"Yaudah kita berangkat bun, titip Anaya, Assalamualaikum." Pamitnya lalu memasuki mobil dengan gaya cool nya.
Gempa dan Angelin sudah berada di dalam mobil. "Paha lo tutup,". Perintah Gempa datar.Angelin tersenyum manis kearah Gempa. "Disini panas pak,". Ucapnya sambil terus menarik narik bajunya yang sangat minimalis itu sampai menampakan sedikit bagian atas payudaranya.Gempa masih fokus untuk menatap lurus pada jalan. "Pak Gempa,". Panggil Angelin. Dia mengelus tangan Gempa dengan sensual."Jauhin tangan kotor lo, jalang!" Bentak Gempa tak suka."Tapi ini gerah banget pak,". Ucap Angelin dengan nada desahan.Perlahan dia pun membuka atasannya hingga menyisakan tank top crop yang sangat minimalis itu."Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah," Gempa terus menerus mengucapkan istigfar dalam hatinya."Sabar tong ini ujian. Balik dari sini kita langsung hantam Anaya,". Ucap Gempa pada dalam hati.AGempa dan Angelin baru saja sampai di hotel setelah mengecek salah satu proyek yang ada di sekitar hotel tersebut."Pulang nya besok pagi aja, pak Gempa juga keliatan cape banget,". Ucap Angelin.Gempa tidak menjawab dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu terlelap dengan begitu mudahnya.Angelin tersenyum senang melihat Gempa yang sudah terlelap di atas tempat tidur. Itu artinya malam ini mereka akan tidur berdua, karena hotel yang mereka tempati hanya memiliki satu tempat tidur.Angelin berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum ikut tidur bersama Gempa.Beberapa menit kemudian Angelin keluar dengan memakai lingerie berwarna putih polos. Entah darimana dia mendapatkan baju haram itu yang pasti sekarang dia sudah berjalan menuju tempat tidur.Sebelum Angelin meluncurkan aksinya, dia terlebih dahulu menghubungi Anaya dengan menggunakan ponsel Gempa yang tergeletak di atas nakas.Gemp
Angelin tersenyum puas saat Gempa terpaku melihat kedua payudaranya itu."Ayo di pegang,". Ucap Angelin sangat menggoda. Dia mengarahkan tangan Gempa untuk memegang kedua gundukan itu.Brak"Gempa!" Teriak Santi yang baru saja datang bersama Anaya di sampingnya.Anaya menatap lurus pada pemandangan di hadapannya. Gempa yang bertelanjang dada dan Angelin yang hanya memakai daleman saja."Bunda. Anaya." Kaget Gempa. Dia langsung menjauhkan tangannya dari dada Angelin."Kalian kesini itu untuk mengecek proyek! Bukan untuk berbuat hal tercela seperti ini!" Bentak Santi.Sedangkan Anaya, dia hanya diam dan menyender pada pinggiran pintu dengan tangan yang di lipat di dada."Nay, ini gak seperti yang lo liat,". Ucap Gempa. Dia langsung berlari kearah Anaya dan memegang kedua tangannya."Stttt, diem,". Perintah Anaya santai."Jangan marah, gu-gue beneran gak macem macem,". Jelas Gempa dengan mata yang
Flashback on"Ayo kita susul mereka,". Ajak Santi pada Anaya saat mobil Gempa sudah berjalan keluar Gerbang."Hah?" Tanya Anaya, dia masih belum paham dengan apa yang di maksud oleh bunda mertuanya."Kita susul Gempa, emangnya kamu yakin si Angelin gatel itu gak bakal godain Gempa." Jawab Santi.Anaya berfikir sejenak. "Iya juga yaa, mana tadi hampir mau nyoblos lagi, gimana kalo Gempa malah nyoblos Angelin duluan?" Batin Anaya."Anaya cepetan naik,". Teriak Santi yang sudah berada di dalam mobil."Ehh iya, bun." Anaya segera naik kedalam mobil. Santi mengendarai mobil dengan cepat agar mereka bisa memantau Gempa dan Angelin."Coba kamu buka laptopnya itu sudah terhubung sama kamera yang ada di mobil bunda,". Ucap Santi. Anaya pun segera membuka laptopnya dan benar saja, laptop itu sudah terhubung dengan kamera yang ada di dalam mobil yang Gempa dan Angelin pakai."Kamu pantau terus mereka, kalo udah kelewat bat
Anaya sedikit terusik oleh tangan kekar yang mengelus pipinya dengan lembut. "Sayang bangun," ucap Gempa sangat lembut."Hmmm," jawab Anaya masih dengan mata terpejam.CupGempa mengecup bibir Anaya cukup lama, "Bangun sayang udah pagi," ucapnya lagi.Perlahan Anaya pun membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di sekitarnya, "Enghhhh," Anaya meregangkan otot otot tubuhnya."Nay," panggil Gempa.Anaya sedikit mendongak menatap wajah suaminya itu, "Apa?" tanya Anaya singkat."Enggak," jawabnya sambil tercengir lalu menarik Anaya kedalam pelukannya."Aneh," ucap Anaya dan semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa lo gak marah waktu lo liat gue sama dia hampir gituan?" tanya Gempa tiba tiba.Anaya diam sejenak, "Baru hampir kan? Belum masuk beneran. Bagi gue rumah tangga kita lebih penting daripada masalah kaya gini. Gue gak mau cuma gara gara masalah, yaa gak sepele ju
Terdenger suara isakan dari arah sana, Anaya menggeser tubuhnya untuk melihat wajah suami bayinya itu."Gempa kok lo nangis?" tanya Anaya heran. Dia membalikan tubuh Gempa lalu memeluknya erat."Kenapa?" tanya Anaya lagi"Ma-maaf," hanya itu yang Gempa ucapkan di sela sela isakannya."Gue udah maafin lo, gue juga gak marah kok sama lo," jelas Anaya."Ta-tapi lo tadi ngomongin itu," jawab Gempa terisak."Astaga. Gue cuma becanda Gempa, lo baperan banget sih," ucap Anaya tak habis fikir."Jangan bahas itu lagi, gue gak suka," "Iya gak bahas itu lagi," jawab Anaya."Janji?" "Janji," "Udah yu kita ke bawah , gue udah laper nih," ucap Anaya lalu beranjak dari tidurnya.Anaya berjalan menuju kamar mandi di susul Gempa dari belakang, "Nanay... Mau ituan ihhh," rengeknya seperti anak kecil."Iya nanti kalo udah gak berdarah," jawab Anaya."Maunya sekarang," rengek
"Apa apaan sih lo?!!" kesal Gempa. Dia mendorong tubuh Angelin agar menjauh darinya."Ihhh pak Gempa kok kasar sih?! Kemarin ajah manis banget," ucap Angelin."Diem lo anjing!" bentak Gempa."Ihh pak Gempa kok kasar sih?!" kesal Angelin."Jalang gak tau malu!" Santi menarik rambut Angelin dengan sekuat tenaga."Awwsshhh... Sakit bu," ringis Angelin."Kan tadi saya suruh kamu pulang! Kenapa malah gangguin anak sama menantu saya!!" ucap Santi emosi."Yaa terserah saya dong. Lepas bu sakit," teriak Angelin kesakitan."Dasar perempuan gak tau malu!" umpat Santi emosi."Lepas bu. Sakit!" teriak Angelin sambil terus menepuk nepuk tangan Santi."Diam kamu!" bentak Santi."Kalian lanjut makan, biar bunda yang urus ni jalang gopean," lanjutnya lalu menarik Angelin keluar restoran."Nanay," panggil Gempa. Dia menarik kursi nya agar lebih dekat dengan Anaya."Apa?" tanya Anaya s
Anaya dan Gempa sudah pulang ke apartemen sekitar tiga hari yang lalu. Dan sekarang Gempa sedang merengek meminta jatah. Padahal dia tau jika Anaya sedang tidak bisa melakukan itu karena tamu bulannya datang."Gak bisa, punya gue masih berdarah," jelas Anaya."Aaaaa gak mau. Mau sekarang," rengeknya semakin kencang."Tapi kan bawah gue masih berdarah Gempa.""Ihhh tapi gue mau sekarang, aaaa Nanay..." rengeknya lagi."Nanti yaa kalo udah gak berdarah lagi," ucap Anaya menenangkan."Sini peluk ajah," Gempa pun langsung berhambur dalam pelukan Anaya."Nanti kalo udah gak berdarah mau yaa," ucap Gempa cemberut."Iya baby," jawab Anaya sangat lembut. Dia mengelus rambut Gempa dengan lembut dan sesekali mencium keningnya."Nanay, are you happy to marry me?" tanya Gempa tiba tiba.Apakah kamu bahagia menikah denganku?"Why do you ask such thing?" tanya Anaya balik.Kenapa
CupGempa mengecup bibir Anaya dan melumatnya dengan lembut."Emtttt...""Ssshhhh hmpttt...""Gem-pa gue masih— ahhh..." desah Anaya.Ciuman Gempa turun pada leher jenjang Anaya. "Akhh gu-gue masih datang bulanhhh..." ucap Anaya."Gue cuma main di atas ajah gak sampe bawah," jelas Gempa yang masih terus membuat tanda merah di leher putih Anaya."Akhh Gempa..." desah Anaya menikmati setiap kecupan di lehernya.Tangan Gempa tak tinggal diam. Dia meremas kedua payudara Anaya dengan lembut dan sesekali memainkan puntingnya yang menambah kenikmatan bagi Anaya."Ahhh...""Shhhh Gem-pahh..." desah Anaya.Setelah Gempa puas dengan leher Anaya, dia pun berhenti dan beralih menatap wajah Anaya yang sudah mulai terangsang itu."Cantik," ucapnya sangat lembut."Gempa udah, nanti adik lo berdiri. Gue kan masih mens," Dia menyingkirkan tangan Gempa yang berada di kedua payudaranya.Cup"Mau nenen ajah," ucap Gempa lalu menaikan baju
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa