"Darren, cepat selesaikan urusanmu di sini. Dan cepatlah kalian pulang," ucap Nyonya Hawk sembari mengusap pipi Darren. Sepasang netranya menatap Darren dan Xavia secara bergantian. Ada kegundahan di hatinya, entah apa.
Mereka sedang berada di bandara saat ini. Nyonya Hawk beserta bodyguard-nya, Raymond dan Lukas sudah bersiap untuk meninggalkan Perancis.
"Aku dan Xavia akan segera pulang lusa nanti. Tunggulah kami di New York," balas Darren sembari tersenyum tipis.
Nyonya Hawk segera meraih Darren dan Xavia ke dalam pelukannya. Dia sangat menyayangi kedua orang itu. Entah mengapa ada perasaan yang aneh saat ini. Perasaan seolah dia tak akan melihat Darren lagi. Darren atau pun Xavia, keduanya merasa nyaman berada dalam pelukan wanita cantik itu.
"Baiklah, Mama harus segera pergi. Papamu terus menelepon dari tadi," ucap Nyonya Hawk usai melepaskan pelukannya dari Darren dan Xavia. Dia menoleh pada Xavia seraya mengusap pipi gadis cantik di depannya itu, "
Darren sangat ingin mengejar mobil Aaron yang membawa Xavia pergi. Dia sangat mencemaskan kekasihnya itu. Tentu saja. Namun para bandit itu tak henti memberinya pukulan demi pukulan. Tidak, keselamatan Xavia jauh lebih penting!Dengan sisa tenaga yang Darren miliki. Dia segera bangkit berlari menuju mobilnya. Bagaimanapun dia harus menyelamatkan Xavia."Hei, pengecut! Rupanya kau mau lari seperti seekor tikus betina, hah?!" teriak salah satu dari para bandit itu.Darren tak perduli, yang terpenting adalah Xavia. Dia pun bergegas memasuki mobilnya."Hei, pengecut!" teriak pria itu lagi, sedangkan Darren sudah mulai melajukan mobilnya."Tangkap dia, bodoh! Jangan sampai lolos! Kita habisi dia!" teriaknya lagi pada semua orang-orangnya.Mereka pun berusaha menghadang mobil Darren beramai-ramai. Darren mulai kesal, dia segera menambah kecepatan dan menabrak beberapa pria yang menghadangnya itu."Shit!""Kejar dia. Cepat!"Para b
Darren segera bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki. Dia segera mencengkeram bahu Aaron dari belakang, lantas menariknya agar menjauh dari Xavia."Beraninya kau menyentuh Xavia! Rasakan ini, brengsek!" Darren menghajar Aaron dengan kepalan kekar tangannya.Seketika pria itu pun tersungkur menubruk meja rias di sana. Sedangkan Xavia segera bangkit dan berlari menuju pintu keluar untuk mencari pertolongan.Namun ternyata di luar sangat sepi. Kemana semua orang-orang yang tadi sedang berpesta di sini? Pikir Xavia bingung. Dia pun segera berlari menuju gerbang tempat kontruksi itu. Ya, dia mendengar suara sirine polisi. Pasti itu Jeremy bersama para polisi, pikir Xavia.Langkah kecil setengah berlari, Xavia segera mencegat mobil polisi itu."Berhenti! Kumohon tolong Darren-ku!" teriak Xavia sambil melambaikan tangannya."Nona Price?!" Jeremy segera menepikan mobilnya. Dia keluar dan langsung berlari menuju Xavia."Nona Price, dimana Bos?"
PLAAKK!!Tamparan keras mendarat pada pipi kiri Julie. Nyonya Hawk menatapnya tajam, dengan kedua bahunya yang turun naik menahan emosi. Sepertinya tamparan itu cukup menegaskan; apa kedudukkan wanita di hadapannya itu, sampai-sampai dia berani mengatakan hal konyol tadi.Meminta Darren menikahinya? Dasar sinting! Nyonya Hawk tampak sangat murka pada Julie. Sedangkan Xavia hanya membungkam mulutnya kaget. Dia tak menyangka Nyonya Hawk semarah itu pada Julie.Sejujurnya ia pun sangat kesal mendengar tutur wanita itu. Namun ini bukan saatnya untuk berdebat. Darren sedang kritis sekarang, dia sangat membutuhkan tranfusi darah itu.Julie menatap Nyonya Hawk dengan wajah merah memanas. Dia menoleh seketika pada dokter yang sedang berdiri di sampingnya. Wanita dengan stelan serba hijau itu hanya menunduk tak nyaman atas pandangan Julie padanya."Beraninya kau mengatakan hal bodoh seperti itu. Kau pikir siapa dirimu ini? Apa kau pantas untuk puterak
Nyonya Hawk menyeka titik kecil yang ingin terjatuh dari sudut matanya. Kenapa ini sangat sakit baginya. Apa yang harus ia katakan pada Darren saat puteranya itu tersadar nanti. Kenyataannya Darren harus menikahi Julie, karena wanita itu telah menyelamatkan nyawanya. Dan si brengsek itu meminta syarat yang sangat konyol; menikahinya."Xavia," lirih Nyonya Hawk. Tangannya terulur pada bahu mungil Xavia. Meremasnya, menguatkan gadis itu yang mulai menitikan air matanya."Ma, jangan katakan apa pun pada Darren. Biarkan Darren mengetahuinya saat dia sudah menikahi Julie. Kumohon," lirih Xavia sembari menatap bola mata kebiruan Nyonya Hawk. Penuh harap dan sedih.Nyonya Hawk hanya mengangguk. Wajah putihnya berubah merah menahan tangis. Dia segera meraih Xavia dalam pelukannya. Xavia pun menangis sejadinya. Mungkin ini akhir kisahnya dengan Darren. Pria tampan yang sangat ia cintai. Nyatanya Young Master Hawk memang bukan tercipta untuknya.Julie hanya memalin
Hari berikutnya Nyonya Hawk, Darren dan Xavia tiba di New York. Darren sangat senang karena ternyata ibunya sudah menyiapkan pesta pernikahan untuknya. Sedangkan Xavia sangat sedih, karena Darren akan segera menikah dengan Julie.Julie sendiri sudah berada di rumah orang tua Darren. Hanya saja Nyonya Hawk melarang gadis itu untuk menunjukkan wajahnya di hadapan Darren sebelum pernikahan.Nyonya Hawk tahu, pasti Darren takkan mau menikahi Julie jika mengetahui semua ini lebih awal. Sedangkan Xavia sendiri akan kembali ke Paris esok pagi."Ayo Darren. Kau dan Xavia harus beristirahat, bukan?" tukas Nyonya Hawk segera menggiring Darren dan Xavia menuju tengah rumah.Darren mengulas senyum melihat banyak pelayan yang sedang menatata ruang tengah rumahnya itu. Pasti akan ada pesta yang meriah di sini besok malam, pikirnya.Wajahnya menoleh pada Xavia. Namun gadis itu tampak tidak senang melihat semua persiapan ini.Ada apa dengan Xavia? Kenapa dia
Darren tampak sedang berdiri di tepi jendela kamarnya. Nyonya Hawk baru saja memasuki kamar. Sedikit canggung dan cemas pada Darren yang dari kemarin tak mau lagi bicara padanya."Tinggalkan kamarku, Ma!" perintah Darren tanpa mau menoleh."Sayang, aku tahu kau sangat marah padaku. Namun, alangkah baiknya bila kau jemput Xavia kembali. Bawalah calon menantu Mama itu pulang, Darren." Nyonya Hawk bicara dengan suaranya yang serak."Dimana Xavia sekarang?" tanya Darren. Dia menoleh pada wanita di belakangnya itu."Paris. Xavia ada di Paris. Di apartemennya yang dulu," jawab Nyonya Hawk lirih.Darren segera mendekatinya, lantas memeluk tubuh tinggi ibunya itu. Nyonya Hawk menangis dalam pelukan Darren. Sedangkan Tuan Hardin Hawk hanya memandangi mereka dari ambang pintu dengan terharu.***Pukul 21:00 waktu Perancis.Xavia sedang bersiap untuk tidur. Tubuhnya sangat kelelahan karena jadwal pemotretannya yang mulai padat. Terleb
Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar. ~Jalaluddin Rumi~ *** Musim panas di kota New York. Tampak beberapa orang yang sedang berlari pagi bersama orang terdekatnya. Ada juga yang tampak menenteng tali pengikat leher anjingnya sambil berjalan-jalan santai. Ya, pagi yang cerah. Pasti lebih seru jika berjoging sambil mengajak peliharaan tersayang. Ide yang bagus, bukan? Di sebuah kamar hotel yang luas dan mewah. Tampak seorang pria dengan postur tubuh atletis yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan handuk putih yang melilit di pinggang, pria itu tampak menawan dengan dada bidangnya dan otot-otot perutnya yang kekar menyerupai kotak-kotak. Rambut dark brownnya tampak masih basah, dia berjalan menuju meja rias minimalis yang ada di pojok ruangan. Di tengah ranjangnya tampak seorang wanita yang masih meringkuk dengan tubuh polosnya yang han
Daren masih terdiam lesu. Dia ingin bertanya, namun entah kenapa tiba-tiba lidahnya terasa keluh. Dia memang tak berani membantah apa pun keinginan ibunya selama ini, kecuali meninggalkan Angela, dia masih membangkang untuk itu. "Dengar, kau dan Xavia akan segera bertunangan minggu depan. Jeremy sudah mengatur pertemuan kalian sore ini. Temuilah dia, dan jangan pernah kecewakan Mama. Aku sangat senang saat Tuan Altano mau menerima lamaran ini. Bahkan dia menyempatkan untuk bertemu dengaku di sela waktunya yang padat." Nyonya Hawk berkata dengan nada dan sorot matanya yang menekan. Darren sampai menelan salivanya "Xavia adalah gadis yang sangat pantas untukmu, Sayang. Kau adalah pria yang sangat beruntung karena puteri tunggal Tuan Altano itu mau menerima lamaran ini," lanjut Nyonya Hawk tanpa mengurangi nadanya. Darren sudah tak tahan lagi. Dia harus bicara pada ibunya sekarang juga. "Ma, kenapa mengambil k
Darren tampak sedang berdiri di tepi jendela kamarnya. Nyonya Hawk baru saja memasuki kamar. Sedikit canggung dan cemas pada Darren yang dari kemarin tak mau lagi bicara padanya."Tinggalkan kamarku, Ma!" perintah Darren tanpa mau menoleh."Sayang, aku tahu kau sangat marah padaku. Namun, alangkah baiknya bila kau jemput Xavia kembali. Bawalah calon menantu Mama itu pulang, Darren." Nyonya Hawk bicara dengan suaranya yang serak."Dimana Xavia sekarang?" tanya Darren. Dia menoleh pada wanita di belakangnya itu."Paris. Xavia ada di Paris. Di apartemennya yang dulu," jawab Nyonya Hawk lirih.Darren segera mendekatinya, lantas memeluk tubuh tinggi ibunya itu. Nyonya Hawk menangis dalam pelukan Darren. Sedangkan Tuan Hardin Hawk hanya memandangi mereka dari ambang pintu dengan terharu.***Pukul 21:00 waktu Perancis.Xavia sedang bersiap untuk tidur. Tubuhnya sangat kelelahan karena jadwal pemotretannya yang mulai padat. Terleb
Hari berikutnya Nyonya Hawk, Darren dan Xavia tiba di New York. Darren sangat senang karena ternyata ibunya sudah menyiapkan pesta pernikahan untuknya. Sedangkan Xavia sangat sedih, karena Darren akan segera menikah dengan Julie.Julie sendiri sudah berada di rumah orang tua Darren. Hanya saja Nyonya Hawk melarang gadis itu untuk menunjukkan wajahnya di hadapan Darren sebelum pernikahan.Nyonya Hawk tahu, pasti Darren takkan mau menikahi Julie jika mengetahui semua ini lebih awal. Sedangkan Xavia sendiri akan kembali ke Paris esok pagi."Ayo Darren. Kau dan Xavia harus beristirahat, bukan?" tukas Nyonya Hawk segera menggiring Darren dan Xavia menuju tengah rumah.Darren mengulas senyum melihat banyak pelayan yang sedang menatata ruang tengah rumahnya itu. Pasti akan ada pesta yang meriah di sini besok malam, pikirnya.Wajahnya menoleh pada Xavia. Namun gadis itu tampak tidak senang melihat semua persiapan ini.Ada apa dengan Xavia? Kenapa dia
Nyonya Hawk menyeka titik kecil yang ingin terjatuh dari sudut matanya. Kenapa ini sangat sakit baginya. Apa yang harus ia katakan pada Darren saat puteranya itu tersadar nanti. Kenyataannya Darren harus menikahi Julie, karena wanita itu telah menyelamatkan nyawanya. Dan si brengsek itu meminta syarat yang sangat konyol; menikahinya."Xavia," lirih Nyonya Hawk. Tangannya terulur pada bahu mungil Xavia. Meremasnya, menguatkan gadis itu yang mulai menitikan air matanya."Ma, jangan katakan apa pun pada Darren. Biarkan Darren mengetahuinya saat dia sudah menikahi Julie. Kumohon," lirih Xavia sembari menatap bola mata kebiruan Nyonya Hawk. Penuh harap dan sedih.Nyonya Hawk hanya mengangguk. Wajah putihnya berubah merah menahan tangis. Dia segera meraih Xavia dalam pelukannya. Xavia pun menangis sejadinya. Mungkin ini akhir kisahnya dengan Darren. Pria tampan yang sangat ia cintai. Nyatanya Young Master Hawk memang bukan tercipta untuknya.Julie hanya memalin
PLAAKK!!Tamparan keras mendarat pada pipi kiri Julie. Nyonya Hawk menatapnya tajam, dengan kedua bahunya yang turun naik menahan emosi. Sepertinya tamparan itu cukup menegaskan; apa kedudukkan wanita di hadapannya itu, sampai-sampai dia berani mengatakan hal konyol tadi.Meminta Darren menikahinya? Dasar sinting! Nyonya Hawk tampak sangat murka pada Julie. Sedangkan Xavia hanya membungkam mulutnya kaget. Dia tak menyangka Nyonya Hawk semarah itu pada Julie.Sejujurnya ia pun sangat kesal mendengar tutur wanita itu. Namun ini bukan saatnya untuk berdebat. Darren sedang kritis sekarang, dia sangat membutuhkan tranfusi darah itu.Julie menatap Nyonya Hawk dengan wajah merah memanas. Dia menoleh seketika pada dokter yang sedang berdiri di sampingnya. Wanita dengan stelan serba hijau itu hanya menunduk tak nyaman atas pandangan Julie padanya."Beraninya kau mengatakan hal bodoh seperti itu. Kau pikir siapa dirimu ini? Apa kau pantas untuk puterak
Darren segera bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki. Dia segera mencengkeram bahu Aaron dari belakang, lantas menariknya agar menjauh dari Xavia."Beraninya kau menyentuh Xavia! Rasakan ini, brengsek!" Darren menghajar Aaron dengan kepalan kekar tangannya.Seketika pria itu pun tersungkur menubruk meja rias di sana. Sedangkan Xavia segera bangkit dan berlari menuju pintu keluar untuk mencari pertolongan.Namun ternyata di luar sangat sepi. Kemana semua orang-orang yang tadi sedang berpesta di sini? Pikir Xavia bingung. Dia pun segera berlari menuju gerbang tempat kontruksi itu. Ya, dia mendengar suara sirine polisi. Pasti itu Jeremy bersama para polisi, pikir Xavia.Langkah kecil setengah berlari, Xavia segera mencegat mobil polisi itu."Berhenti! Kumohon tolong Darren-ku!" teriak Xavia sambil melambaikan tangannya."Nona Price?!" Jeremy segera menepikan mobilnya. Dia keluar dan langsung berlari menuju Xavia."Nona Price, dimana Bos?"
Darren sangat ingin mengejar mobil Aaron yang membawa Xavia pergi. Dia sangat mencemaskan kekasihnya itu. Tentu saja. Namun para bandit itu tak henti memberinya pukulan demi pukulan. Tidak, keselamatan Xavia jauh lebih penting!Dengan sisa tenaga yang Darren miliki. Dia segera bangkit berlari menuju mobilnya. Bagaimanapun dia harus menyelamatkan Xavia."Hei, pengecut! Rupanya kau mau lari seperti seekor tikus betina, hah?!" teriak salah satu dari para bandit itu.Darren tak perduli, yang terpenting adalah Xavia. Dia pun bergegas memasuki mobilnya."Hei, pengecut!" teriak pria itu lagi, sedangkan Darren sudah mulai melajukan mobilnya."Tangkap dia, bodoh! Jangan sampai lolos! Kita habisi dia!" teriaknya lagi pada semua orang-orangnya.Mereka pun berusaha menghadang mobil Darren beramai-ramai. Darren mulai kesal, dia segera menambah kecepatan dan menabrak beberapa pria yang menghadangnya itu."Shit!""Kejar dia. Cepat!"Para b
"Darren, cepat selesaikan urusanmu di sini. Dan cepatlah kalian pulang," ucap Nyonya Hawk sembari mengusap pipi Darren. Sepasang netranya menatap Darren dan Xavia secara bergantian. Ada kegundahan di hatinya, entah apa.Mereka sedang berada di bandara saat ini. Nyonya Hawk beserta bodyguard-nya, Raymond dan Lukas sudah bersiap untuk meninggalkan Perancis."Aku dan Xavia akan segera pulang lusa nanti. Tunggulah kami di New York," balas Darren sembari tersenyum tipis.Nyonya Hawk segera meraih Darren dan Xavia ke dalam pelukannya. Dia sangat menyayangi kedua orang itu. Entah mengapa ada perasaan yang aneh saat ini. Perasaan seolah dia tak akan melihat Darren lagi. Darren atau pun Xavia, keduanya merasa nyaman berada dalam pelukan wanita cantik itu."Baiklah, Mama harus segera pergi. Papamu terus menelepon dari tadi," ucap Nyonya Hawk usai melepaskan pelukannya dari Darren dan Xavia. Dia menoleh pada Xavia seraya mengusap pipi gadis cantik di depannya itu, "
Darren dan Xavia berjalan berangkulan sembari tertawa mesra. Nyonya Hawk dan Jeremy yang sedang duduk di sofa hanya tersenyum tipis melihat kemesraan mereka. Astaga, apa ini? Mereka tak mengendahkan jika ada Nyonya Hawk dan Jeremy di ruang tamu. Darren dan Xavia kembali berciuman mesra."Ehem!" akhirnya Nyonya Hawk membuka suara.Sedangkan Jeremy hanya mengulum senyumnya melihat Darren dan Xavia tampak kaget. Keduanya pun berjalan menuju sofa, dimana Nyonya Hawk dan Jeremy sedang duduk berhadapan."Astaga, tampaknya kalian benar-benar sedang dimabuk cinta, ya?" goda Nyonya Hawk sembari mengusap kepala Darren yang duduk di sampingnya.Darren hanya tersenyum, lalu menoleh pada Xavia yang juga duduk di sampingnya. Gadis itu hanya tersenyum sipu dengan pipinya yang bersemu merah."Baiklah, aku dan Jeremy baru saja bicara. Ya, kami akan pulang malam ini juga. Kau dan Xavia menyusullah esok pagi," tukas Nyonya Hawk, lalu meraih gelas teh yang ada di hadapann
Sore itu pukul 18:30 waktu Perancis. Xavia sedang berada di dapur. Ia tampak sibuk membuat sesuatu. Tangannya yang dipenuhi tepung yang memutih sesekali mengusap pelipisnya yang berpeluh. Sehelai apron motif bunga menutupi tubuh moleknya yang hanya mengenakan tangtop dipadukan celana kain ketat dengan warna hitam senada. Sedangkan rambut panjangnya diikat ke belakang menyerupai ekor kuda. Ya, Xavia sedang membuat kue untuk ulang tahun Darren.Dia membuatnya sendiri tanpa memberitahukan Darren lebih dulu. Sepertinya dia ingin memberikan kejutan untuk calon suaminya itu. Xavia mengulas senyum sembari mengulen adonan kue dengan mikser.Benar, Darren dan Jeremy sudah pergi dari apartemen pagi buta tadi. Sampai sore ini mereka belum kembali juga. Darren mengatakan padanya; jika dia dan Jeremy akan menemui seorang clien di sebuah hotel. Namun sampai kini mereka belum kembali.Karena ini hari jadi pria yang sangat dicintainya, Xavia putuskan untuk membuat kue saja sete