Beranda / Romansa / After We Kissed / 45. Detik-Detik

Share

45. Detik-Detik

Penulis: Gitapuccino
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-28 16:44:04

Seiring berjalannya waktu perut rata Laura semakin menunjukkan perubahan. Perut ratanya telah berubah lebih membuncit tidak seperti kehamilan pada umumnya. Dokter Jarvis bilang hal itu sangatlah wajar mengingat ada dua orang nyawa manusia di sana. Padahal kandungan Laura baru berjalan lima bulan, tapi dirinya sudah merasa kesusahan membawa badan. Nafsu makannya menjadi berkali-kali lipat serta mengubah badan sintalnya menjadi lebih chubby di beberapa bagian. Perubahan bentuk tubuh yang sedrastis itu terkadang membuat insekuritas dalam diri Laura memuncak. Selama tiga puluh tahun semasa hidupnya Laura tumbuh dengan bentuk tubuh ideal dan sejak ia dinyatakan hamil tiba-tiba saja tubuhnya membengkak secara drastis dan itu membuatnya agak frustasi. Laura sering kali berpikiran tidak pada tempatnya saat melihat perempuan cantik berbadan aduhai lewat disebelahnya.

“Kamu mikirin apa sih? Kamu cantik, Laura. Dan kamu sedang mengandung anak-anakku, jadi kecantikanmu selalu berli

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Gitapuccino
makasih uda selalu support mba
goodnovel comment avatar
rosinta.dame
alurnya agak melambat ya Thor hehehe
goodnovel comment avatar
Elvy Tan
jangan mau Sama doctor yg lain..pasti doctor yg alana pilih nanti udah bersekongkol sama alana...si ular harus mendapat balasan ya thor..benci banget aku sama ular..Ngak punya penyesalan si alana ular tu...semoga oliver bkn anak si abe bego..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • After We Kissed   46. Terlanjur Basah

    Rangkulan Laura di lengan Abraham mengetat. Persiapan yang mereka berdua lakukan sudah matang. Terlalu matang malahan. Bahkan atas saran dari Laura pula, Abraham bahkan telah mempersiapkan segala kemungkinan terburuk. Namun tidak ada yang sanggup memprediksi bagaimana isi hati manusia. Ketika semua rangkaian tes telah dilakukan selesai dan hasil yang paling ditunggu-tunggu akhirnya diumumkan dalam bentuk lembaran kertas, Abraham tidak bisa menahan lagi bendungan emosinya.“It’s bullshit!!” sergah Abraham penuh emosi. Spontan saja ia menarik kerah snelli laki-laki di depannya dengan tatapan mengintimidasi. “Anda dibayar berapa sama Alana, hah!”“Apa maksud Anda?!” kata dokter itu tidak terima atas tuduhan Abraham. “Saya bisa berbalik melaporkan Anda karena pencemaran nama baik, Dokter Wibisana.”Abraham berdecak lalu melepaskan cengkramannya. Abraham sungguh tidak bisa menerima apa yang tertulis dalam lembaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-29
  • After We Kissed   47. Aku Kuat

    Laura menyaksikan dengan kedua matanya pertemuan antara ayah dan anak di rumahnya. Ia hanya menatap ke satu titik betapa bahagianya Oliver saat Abraham mengusap pelan kepala anak itu. Dada Laura berdenyut, terasa ngilu sekali. Perasaannya bercampur aduk jadi satu. Ia juga ikut senang sekaligus sedih dalam waktu bersamaan. Genggaman erat Arabella menyapa punggung tangannya. Adik perempuan Abraham itu seakan memberikan kekuatan untuknya, dan Laura sangat berterima kasih akan hal itu.Percakapan antara keluarga kecil itu terjadi. Abraham mulai terlihat rileks walaupun sesekali matanya yang tajam itu melirik ke arah Laura. Laki-laki itu mengkhawatirkannya. Amat sangat mengkhawatirkannya. Sementara Laura bisa apa? Ia tidak mungkin bisa memberikan senyum setulus yang biasa ia berikan. Laura takut jika hal itu sampai ia lakukan maka pertahanannya sejak tadi akan terbuang sia-sia. Laura tidak ingin menangis. Ia tidak ingin seorang pun melihat airmatanya menetes. Ah … tapi lagi

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • After We Kissed   48. Ular Itu Berbisa

    “Hipertensi?!”Laura diam mematung. Untuk orang normal saja tekanan darah tinggi cukup membahayakan karena bisa mengakibatkan stroke dan penyakit komplikasi lainnya. Sekarang bagaimana bisa seorang perempuan yang tengah hamil terkena penyakit itu? Laura bukan perempuan bodoh yang tidak mengerti seperti apa bahayanya untuk perempuan hamil. Apa yang salah dengan dirinya? Makanan apa yang terakhir ia makan? Dan kenapa sampai bisa seperti ini? Berbagai pertanyaan berkecambuk dalam pikiran Laura. Tentu saja ia menyalahkan diri. Karena semua tidak mungkin terjadi kalau bukan kelalaiannya.“Kenapa bisa jadi seperti ini?” tanya Abraham.Dokter Jarvis menggeleng. “Belum ada yang menemukan apa penyebabnya, Ab. Kemungkinan karena asupan makanan yang tanpa kita sadari terlalu banyak mengandung garam. Hipertensi untuk ibu hamil memang berbahaya, tapi untung cepat diketahui.”Kembali Laura tidak menyahut. Ia hanya meremas tangan Frey

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • After We Kissed   49. Keputusan

    “Kamu berani menamparku?!”“Perempuan jalang sepertimu memang pantas menerimanya.”Tatapan nyalang penuh amarah sekaligus kebencian terpancar di wajah Alana. Alana tampak tidak terima ditampar dihadapan banyak orang yang notabene dikenalnya dengan amat baik. Perempuan itu mengibas rambut panjangnya dengan angkuh. Ia mendekati Laura dan hendak membalas tamparan yang membuatnya malu setengah mati. Aksi Alana itu tentu dihentikan oleh Abraham yang langsung memasang badannya sendiri—tamparan itu tepat mengenai pipi kirinya.“Minggir, Ab! Urusanku dengannya belum selesai,” kata Alana penuh murka.“Jangan halangi aku, Mas. Akan kurobek mulut berbisanya itu agar perempuan ini sadar dan tahu di mana posisinya. Supaya dia nggak halu sepanjang jalan.”Laura menatap wajah Abraham yang tengah mendekapnya. Sungguh tidak pernah terpikirkan dalam hidup Laura jika tragedi hidupnya akan penuh drama seperti sinet

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • After We Kissed   50. Gawat

    Tingkepan alias acara tujuh bulanan merupakan prosesi adat masyarakat Jawa yang ditujukan bagi perempuan dengan kehamilan mencapai usia tujuh bulan. Upacara tingkepan sebetulnya mengandung artian ucapan terima kasih, doa serta harapan kepada Tuhan agar segala proses menuju dan sesudah kelahiran berjalan dengan lancar. Namun pada pelaksanaannya, prosesi tingkepan sangat beragam meskipun tujuannya sama. Mulai dari acara siraman sampai acara jualan dawet atau rujak, semua memiliki arti tersendiri. Seharusnya acara tujuh bulanan akan dilakukan di rumah Mama dan tentu saja semua perlengkapan sudah tersedia di sana. Namun tiba-tiba saja Laura menolaknya. Laura bersikeras membujuk Sang Mama untuk membatalkan acara tingkepan itu. Tidak ada alasan yang jelas. Laura sedang tidak ingin bertemu siapapun. Khususnya Abraham. Dua minggu sejak Abraham mengantarnya ke rumah Mama malam itu, tidak sekalipun Laura mau bertemu dengannya. Hampir setiap hari Abraham datang ke rumah Mama, tapi suami Laura

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • After We Kissed   51. Ini Salahku, Pa

    Pasca pengantaran Laura ke rumah Mama malam itu terasa bagaikan di neraka yang Abraham rasakan. Jangankan buat bertemu, mengangkat telepon saja Laura enggan. Satu atau dua hari mungkin masih bisa dibilang wajar, tapi ini? Hampir setiap hari bahkan setiap waktu Abraham selalu menyempatkan diri datang langsung ke rumah Mama dan Laura selalu menolak segala bentuk komunikasi dengannya. Sejenak pikiran Abraham berlari pada percakapan singkatnya dengan Mama mertuanya itu.“Kalian punya masalah apa sampai Laura kembali pulang kemari, Ab. Mama dan Papa bukan mau ikut campur, tapi misalkan ada yang bisa kami berdua lakukan nggak ada salahnya, kan?”Abraham menatap Mama mertuanya itu dalam diam. Biar bagaimanapun masalah yang saat ini tengah ia hadapi dengan Laura biarlah menjadi masalah mereka berdua saja. Setidaknya untuk saat ini sampai Abraham memiliki waktu yang pas untuk menceritakan semuanya.“Mama jujur menaruh curiga, Ab. Masalahnya Laura bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • After We Kissed   52. Sesal Tiada Guna

