Perlahan Anaya membuka matanya, dia sedikit terusik oleh sinar matahari yang menembus celah celah jendela kamarnya."Gempa,". Teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak ada di sebelahnya."Dia kemana?" Heran Anaya. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mengecek Gempa ada di dalam atau tidak."Gempa? Gempa?" Teriak Anaya di depan pintu kamar mandi."Kok gak nyaut sih,". Herannya. Anaya pun membuka pintu kamar mandi itu perlahan. "Gak ada,". Ucapnya."Gempa lo marah beneran yaa sama gue,". Lirih Anaya. Jujur saja dia sangat merindukan sosok Gempa yang manja dan cerewet seperti biasanya.Dengan langkah gontai Anaya keluar dari kamarnya. "Gempa lo kemana sih?!" Gumam Anaya lirih."Lagi masak,". Jawab Gempa. Bisa bisanya dia mendengar gumaman Anaya yang sangat pelan itu.Mendengar sahutan dari Gempa, Anaya pun segera berlari menghampiri Gempa yang sedang memasak di dapur. "Masak apa?" Tanya Anaya yang langsung memeluk
Anaya melempar sendok yang ia pegang. "Gue gak suka yaa kalo lo ngomong kasar sama gue,". Bentak Anaya."Terserah,". Jawab Gempa lalu beranjak menuju ruang tv dengan nasi goreng di tangannya."Gempa...". Teriak Anaya sangat kesal.Dia ikut beranjak menyusul Gempa menuju ruang tv. "Gempa lo denger gue gak sih?!" Kesal Anaya."Denger,". Jawab Gempa santai."Nyebelin banget si lo jadi suami." Kesal Anaya. Dia melipat tangannya di dada dengan wajah yang kesal."Gak usah kaya gitu, mau gue cip*k lo?" Goda Gempa, dia menyodorkan sesendok nasi goreng pada mulut Anaya. "Aaaaa""Apaan sih,". Ketus Anaya."Aaaaa cepet mumpung gue lagi baik mau nyuapin istri durhakot yang gak mau ngasih jatah sama suaminya,". Ucap Gempa menyindir."Gempa lo yaaa, tengil banget sih jadi orang." Teriak Anaya kesal.Gempa menyimpan piring berisi nasi goreng itu di atas meja lalu menarik tubuh Anaya kedalam pelukannya. "Apa s
"Sayang,". Panggil Gempa yang sudah berada di atas tubuh Anaya."Hmmm," Jawab Anaya tersenyum."Kalo sakit lo gigit pundak gue yaa,". Perintah Gempa. Dia sudah berancang ancang untuk melancarkan aksinya."Sialll kok sempit banget, Nay. Punya gue gak bisa masuk,". Teriak Gempa kesal sendiri."Awwww pelan pelan Gem, sakit,". Ringia Anaya yang merasa sakit pada bagian bawahnya."Padahal bawah lo udah basah tapi kok susah banget sih,". Kesalnya lagi."Pelan pelan dulu Gempa. Gue kan baru pertama kali,". Ucap Anaya yang kesakitan."Udah lah foreplay aja dulu,". Kesal Gempa. Dia langsung mengecup bibir Anaya dan melumatnya dengan lembut."Ahhhh..." Desah Anaya.Ciuman Gempa turun pada leher jenjang Anaya. Tangannya pun tidak tinggal diam, dia terus meremas kedua payudara Anaya dengan lembut."Ahhh hmmmm sayanghhhh". Desah Anaya yang menikmati setiap sentuhan suaminya itu.Dibawah sana milik
Beberapa menit kemudian Gempa keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya. "Kenapa berhenti?" Tanya Anaya yang langsung memeluk tubuh Gempa dengan erat."Kita ke rumah bunda sekarang,". Ucap Gempa datar.Anaya mendengus. "Yaudah gue mandi dulu,". Ucap Anaya lalu berjalan menuju kamar mandi dengan wajah kesalnya.Beberapa menit kemudian Anaya keluar sudah menggunakan pakaian lengkapnya. "Kok lo pake baju kantor?" Heran Anaya karena Gempa memakai pakaian yang formal."Gue mau ke Bandung,". Jawab Gempa yang masih sibuk memakai dasinya."Ngapain?" Tanya Anaya, dia pun membantu Gempa untuk memakai dasinya."Gue di suruh ngecek proyek yang ada di Bandung, gue gak sampe nginep kok, paling agak maleman gue pulang,". Jelas Gempa."Sama siapa?" Tanya Anaya lagi."Sama sekretaris semok,". Jawab Gempa dengan santainya. By the way sekretaris Gempa itu masih Angelin karena Gempa belum sempat mencari sekretaris baru.
Mereka baru saja sampai di kediaman orang tuanya Gempa."Assalamualaikum,". Salam Anaya sopan."Waalaikumsalam,". Jawab Santi dan Angelin."Eh pak Gempa, duduk pak,". Ucap Angelin dengan suara yang di imut imutkan."Ayah mana bun?" Tanya Gempa pada bundanya karena dari tadi dia tidak melihat sang ayah, padahal dia yang menyuruh Gempa cepat cepat kesana."Ayah ada meeting katanya, jadi yang ke Bandung cuma kamu sama Angelin ajah,". Jawab Santi."Gue gak mau cuma berdua sama dia,". Kesal Gempa. Dia menatap sinis kearah Angelin yang memakai pakaian serba minim itu."Gempa kamu jangan kaya anak kecil, kalo ayah sampe tau kamu pasti di amuk sama dia. Cepet sana pergi nanti keburu siang,". Perintah Santi kesal sendiri dengan tingkah anak nya itu."Gue gak mau. Bunda liat dong baju dia aja kaya gitu kalo nanti di jalan ada apa apa gimana? Emang bunda mau punya dua menantu?!" Tanya Gempa menggebu.Plak
"Yaudah kita berangkat bun, titip Anaya, Assalamualaikum." Pamitnya lalu memasuki mobil dengan gaya cool nya.Gempa dan Angelin sudah berada di dalam mobil. "Paha lo tutup,". Perintah Gempa datar.Angelin tersenyum manis kearah Gempa. "Disini panas pak,". Ucapnya sambil terus menarik narik bajunya yang sangat minimalis itu sampai menampakan sedikit bagian atas payudaranya.Gempa masih fokus untuk menatap lurus pada jalan. "Pak Gempa,". Panggil Angelin. Dia mengelus tangan Gempa dengan sensual."Jauhin tangan kotor lo, jalang!" Bentak Gempa tak suka."Tapi ini gerah banget pak,". Ucap Angelin dengan nada desahan.Perlahan dia pun membuka atasannya hingga menyisakan tank top crop yang sangat minimalis itu."Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah," Gempa terus menerus mengucapkan istigfar dalam hatinya."Sabar tong ini ujian. Balik dari sini kita langsung hantam Anaya,". Ucap Gempa pada dalam hati.A
Gempa dan Angelin baru saja sampai di hotel setelah mengecek salah satu proyek yang ada di sekitar hotel tersebut."Pulang nya besok pagi aja, pak Gempa juga keliatan cape banget,". Ucap Angelin.Gempa tidak menjawab dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu terlelap dengan begitu mudahnya.Angelin tersenyum senang melihat Gempa yang sudah terlelap di atas tempat tidur. Itu artinya malam ini mereka akan tidur berdua, karena hotel yang mereka tempati hanya memiliki satu tempat tidur.Angelin berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum ikut tidur bersama Gempa.Beberapa menit kemudian Angelin keluar dengan memakai lingerie berwarna putih polos. Entah darimana dia mendapatkan baju haram itu yang pasti sekarang dia sudah berjalan menuju tempat tidur.Sebelum Angelin meluncurkan aksinya, dia terlebih dahulu menghubungi Anaya dengan menggunakan ponsel Gempa yang tergeletak di atas nakas.Gemp
Angelin tersenyum puas saat Gempa terpaku melihat kedua payudaranya itu."Ayo di pegang,". Ucap Angelin sangat menggoda. Dia mengarahkan tangan Gempa untuk memegang kedua gundukan itu.Brak"Gempa!" Teriak Santi yang baru saja datang bersama Anaya di sampingnya.Anaya menatap lurus pada pemandangan di hadapannya. Gempa yang bertelanjang dada dan Angelin yang hanya memakai daleman saja."Bunda. Anaya." Kaget Gempa. Dia langsung menjauhkan tangannya dari dada Angelin."Kalian kesini itu untuk mengecek proyek! Bukan untuk berbuat hal tercela seperti ini!" Bentak Santi.Sedangkan Anaya, dia hanya diam dan menyender pada pinggiran pintu dengan tangan yang di lipat di dada."Nay, ini gak seperti yang lo liat,". Ucap Gempa. Dia langsung berlari kearah Anaya dan memegang kedua tangannya."Stttt, diem,". Perintah Anaya santai."Jangan marah, gu-gue beneran gak macem macem,". Jelas Gempa dengan mata yang
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa