“Betul…hmmm kayaknya Stella ada hati, liat dia agak cemburu melihat Rafsa mau pegang-pegang Dara!” sahut Sohai ikutan berbisik.
Stella langsung berjalan duluan, Rafsa yang hanya bisa geleng-geleng kepala dan didampingi Sohai terpaksa mengikuti di belakang, sedangkan Rini mengambil alih menolong Dara dan menuntun gadis ini menuju tenda untuk beristirahat.
Acara telusur hutan langsung di pimpin Stella, dia tak banyak bicara, hanya memantau sekaligus sesekali memberi komando.
Gaya Stella yang terlihat berwibawa dan tegas benar-benar membuat siapapun segan dengannya, tak terkecuali Rafsa. Benar-benar kumat tomboynya, bahkan kalau ada mahasiswa lelaki yang jalannya letoy, Stela tak segan menendang kakinya, hingga si mahasiswa baru ini malu sendiri.
Sohai melalui megaphone berteriak-teriak memberi perintah ini dan itu pada semua mahasiswa baru. Kadang dia bergantian dengan Anwar, panitia lainnya bicara melalui pengeras suara yang biasa mereka
Untung bulan bersinar terang, sehingga Rafsa mudah berjalan dalam gelap. Entah mengapa Stella merasa nyaman berada di punggung kokoh milik Rafsa yang memang rajin nge-gym ini, sehingga dia tak kesulitan menggendong tubuh semampai Stella.Di sisi lain, Rafsa juga mulai merasakan harumnya tubuh bibi luarnya ini, selain harum lembut yang enak, juga dia merasa geli, karena dengusan nafas Stella yang menghembus di dekat lehernya, kadang Rafsa merinding sendiri saat dengusan nafas Stella malah menerpa daun telinganya.Saking keenakannya, Stella makin memeluk erat tubuh Rafsa, bak lintah yang melekat di tubuh manusia.Rafsa yang tahu Stella memeluknya erat hanya tersenyum dalam hati, lama-lama dia malah menikmati pelukan itu.Apalagi saat tau dada Stella menempul erat di punggungnya, sehingga dia makin betah saja menggendong gadis cantik berambut pendek ini. Dada Stella sejak dulu sangat dia kagumi, sehingag Stella sering mendelik marah kalau Rafsa sudah mulai m
Bramantyo alias Tyo, seorang mahasiswa satu jurusan dan angkatan dengan Stella terlihat sangat perhatian pada gadis tomboy ini. Dia rela memijat kaki gadis ini secara perlahan, dengan minyak urut yang khusus untuk kaki bengkak yang Tyo peroleh dari seorang panitia lainnya.“Masih sakit Stella?” tanya Tyo sambil memijat tulang kering milik Stella ini, sekaligus menunjukan perhatiannya pada gadis cantik ini.“Udah mendingan Tyo, thank’s yaa, udah mau memijat!” sahut Stella sambil menarik kakinya dan mencoba berdiri lalu jalan perlahan.“Aduhhh…!” Stella mengaduh dan Tyo dengan sigap menahan tubuh Stella agar tidak jatuh, saat itulah secara tak terduga datang Rafsa ke tenda Stella, sambil membawa dua gelas kopi panas di pagi yang dingin itu.Melihat kehadiran Rafsa, Stella kaget juga, sedangkan Tyo senyum di kulum.“Upss…sorry jadi nge-ganggu, hanya mau nganterin kopi panas buat Stell
“Kenapa sih kamu mencintai Kania, ingat Rafsa, usia kalian saja berbeda, 5 tahun selisihnya, belum lagi dia janda, mantan ipar kamu sendiri, tak bisakah kamu mencari wanita yang masih gadis buat di cintai dan kelak di jadikan istri?” Stefani tak malah kalah, suaranya malah meninggi, hingga Rafsa terdiam beberapa saat, baru kali ini melihat maminya begitu marah terkait perempuan yang dia suka. “Tapi Mi…Rafsa mencintai dia, soal usia dan mantan ipar kan tak jadi soal!” Rafsa memelan suaranya, tak berani dia terlalu nyaring, takut ibu kandungnya makin marah. “Sudah…mami tak mau berdebat dengan kamu, kalau kamu ingin melihat mami terkena serangan jantung, putuskan mulai sekarang juga hubungan kamu dengan Kania. Mulai detik ini, Kania hanyalah mantan ipar kamu dan hubungan itu akan terus terjalin karena ada Aji yang juga kemenakan sekaligus cucu mami!” Mami Stefani lalu meninggalkan anaknya ini ke kamar. Rafsa hanya bisa duduk termenung, pikiran langsung blank.
