prediksinya. Lalu apa yang dia dapatkan? Hukuman mati dari raja menantinya di ibukota dengan tuduhan perselingkuhan yang tidak pernah dia lakukan bersama Sekar."Tenang Arya, kami disini berada disisimu." Ucap salah satu senopatinya yang segera diangguki yang lain.Namun itu tak menyurutkan kemarahan Arya yang ditujukan kepada rajanya."Bagaimana keadaan permaisuri?" Tanyanya kepada Laksita yang memang tidak ikut dengannya ke perang terakhir.
Sekar jelas-jelas sangat terkejut dan tersinggung dengan tuduhan yang Ayushita arahkan kepadanya. Bagaimana tidak? Dia tidak peduli dan sama sekali tidak ikut campur dengan kehamilan Ayushita sejak awal. Jika bukan karena adat pun dia tak akan mengunjungi selir itu. Kemarin pun dia datang hanya untuk kunjungan singkat. Kegilaan apa yang tengah Ayushita miliki hingga berani menuduhnya seperti itu?"Jaga ucapanmu selir Ayushita. Kau tahu sendiri aku tidak pernah berhubungan denganmu selain kemarin, itupun kau tahu sendiri aku melakukan apa di rumahmu." Balasnya dengan penuh penekanan.Tuduhan semacam ini hanya akan memunculkan rumor yang semakin menyudutkannya."Sebelum kedatanganmu, bayiku sehat-sehat saja. Tapi gara-gara kamu, aku harus kehilangan anakku!" Balas Ayushita histeris. Dia masih menangis terisak dengan tangan memegangi perutnya. Disampingnya seorang dayangnya tengah mencoba menenangkannya."Yang Mulia, kamu harus bersik
Bulan-bulan berlalu seperti lintasan sekejap mata. Kediaman Sekar masih tertutup dan tampak terlihat dingin dibanding rumah-rumah lainnya. Dia lebih suka tinggal di pendopo belakang rumahnya sambil menyesap teh dan melihat senja berakhir.Hubungannya dengan Ayudhipa masih renggang, sesekali dia menerima pria itu datang dan bermalam di rumahnya tapi hubungan mereka tidak sebagus sebelum mereka menikah.Hari ini dia akan menemui salah satu selir. Kehamilan selir Ayushita telah berusia lima bulan dan sesuai adat istiadat, sang permaisuri harus mengunjunginya dan memberi berkat ke bayi itu. Karena sesuai legalitas, setiap anak yang dilahirkan selir akan menjadi milik permaisuri dan anak itu akan memanggil permaisuri dengan sebutan 'ibunda'.Sekar memakai pakaian resminya yang berwarna merah. Dia naik tandu untuk pergi ke kediaman selir yang dituju dengan sepuluh dayang dan kasimnya yang mengikuti dari belakang."Salam Kanjeng Ratu." Serempak