    Abraham duduk sembari menggenggam jemari yang terasa dingin karena pendingin ruangan. Abraham tidak ingat kapan terakhir kalinya menggenggam tangan Laura sedemikian eratnya seperti sekarang. Wajah perempuan yang amat sangat dicintainya itu terbaring tidak berdaya dengan selang dan perangkat yang tidak lumrah menempel di tangan dan wajahnya. Bahkan ketika tertidur begini saja Laura masih terlihat cantik. Bagaimana jika bibir yang tertutup rapat itu terbuka dan menyungging senyuman? Pasti akan berkali-kali lipat kecantikannya.“Laura—”Panggilan lirih yang Abraham lontarkan kesekian kalinya belum mendapat respon dari Laura. Laura masih dalam keadaan konstan. Tidak ada pergerakan bahkan sekecil apapun.“Laura—”Mendadak Abraham merindukan celotehan Laura di pagi hari yang selalu memarahinya ketika handuk bekas ia pakai ditinggalkan begitu saja di atas tempat tidur dan bukan diletakkan pada gantungan yang memang sengaja dis

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • After We Kissed   53. Koma

    Hari kedua masih tetap sama. Belum ada tanda-tanda Laura akan membuka mata. Bergiliran perawat masuk ke ruangan intensif bersama dengan Dokter Jarvis memantau perkembangan Laura. Mulai dari menstabilkan jalan pernapasan dan sirkulasi darah. Semua dilakukan secara maksimal oleh dokter terbaik. Dan suatu hal yang membuat Abraham tertegun tanpa berkata-kata adalah saat Dokter Jarvis tidak bisa memprediksi lamanya fase koma yang dialami Laura. Semakin lama koma berlangsung, maka semakin buruk pula prognosisnya. Atau dengan kata lain kerusakan pada sel otak akan semakin berat sehingga dapat mengakibatkan pasien koma mengalami kecacatan permanen atau bahkan lebih buruk dari itu, Laura tidak akan membuka matanya lagi.Penjelasan Dokter Jarvis memukul keras hati Abraham. Tidak tahu bagaimana ekspresi wajah yang ia tampilkan sekarang, Abraham tidak peduli lagi. Bahkan kepalan tangannya sendiripun meninggalkan bekas kuku karena terlalu kuat menggenggam. Tepukan yang diberikan Dokter Ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23

Bab terbaru

  • After We Kissed   Last Part - After We Kissed

    Abraham menatap dalam diam ke pusara yang penuh dengan taburan bunga. Abraham masih tidak percaya jika perempuan yang dulu pernah memenuhi hatinya itu akan tertidur di sana dengan begitu cepat. Kita tidak bisa memprediksi umur manusia dan Abraham tentu saja tahu itu sejak lama. Meskipun tahun telah berganti, namun rasa tidak percaya itu masih membekas dihatinya. Perempuan itu amat sangat berarti dihatinya dan akan selalu menempati tempat khusus dihatinya. Tidak peduli apa yang dulu perempuan itu lakukan padanya, Abraham tetap akan selalu mengingat perempuan itu. Oliver menepuk pundaknya perlahan—membawanya kembali pada kenyataan di depannya. “Ayah, ayo kita pulang!” ajak Oliver dengan tangan yang penuh dengan keranjang bunga. “Sudah selesai kirim doanya? Ayah bisa kok menunggu sedikit lebih lama,” tukas Abraham. Oliver menggeleng. “Sudah cukup, nanti Oliver bisa melanjutkannya di rumah.” “Yakin? Nanti Bunda kira Ayah yang nggak sabaran ingin c

  • After We Kissed   Extra Part 3 - Putri Kecilku

    Begitu tahu istrinya tengah berbadan dua lagi, Abraham kembali mengaktifkan mode posesif pada dirinya sekali lagi. Semua anggota keluarga dilibatkan olehnya sampai-sampai membuat Laura geleng-geleng kepala. Bagi Laura, kewaspadaan Abraham saja sudah cukup tidak perlu sampai merepotkan anggota keluarga lainnya segala. Tapi Laura seakan lupa kalau perkataan Abraham tidak ada bedanya dari sebuah perintah dari Hitler yang artinya adalah mutlak. Tidak boleh melakukan ini dan itu, tidak boleh ke sana dan kemari selain untuk keperluan ke kamar mandi. Laura jadi teringat bagaimana obrolan random namun berakhir dengan kekesalan saat Abraham membalas sindirannya. “Begini ibaratnya kalau Mas di rumah terus pasti bahkan ke kamar mandi pun aku digendong ala tuan putri. Lebay banget sih aku!” “Kamu ingin aku melakukan itu? Ok, mulai besok aku akan membawa pekerjaanku ke rumah lagi untuk mengabulkan permintaanmu itu. No worry, Sweetheart. I’ll do it for you!” See? Sindiran

  • After We Kissed   Extra Part 2 - Anugerah Tuhan

    Hampir setiap pagi kediaman Laura gaduh setiap harinya. Dua bayi besarnya sama-sama tidak membantu pekerjaannya sama sekali. Oliver yang tidak kunjung mau beranjak dari tempatnya sungguh memancing emosi Laura. “Oliver, stop bermain dengan Si Kembar. Cepat mandi katanya kemarin ada piket kelas.” Putra sulung Laura itu benar-benar memanfaatkan waktu luangnya untuk menyempatkan diri bermain dengan Si Kembar di dalam boks mereka. Mulanya Laura tersentuh, tapi setelah tahu Oliver menjadi terlambat ke sekolah karenanya, Laura benar-benar mencegahnya. Tapi tetap saja anak itu bersikap acuh dengan panggilannya. “Oliver, tolong dengarkan Bunda, Nak. Nanti kamu terlambat datang ke sekolah.” “Oliver—” Satu kata dari Abraham langsung membuat Oliver menurut kemudian keluar dari kamar Laura menuju kamar mandi. Masih untung Abraham bisa membantu menghandle anak itu meskipun mereka berdua sering terlibat argumen tidak penting di lain kesempatan. Lain Oliver l

  • After We Kissed   Extra Part 1 - Perayaan Ultah

    Tiga tahun kemudian … Tidak ada kebahagiaan yang kekal bagi Laura dan Abraham selain berkumpul bersama dengan keluarga. Baginya keluarga lebih dari segalanya. Berada di antara empat laki-laki benar-benar menguras tenaganya. Laura menemukan lagi satu sifat Oliver yaitu keras kepala. Terlalu keras kepala malahan. Oliver akan tetap keukeuh dengan pendirian serta kemauannya meski harus beradu argumen dengan lawan bicaranya. Laura terkadang harus menyerah karena salah satu sifatnya itu. Pembawaannya yang mendadak berubah dewasa, ditambah tubuh jangkungnya yang melebihi teman sebayanya, tidak akan ada yang percaya jika usia anak itu belum genap sepuluh tahun. Mendadak Laura merindukan Oliver yang dulu. Rasanya waktu berlalu sangat begitu cepat. Laura menghampiri Si Kembar. Dua jagoan yang beberapa bulan ini sedang aktif menjelajahi rumah benar-benar tidak bisa jauh dari jangkauan dan pengawasannya. Untuk itu kehadiran Mbak Omas ditengah-tengah keluarga kecilnya sangat memb

  • After We Kissed   60. Perubahan dan Bahagia

    Satu bulan adalah masa percobaan yang Laura dan Abraham sepakati bersama untuk Oliver. Jika selama itu malah memperburuk keadaan Oliver, maka dengan terpaksa home schooling adalah satu-satunya jalan keluar untuk mengatasinya. Atau dengan kata lain mereka diminta menyerah dan menerima semua kekurangan Oliver.Satu minggu pertama di sekolah. Oliver masih tidak menunjukkan respon apapun saat ditanya dalam hal pelajaran. Tapi anehnya setiap kali diminta mengerjakan soal di depan papan tulis, Oliver dapat dengan mudah menyelesaikannya dengan baik. Terlalu baik malah. Yang berarti putranya itu anak yang pintar, kan? Paling tidak itu yang telah Laura ketahui darinya. Jika tidak terlampau sibuk Laura dan Abraham akan datang bergantian melihat kegiatan apa saja yang dilakukan Oliver selama di sekolah. Nihil. Oliver hampir tidak melakukan apapun kalau bukan gurunya yang meminta. Soal pertemanan jangan ditanya. Jelas belum ada teman disekitaran Oliver. Berdiri ditengah kelas saat perten