Stella langsung mengangguk dan berjanji akan datang di ultah kemenakan jauhnya itu.Setelah berbasa-basi, Stefani lalu permisi pulang, dengan alasan dia sejak jam 1 siang tadi sudah jalan dan ini hampir jam 19.10 malam.Saat di dalam mobil yang disopiri Ajun, sopir pribadinya, Stefani sebetulnya hanya spontan saja akan merayakan ultah Rafsa di rumah mereka.Karena sampai detik ini, dia belum membicarakan rencananya ini ke anak kesayangannya itu.Begitu sampai rumah, hampir berbarengan dengan Rafsa, Stefani langsung memanggil anaknya ini.“Mami dari mana, kok baru pulang?” Rafsa memandang keheranan ibunya ini, sedangkan ibu sambungnya, Mami Gerald berada di ruangan lain.Rafsa memang lebih sering di rumah orang tuanya, terkadang dia ke apartemennya tidur, tapi malam ini dia ingin pulang, karena kedua maminya meminta jangan keseringan tidur di apartemen, karena rumah sangat sepi, apalagi semenjak Kiki pindah dan tinggal bersama di
Ketika dia minta pendapat kakaknya, James de Jong yang kini tinggal di Bali, nasehat abangnya sama, jangan melukai hati ibunya.“Kan sudah ku bilang waktu di London dulu, sulit kalian bersama…faktor Mami Stefani yang susah!” Rafsa hanya bisa menghela nafas, James yang ditemuinya di Bali hanya bisa memandang kasihan pada adik se ayahnya ini.Ketika bertemu kakaknya yang satunya, Kiki de Jong, kembali Rafsa di nasehati agar jangan melawan keinginan Mami Stefani.“Kaka yakin, mantan palyboy kayak kamu, mudah aja dapat pengganti Kania!” ceplos Kiki.“Semproll…ini soal hati Kak, bukan masalah dapat pengganti, hari ini juga kalau Rafsa mau dapat!” sungut Rafsa, hingga Kiki yang lagi ngidam anak kedua tertawa terbahak.Dua minggu sebelum ultah Rafsa...!Rafsa buru-buru ke Bandara, dia ingin ke Singapura untuk bertemu seorang klien nya di sana, Rafsa sengaja menggunakan pesawat komersial, tidak naik pesawat pribadi milik ayahnya yang sering dia pakai selama ini.Hampir saja dia ketinggalan pe
"Iyahh…tas saya ketinggalan…kamu ya menemukannya?” sahut Rafsa.“Iya...tadi sudah diumumkan, bapak Rafsa tinggal ambil di counter khusus dengan cukup menunjukan tiket pesawat serta KTP,” sahut Desy kembali.“Oke, tks yaa…!” Rafsa lalu mengangguk hormat ke Desy dan 4 pramugari lainnya. Stella terlihat santai dan terus menebar senyum kecil melihat kemenakannya ini tidak terlihat nakal, malah bersikap wajar dan mulai jaim, sehingga wibawa Rafsa terlihat jelas.“Hmm mulai berubah ternyata si anak manja ini, siapa sih pacar jandanya yang tak di sukai ibu kandungnya?” batin Stella sambil menatap Rafsa, yang di tatap tak sadar dan terlihat tetap bersikap cool.Desy sampai tersipu malu saat Stella mengedipkan mata padanya. Lalu dia pun buru-buru menyusul Rafsa yang sudah terlihat 5 meteran berjalan di depannya.“Heii monyong cepat banget, aku ketinggalan nih,” seru Stella, hingga Ra
Penampilan keduanya sukses menarik perhatian ratusan penumpang lain, karena penampilan Rafsa dan Stella benar-benar serasi, Rafsa santai dengan celana denim warna hitam, di padu jas dan kaos serta sepatu kulit jingle yang ujungnya lancip.Sedangkan Stella dengan dress yang elegan serta jeans panjang yang membungkus kaki jenjangnya, di tambah sepatu kets kekinian, rambut panjangnya dibiarkan tergerai.Rafsa kadang sengaja melirik penampilan Stella yang berubah 180 derajat dibandingkan jaman kuliah dulu.Penampilan Stella sangat anggun, cara jalannya pun bak model yang sedang jalan di catwalk, sudah gatal mulut Rafsa ingin bertanya, kenapa bibi mudanya ini bisa berubah begini drastis, tentu saja kecantikannya juga yang benar-benar bikin Rafsa makin betah menatap wajah Stella.Hanya satu yang tak berubah, yakni sifat Stella yang cuek bebek! Stella sebenarnya tau, Rafsa sering mencuri pandang padanya, tapi Stella benar-benar tipikal orang yang tak mau p
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi