"Sekar?" Pria itu berkata dengan ragu-ragu.
Wanita itu mengangguk kearah pria yang berdiri didepannya. Mereka sekarang tengah berada di halaman belakang rumahnya yang terdapat taman bunga, tempat favoritnya di dunia.
"Kau telah menyelamatkanku, Arya. Kau bisa memanggil namaku. Lagipula sekarang kita berteman, teman saling memanggil dengan nama tanpa embel-embel kehormatan." Jelasnya, ia mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum lebar yang membuat senopati itu sedikit tersipu.
"Sekar." Ucap Arya sekali lagi, kali ini lebih keras dan percaya diri seperti yang diinginkan Sekar.
Sekar senang dengan itu dan berjalan menuju pendhopo yang dibangun diatas kolam ikan, tempat terbaiknya untuk menghabiskan waktu sambil membaca buku cerita. Dia berbalik dan melihat Arya masih berdiri ditempatnya.
"Kenapa masih disana? Ayo kesini. Sangat sulit untuk mengundangmu, aku ingin memperlihatkanmu bunga-bunga milikku." Suruhnya.
Arya mengangguk dan berjalan m
Pengganti Bertha tidak seperti yang ada dalam bayangan Rhea. Aktris itu membayangkan sosok pria tua yang beruban yang tidak ada menarik-menariknya jika itu pria. Jika itu wanita, dia mengharapkan wanita dewasa yang tampak cakap dengan bidangnya. Rhea tidak mengharapkan CEO barunya akan menjadi pria muda, memiliki postur tubuh dan wajah seperti model, yang mungkin berumur lebih muda darinya.Sekali lihat, Reihan sangat meyakinkan untuk menjadi aktor pendatang baru, tetapi tidak meyakinkan menjadi pemimpin perusahaan.Rhea membalas uluran tangannya dengan singkat. Dia menatap pria itu lekat-lekat, mengamati penampilannya. Reihan memiliki rambut yang bisa membuatnya ditolak langsung saat melamar pekerjaan kantoran. Rambutnya curtains dengan warna cokelat gelap dan sedikit helai pirang. Matanya beriris cokkat yang menampilkan kesan hangat saat melihatnya, Rhea langsung teringat mata onyx Hansa yang memiliki kesan berbeda darinya. Ia juga memiliki freckless samar-samar dise
Secara mengejutkan, dia mengiyakan.Rhea tidak tahu apa dia telah membuat langkah yang salah atau tidak, karena setelah dia menjawab pertanyaan dadakan mengenai kencan dengan anggukan singkat, Hansa langsung memeluknya. Benar-benar memeluknya dengan erat sampai Rhea yang memutuskan untuk bergeliat dibawah dekapannya, mencoba melepaskan diri."Ada apa denganmu?"Hansa sedikit aneh dari hari-hari biasanya dan itu membuat Rhea menjadi curiga. Ketika orang menyembunyikan sesuatu dari pasangan, orang itu akan sedikit banyak bertingkah berbeda dari kebiasaannya."Apa tadi? Kenapa kantormu banyak bunga?" Hansa bertanya, meski dia tahu sendiri jawabannya, dia ingin Rhea menjawabnya."Oh itu karena pemimpin baru kita datang. Namanya Reihan." Balas Rhea santai.Rhea memutuskan untuk tidak meremehkan Reihan karena penampilannya. Dia terlihat profesional dalam diskusi tadi, dan bahkan berani membuatnya kembali berpikir mengenai peran utama.Sebal
Hal pertama yang mereka lakukan setelah pulang ke rumah adalah langsung pergi ke kamar. Mereka menaiki tangga bersama, saling tertawa meskipun tidak ada hal-hal lucu di antara mereka. Peristiwa di puncak terakhir biang lala secara mengejutkan membuat hubungan mereka menjadi lebih kuat. Hansa menyukai hari ini. Rencananya sukses besar, Rhea mengaku mencintainya, Hansa tidak mengakui kata 'mungkin' yang terselip di kalimatnya. Rhea menciumnya, mereka saling berciuman sampai diinterupsi oleh pekerja biang lala. Mengingat kejadian itu membuat Hansa ingin tertawa bersorak layaknya remaja puber yang baru kenal namanya pacaran. "Kamu mandi lebih dulu." Suruh Rhea. Dia sendiri telah duduk di meja rias dan sedang menghapus make up-nya. Hansa mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi. Rhea melihatnya lewat kaca cerminnya. Setelah melihat Hansa masuk ke dalam kamar mandi. Dia segera berjalan menuju kamar pakaiannya, mengambil gaun malam satinnya yang berwarna bu
"Aku punya berita untukmu." Ucap Rhea dan Kay secara bersamaan.Mata Rhea membulat terkejut karena ini kejadian ketidaksengajaan yang langka. Rhea kemudian melihat Kay yang juga terkejut ditempat. Pasalnya, mereka secara tidak sengaja berbicara dalam kalimat yang sama secara berbarengan."Siapa duluan?" Tanyanya. Dia hanya punya waktu sekitar lima belas menit sebelum kembali syuting adegan ke 256."Kamu mungkin terkejut mendengar ini, tetapi aku akhirnya mengetahui alasan kenapa Shelly tidak berani menggarong lagi." Kay menyeringai. Ia senang tertawa diatas penderitaan musuh-musuhnya."Sebenarnya itu karena suamimu." Tambahnya.Kesukaan Kay kepada Hansa bertambah karena rumor yang beredar kuat. Siapa sangka, dari terkena kemalangan ditinggal tunangan selingkuh hingga pernikahannya terancam gagal, nyatanya Rhea malah mendapat pengganti yang berkali-kali lipat. Dia punya Hansa Adiwinata yang memiliki aspek-aspek kualitas seorang pria. Pria itu punya
Rhea telah memilih hari ini sebagai pertemuan perdananya dengan teman penanya. Seperti yang dia tuliskan, ia yang memilih tanggal sedangkan dia yang memilih tempatnya. Dan sepertinya dia lupa untuk memberitahu temannya itu bahwa dia adalah seorang publik figure sensasional satu negara yang tidak bisa berada di tempat-tempat tertentu yang penuh dengan keramaian. Sudah terlambat untuk memberitahunya, sehingga Rhea dengan terpaksa harus melakukan perlindungan ekstra untuk dirinya sebelum duduk menanti di sudut kursi kafe yang tengah hits di kalangan anak muda akhir-akhir ini.Waktu perjanjian mereka adalah di pukul tujuh pagi, dan sekarang kurang sepuluh menit lagi sebelum pria itu datang jika dia orang yang tepat waktu. Siapa tahu teman penanya ternyata salah satu pengikut jam karet.Rhea melihat suasana sekelilingnya. Untungnya, ini masih pagi sehingga tempat tidak terlalu ramai tetapi tidak bisa dikatakan lengang juga. Rhea mengetatkan maskernya, dia mencoba berpakaian
Inilah hidup, pikirnya.Dua kata itu lah yang pertama kali terbesit di pikirannya ketika dia berdiri di atas marmer putih ruang tamu rumahnya, menatap ke arah sofa biru dimana Hansa tengah duduk dan tampak serius dengan tabletnya hingga tidak menyadari dia sudah pulang.Rhea pernah bilang dia tidak akan menyukai Hansa. Tidak akan menganggapnya suaminya. Tidak akan ada cinta, yang mana bagian itu ia masih ragu. Tapi disinilah ia, merasa sedikit kecewa hanya karena Hansa tidak menyapanya.Ia melangkahkan kakinya dalam langkah pelan, berhati-hati agar sepatu ketsnya tidak menimbulkan terlalu banyak suara. Dia berniat untuk pergi ke lantai atas tanpa di ketahui Hansa."Oh aku tahu kau pulang."Suara itu membuat Rhea berhenti melangkah dan berbalik untuk melihat Hansa yang menyilangkan kakinya dengan santai dan telah menurunkan tabletnya ke pangkuannya.Rhea menyibakkan rambutnya dengan angkuh. "Aku tidak ingin mengganggu kegiatanmu."
Apa yang Sekar paling malas untuk dia lakukan adalah ia disuruh keluar dari kediamannya untuk bertemu dengan selir-selir ayahnya sekaligus saudara-saudara tirinya yang tidak pernah dia anggap saudara. Tetapi disinilah dia sekarang, duduk di pendopo utama rumah dengan wajah tertekuk, mendengarkan dengan setengah hati kepada selir Mantraya yang naik pangkat jadi ibu rumah setelah kematian ibunya. Selir Mantraya bukan selir tercantik atau yang paling disukai oleh ayahnya, dia hanya mengangkatnya karea Mantraya berhasil melahirkan putra pertama yang akan menjadi pewaris keluarga ini dan bla bla bla...Selir Mantraya tampaknya sangat bersemangat dengan status barunya dan memberi wejangan lama mengenai pernikahan kepada saudara tirinya Ambara yang akan menikah dengan anak seorang saudagar."Sekar...," Panggilnya dalam nada lemah lembut."Apa?" Balas putri itu kesal. Selir Mantraya ini sepanjang hidupnya mencoba menggulingkan ibunya dari posisinya, sudah pasti dia juga
"Cut!"Rhea dan Malik menatap kearah Toni yang berteriak lalu bertepuk tangan bahagia. Mereka kemudian merasa lega karena telah berhasil melakoni adegan paling sulit sekaligus paling akhir. Dibutuhkan tiga kali retake ulang, dan itu termasuk bagus karena ada banyak emosi yang terlibat dan semua itu harus dimunculkan dengan seksama karena adegan ini jelas harus bisa membuat penonton termenung dan menginterpretasi gambar.Berakhirnya adegan ini juga menjadi akhir Rhea dalam proses syuting indoor dan tinggal menunggu syuting out door yang tempatnya telah ditentukan yaitu di suatu tempat di Kalimantan yang masih memiliki hutan-hutan alami yang bisa digunakan. Setelah itu, mereka melakukan promosi drama selama sekitar satu bulan sebelum benar-benar dikatakan selesai."Senang bekerja denganmu Malik." Ucapnya."Aku juga, Rhea." Balas Malik.Mereka berdua kemudian pergi ke tempat tunggu masing-masing. Di perjalanan, Toni mendekatinya dan menepuk-nepuk pung