  • After We Kissed   59. Fakta Oliver

    Satu minggu pasca kedatangan Oliver di rumah. Mendadak rumah yang biasanya sepi menjadi ramai tak terkendali. Papa dan Mama Laura semakin sering singgah ke rumahnya dengan dalih menengok cucu. Oliver yang pemalu menjadi lebih berani mengutarakan keinginannya meski harus menggunakan bahasa tulisan. Oliver sering kali memberi selembar kertas bertuliskan kata ‘Bunda’ pada Laura. Sungguh kalau mata ini bukanlah ciptaan Sang Pemilik Semesta, pasti cairan bening ini sudah bolak-balik turun dengan derasnya. Laura merengkuh laki-laki kecil di depannya dengan sayang. Sejenak ia mengumpat dalam hati. Di mana otak Alana sampai hati meninggalkan anak tidak berdosa sendirian di dunia ini.“Iya, Sayang. Oliver juga boleh kok panggil Tante Bunda,” kata Laura tanpa mau melepaskan pelukannya.Bahu yang Laura peluk benar-benar kecil. Jadi bagaimana mungkin sanggup mengarungi dunia luar yang kejam sendirian.“Oliver senang tinggal di sini sama, Bunda?

  • After We Kissed   58. Welcome, Anak-Anakku

    Laura masih belum dapat melupakan raut wajah Abraham ketika mendengar permintaannya beberapa hari yang lalu. Wajah tampan suaminya itu mendadak berubah dingin saat menutup pintu kamar mandi dan menghabiskan waktunya di sana. Laura tahu permintaannya kali ini cukup sulit. Status Oliver sudah jelas. Anak itu bukanlah darah daging Abraham namun kenapa Laura masih mengajukan permintaan yang membuat Abraham bingung? Entahlah. Laura juga tidak tahu. Laura hanya ingin mengikuti kata hati yang menuntunnya saja. Menginginkan anak orang lain agar menjadi miliknya mungkin terdengar gila. Dan Laura menyadarinya. Tapi mata tanpa dosa yang tengah menatapnya kala itu seakan meminta pertolongan. Seorang ibu mana yang tega ditatap dengan raut wajah memelas seperti itu? Laura pikir tentu tidak akan ada.“Memastikan kehidupan Oliver bisa kita lakukan dari jauh bukan berarti harus membawanya ikut serta pulang ke rumah.”Kata-kata Abraham terus terngiang-ngiang di kepala Laura.

  • After We Kissed   57. Kejutan Berdarah (3)

    Oliver akhirnya ditemukan. Anak laki-laki malang itu berada di pusat rehabilitasi anak dibawah naungan rumah sakit tempat Alana dulu dirawat. Oliver ditempatkan di dalam sebuah kamar tersendiri di mana hanya ada tempat tidur dan pendingin ruangan saja. Laura mendekati anak berusia hampir tujuh tahun itu perlahan. Sinar di matanya seakan meredup. Tanpa fokus pada siapa yang mengunjunginya kecuali menyibukkan diri pada selembar kertas dan pensil warna ditangan. Laura menoleh, seolah meminta penjelasan pada dokter yang berdiri disampingnya. “Anak ini sedikit terguncang. Kabarnya ketika ibunya meninggal, dia berada di sana sendirian. Sekarang saya sedang melakukan terapi dan berusaha mengembalikan emosinya.” Beberapa pasien yang ditangani Dokter Kevin adalah anak-anak korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Dan Oliver divonis masuk dalam kategori itu. “Disamping itu saya juga curiga kalau anak ini tidak terlahir bisu. Melainkan karena masalah psikologis.”

  • After We Kissed   56. Kejutan Berdarah (2)

    Galileo menampakkan wajahnya setelah sekian lama. Jika kemarin Laura menerima Freya di dalam kamar peraduannya, sayangnya tidak untuk kali ini. Laura menyapa Galileo ketika laki-laki itu tengah duduk bersandar sembari menyeruput minuman yang disuguhkan Mbak Omas di ruang tamu.“Sudah bisa jalan ternyata,” sapa Galileo ketika melihat Laura muncul menuruni tangga. Laki-laki itu menjabat tangan Laura kuat setelah diam beberapa saat.“Aku sudah dengar semuanya dari Freya semalam. Aku turut prihatin tapi juga turut senang atas kelahiran dua jagoan kalian,” kata Galileo melanjutkan.“Makasih, Mas. Ada banyak hal yang terjadi ketika melahirkan makanya baik aku maupun Mas Abe nggak sempat memberitahu siapa-siapa. Lagipula keadaanku nggak terlalu baik saat itu.”“Yah, andaikan aku tahu pun sepertinya nggak akan banyak membantu juga. Aku nggak punya wewenang untuk membantumu, apalagi memaksamu.”Hening …

DMCA.com Protection Status