"Ck, kau tak suka aku menyebutnya simpanan dan sekarang kau masih kesal aku mengakuinya sebagai istrimu juga," decak Carissa meski tahu bukan itu alasan Daniel terlihat kesal. "Kau ingin aku menggunakan Liora untuk …" "Kau tak mau?" penggal Carissa. "Kecuali kau pun tak berminat menidurinya juga, sehingga ide ini cukup buruk. Kalau begitu kita bisa menggunakan ibu pengganti. Kau lebih suka pilihan yang mana? Aku sama sekali tak keberatan dan dirugikan dengan kedua-duanya." Daniel terdiam meski tak mengurangi kemarahan yang tersorot di kedua matanya. Bukan itu masalahnya dan pilihan kedua jelas sebuah ide tolol lainnya. Sudah cukup dua pernikahan ini membuat kepalanya pusing. Ia bisa gila jika harus melakukan pilihan kedua sialan itu. "Bahkan tak ada yang dirugikan di sini, Daniel. Tak ada yang dirugikan di antara kita bertiga. Aku bisa bersenang-senang dengan pernikahan kita, sebagai istri sempurna untukmu, juga denganmu dan Liora. Xiu pun diakui statusnya, begitu pun dengan anak
Liora terkejut menemukan Samuel yang berdiri menunggunya di lobi kantor. Membuat wanita itu geleng-geleng karena pria itu sama sekali tak risih menjadi pusat perhatian para karyawan yang pernah menjadi bawahan pria itu. “Kenapa kau di sini? Aku sudah bilang tak perlu menjemputku,” desis Liora ketika pria itu melebarkan lengan untuknya dan mendaratkan kecupan di pipi kanan dan kiri seperti biasa. Tatapan sinis yang menghujani keduanya pun sudah menjadi reaksi yang familiar dan keduanya sudah tak peduli lagi. Desas desus affair di antara keduanya juga sudah menjadi makanan sehari-hari, pun dengan pertunangan Daniel dan Alicia yang masih bertahan. Biarkan mereka semua kelelahan dengan gosip tersebut dan menghentikan diri mereka sendiri. “Untuk membuat suasana hatimu menjadi lebih baik,” jawab Samuel dengan senyum yang melengkung tinggi. Dan seperti biasa, Liora dibuat tertawa dengan ekspresi humor di wajah Samuel. “Aku akan mengantarmu.” “Sebelum langsung ke apartemen Alicia.” Samue
Setelah bertahun-tahun, Liora belum pernah terbangun dengan tubuh remuk redam seperti ini. Mengerang pelan, ia merasakan ketelanjangan tubuhnya di balik selimut. Ingatannya berputar bagaimana ia berakhir seperti ini sebelum tertidur. Gairah seks Daniel benar-benar tak berkurang sedikit pun, bahkan semakin menjadi terhadapnya. Liora segera menggelengkan kepalanya mengingat semua itu. Dulu ia akan selalu terbangun dengan pelukan hangat pria itu yang membuat perasaannya nyaman. Sekarang jelas semua itu tak akan ia dapatkan. Ia menoleh ke samping, sisi tempat tidur sudah kosong dan suara gemericik air terdengar dari balik pintu kamar mandi. Ia meraih jubah tidurnya dan bergegas mengenakannya ketika suara dari kamar mandi mulai berhenti. Tapi kemudian digantikan oleh dering ponsel milik Daniel yang tergeletak di nakas. Liora melirik dan nama Carissa muncul di layar tersebut. Ia mengabaikannya dan bangkit berdiri. Sama sekali bukan urusanya, kan? Setelah melihat Xiu yang masih terlelap d
28. Merasa Lebih Baik"Mulai besok kau harus berhenti bekerja." Daniel menatap Liora yang berdiri di depan mejanya. Setelah kakeknya dan Carissa pergi, ia langsung memanggil Liora ke ruangannya. Sebelum kakeknya yang turun tangan dan mengendis sesuatu yang tak beres antara hubungannya dan Liora. Sebagai bos dan sekretaris, juga sebagai kedua orang tua Xiu.Setidaknya hanya ini yang bisa dilakukannya untuk membantu Liora dari ikut campur kakeknya.Liora tersentak dan tatapannya melebar. "Apa?"Daniel menatap raut kecewa wanita itu sejenak dan melanjutkan. "Kau tahu kakek tak menyukaimu, kan. Dia menyuruhku memecatmu.""Atas permintaan Carissa?" sengit Liora mulai emosi. Bukan karena ia menginginkan pekerjaan ini, tetapi kesal jika Carissa benar-benar ikut campur dalam rencana ini. Seringai wanita itu sebelum masuk ke dalam ruangan Daniel memperjelas kelicikan wanita itu."Ini tidak ada hubungannya dengan Carissa, Liora. Kakekku …"Liora semakin kesal dengan kalimat Daniel yang terkesan
Daniel mengerang jengkel membaca pesn singkat yang lagi-lagi dikirim oleh Carissa mengenai pertemuan mereka dengan sang kakek. Selah wanita itu memang sengaja membuat acara-acara semacam ini hanya untuk membuang waktunya. Dan memang ya.Ia melangkah dengan kesal menyeberangi teras dan masuk ke dalam rumah. Carissa menyambutnya dengan senyum terlalu lebar yang membuatnya jengah.“Kau mengganggu kesenanganku, Carissa. Apa tujuanmu kali ini?” desis Daniel tanpa basa-basi ketika berhenti di depan wanita itu.“Kali ini ukan aku. Asisten kakekmu yang tiba-tiba menghubungiku. Dan … ada sesuatu yang lebih menarik. Sejak pagi aku melihat mobil anak buah kakekmu di ujung jalan perumahan. Apa kau tidak melihatnya?”Wajah Daniel seketika membeku. Ya, sebelum mendekati gerbangn rumahnya, ia sempat curiga dengan mobil hitam yang familiar tersebut, tetapi segera mengabaikannya dan berpikir mungkin hanya suatu kebetulan.Carissa menyilangkan kedua tangan di depan dadadan mendekatkan wajah ke arah Dan
Part 30 Turun TanganDaniel mengangguk. Dan beruntung ketegangan tersebut segera terpecahkan oleh kedatatangan Carissa. Dengan nampan berisi teh hangat dan camilan di piring. “Gyokuro, teh favorit kakek datang.” Carissa meletakkan satu cangkir teh yang masih mengepulkan asap halus di hadapan Arata.Napas Daniel kembali, menatap sang kakek yang perhatiannya mulai teralih pada Carissa dan teh di meja. Minuman favorit sang kakek untuk menghabiskan waktu santai di malam hari.Begitu Carissa duduk di sampingnya, pembicaraan pun berubah menjadi lebih ringan. Dan tepat jam sembilan, sang kakek memutuskan untuk pulang. Daniel dan Carissa mengantar Arata ke depan teras, keduanya menunggu mobil sang kakek menghilang dari balik pintu gerbang barulah kembali masuk ke dalam rumah.“Apa kau akan kembali ke apartemen?” tanya Carissa mengekor di belakang Daniel naik ke lantai dua.“Bawa barangmu kembali ke kamarmu.”Mata Carissa melebar. “Apa kau akan bermalam di sini?”Langkah Daniel terhenti, mena
Part 31 Meluruskan Kesalahpahaman Daniel melangkah masuk. “Jerome menyuruhku mengurus semuanya, jadi sementara waktu akulah yang bertanggung jawab atas dirinya sampai dia dan Jenna datang.”“Jerome?” dengus Samuel. “Bukankah hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja? Kenapa dia harus mempercayakan kakak iparnya padamu? Apa istrimu tidak keberatan kau masih saja berkeliling di sekitar mantanmu?”“Dan kenapa itu menjadi urusanmu? Tunanganmu jelas memiliki hati yang luas melihatmu masih berkeliling di sekitar mantan selingkuhanmu.”Samuel menggeram rendah, kedua tangannya terkepal dan pegangan Liora di lengan segera mengalihkan kemarahannya pada Daniel.“Pergilah, Samuel. Aku baik-baik saja,” bujuk Liora dengan suara lirihnya sebelum ketegangan di antara Samuel dan Daniel berubah menjadi baku hantam.Samuel menoleh ke arah Liora, sorot matanya menunjukkan penolakan yang segera dilelehkan dengan permohonan dalam tatapan wanita itu. Mendesap panjang, akhirnya Samuel mengangguk. Menggen
"Ah, jadi memang begitu, ya?" Tatapan Daniel menajam. Tanpa melepaskan pandangannya dari Liora, ia merogoh ponselnya."Di mana ponsel istriku?""...""Hancurkan dan buang."Mata Liora melebar mendengar perintah tersebut. "Apa yang kau lakukan, Daniel?""Jadi, barang apa saja yang diberikan pria itu padamu? Apakah semua isi lemarimu?""Kau pikir aku pengeruk emas Samuel?" kesal Liora tersinggung."Baguslah kalau tidak." Ada peringatan dalam kepuasan tersebut. "Lakukan itu padaku."Liora terdiam mendengarkan penuturan tersebut. Ada keposesifan yang familiar dalam suara dan tatapan Daniel yang membuatnya membeku. Untuk sejenak, hanya sejenak. Liora merasakan dadanya berdebar halus ketika tatapannya dikunci oleh Daniel."Liora?" Suara panik Jenna muncul dari arah pintu segera memecah keheningan di antara keduanya. Wanita itu setengah berlari mendekati ranjang pasien, membekap mulut dengan mata yang berkaca-kaca melihat keadaan sang kakak. "Apa yang terjadi padamu?"Liora memaksa seulas se