Besoknya, Rafsa membawa Kania dan Aji serta babysitter itu makan di sebuah restoran yang berada di pusat kota London, tak jauh dari Stadion Olahraga megah milik klub bola raksasa kota itu, yakni Arsenal.
Malam sebelumnya mereka hanya makan melalui daring, karena Kania kecapekan, setelah lebih 14 jam dalam pesawat.
“Itu yaa Stadion Emirates, wow megah banget yaaa!” seru Ami, sambil menggendong Aji. Kania dan Rafsa hanya saling senyum, karena bagi mereka berdua ada pemandangan yang lebih indah dari stadion itu, yakni diri mereka masing-masing.
Tanpa Rafsa dan Kania sadari, ada seseorang yang kaget melihat keduanya, orang itu ternyata ‘kenalan lama’ mereka.
Siapa lagi kalau bukan Thomas, dia kembali tak sengaja melihat keduanya di London ini, Thomas langsung bersembunyi agar tak terlihat Rafsa maupun Kania. Ia sadar, saat ini lagi jadi buruan interpol.
Namun dia terus mengintai kemana Rafsa mengajak Kania setelah makan te
Dalam kekalutannya Rafsa bingung sendiri, dia tak punya banyak teman di London ini, karena kesibukannya kuliah, sehingga jarang dia bergaul, paling hanya sebatas teman-teman sekampus. Sudah hampir tiga batang rokok dia habiskan, belum juga menemukan solusi kenapa sampai Kania di culik bersama anaknya dan juga pengasuhnya.Hatinya sangat gelisah bukan main memikirkan kemungkinan-kemungkinan, kenapa sampai Kania dan Aji berikut pengasuhnya di culik tersebut.“Apakah mereka ingin minta tebusan?” batin Rafsa seorang diri.Ketika menatap ke dinding, dia melihat foto James yang sedang bergaya santai di foto tersebut bersama Tante Stela ibunya, barulah Rafsa teringat saudara kandung beda ibu yang kini tinggal di Bali ini.“Iyahh Bang James, siapa tahu dia punya solusi!” Rafsa pun langsung memencet handphone dan menghubungi saudaranya tersebut.3X Rafsa menghubungi nomor James de Jong, tapi tetap belum juga diangkat abang kandungnya
Setelah sarapan pagi, James kembali memperhatikan adiknya yang terlihat tak begitu selera, Rafsa hanya makan roti dan segelas air putih.James yang tetap tenang kembali tersenyum menatap Rafsa.“Kamu benar-benar cinta ya dengan Kania, sampai segitunya…makan tak selera?” pancing James.“Aku benar-benar sangat mengkhawatirkan Kania dan Aji…!” Rafsa mengakui dalam hati, gaya James yang lebih tua 4 tahunan dari dia benar-benar bak fotocopi papi mereka, yakni tenang dan tidak grasa grusu, inilah salah satu yang sedikit mengobati rasa khawatirnya pada Kania dan Aji.James kemudian mengalihkan pandangan ke Jack Minner, bule ini juga terlihat tenang dan menyuap sarapannya dengan pelan dan seakan menikmati sarapan yang mereka pesan via daring tersebut.“Apa langkah kamu Jack?”“Kita tunggu saja Mr James, saya yakin pasti hari ini mereka akan menghubungi Mr Rafsa!” sahut Jack, James hanya m
“Hmmm tak salah dugaanku, pasti Thomas ada hubungannya dengan Kania, tentu yang jadi PR kita adalah, apa motif Thomas menculik Kania…?” Jack terdiam setelah mendengar cerita Rafsa, saat mereka bertemu di café, di ujung jalan Kota London.“Apa langkah kita sekarang, apa langsung serbu ke flat itu?” Rafsa yang mulai tak sabaran karena mengkhawatirkan Kania dan Aji mulau nge-gas.James tersenyum melihat adiknya ini begitu bersemangat tapi kadang tak begitu perhitungan.“Rafsa…jangan tergesa-gesa, ingat Kania dan keponakan kita masih di tangan para penculik, kita tunggu apa strategi Jack!” mendengar ucapan James yang tenang begitu, Rafsa akhirnya menarik nafas untuk meredakan hatinya, kini keduanya menatap Jack.“Aku akan menelpon bagian polisi federal, tunggu sebentar,” Jack lalu permisi memencet hapenya dan berjalan agak ke samping, karena ia kini mempunyai taktik khusus. Terlebih dia suda
Saat tiba di depan flat, sudah banyak mobil polisi serta personel lainnya dan juga ada ambulans, Rafsa langsung bergegas mendekati mobil ambulans tersebut, karena dilihatnya Kania di masukan ke dalam mobil itu“Kania…kamu tak apa-apa,” dengan nafas memburu Rafsa mendekati Kania yang berada dalam ambulan itu, lengannya terlihat di balut.“Aji…Aji di mana!” lirih suara Kania.“Sebentar, aku keluar dulu!” Rafsa baru sadar kalau Aji tak ada.Saat akan meninggalkan mobil ambulance yang berisi Kania tadi, James kini sudah berdiri di hadapannya, sambil menggendong Aji yang terlihat mewek, tapi kini sudah tenang dalam gendongan James, di sampingnya terlihat Ami sang pengasuhnya.Rafsa langsung lega.“Kamu temani Kania, biar Aji dan Ami si babysitternya sama aku dulu, bilang dengan Kania semua aman dan terkendali, nanti aku susul ke rumah sakit!”“Iya bang, aku permisi dulu ma
Rafsa menemani Kania di rumah sakit itu, paginya kondisi Kania sudah membaik, sehingga ia pun meminta Rafsa agar menguruskan ke admin, karena Kania ingin kembali ke apartemen.Rafsa menganggukan kepala dan ia kemudian menelpon James, agar tak perlu ke rumah sakit pagi ini, karena Rafsa dan Kania akan segera pulang kembali ke apartemen.Rafsa juga menelpon Jack kalau ia dan Kania akan keluar rumah sakit, Jack bilang besoknya kepolisian London akan memanggil Kania untuk dimintai keterangan.“Oke Mr Jack, saya akan temani Kania nanti!” sahut Rafsa.Jack juga mengungkapkan, pihak interpol sudah berkoordinasi dengan dengan Polri di Jakarta, untuk mendeportasi Thomas dari Inggris dan di bawa pulang ke Indonesia.Setelah semua admin di bereskan Rafsa di rumah sakit tersebut, mobil jemputan yang di sopiri Peter sudah stanby di lobby rumah sakit.Sopir ini tak banyak bertanya, karena dia sudah tahu kisahnya dari James, kenapa sampai Kania
Rafsa melepaskan ciuman yang memabukan itu, ia lalu menarik selimut dan menutupi badan mereka berdua.“Kita tidur yaaa…sudah malam!”Kagetlah Kania, tapi akhirnya dia tersenyum senang karena Rafsa ternyata mampu ngerem nafsunya, padahal Kania harus mengakui dia benar-benar hanyut dan kalau saja Rafsa menarik satu-satunya pengamannya, ia pun pasti akan pasrah.Namun saat itulah Rafsa tidak melakukan apa-apa, kecuali menarik selimut, karena cuaca makin dingin.Tak lama kemudian terdengar ngorok halus Rafsa, lama Kania memandangi wajah tampan pemuda ini, lampu sengaja belum dia matikan, tak bosan-bosannya dia menatap wajah lelaki muda yang terkenal sangat fuckboy di kampus nya dulu.Bryan dulu tak segan bercerita bagaimana nakalnya adiknya ini, yang tak pernah menolak wanita manapun dan kini pria ini sedang bersamanya dan tidur di ranjang yang sama.Tak perlu ucapan dari bibir pemuda ini, tapi dari sikap dan perbuatan Rafsa,
Rafsa pun kini duduk termenung, kini teringat ia masa remajanya yang sangat nakal dan fuckboy, sejak di bangku SMU hingga bangku kuliah.Sebagai anak seorang selebritis terkenal dan cucu seorang pengusaha besar, sejak kecil Rafsa sudah sangat di manja kedua orang tuanya dan kakek neneknya, terlebih ibu sambung dan juga kakak-kakaknya.Di tunjang wajahnya yang yang bak artis drakor, sejak SMU Rafsa sudah bukan lagi perjaka, karena ia sudah kenal dengan yang namanya hubungan dewasa kala ia berusia 17 tahun.Atau tepatnya pas berulang tahun yang ke 17 saat merayakan bersama pacarnya dan teman-temannya di puncak.Beda dengan papi dan ke dua kakaknya yang berkecimpung di dunia entertaiment, Rafsa benar-benar tak minat. Padahal dia punya bakat alami, yakni sangat suka main guitar, karena ia sempat berguru dengan Om Ben, gitaris The Stollen’s, rekan papinya. Namun itulah Rafsa, dia juga tak minat bikin group musik, baginya itu hanya buat hobb
Di usianya yang lagi masuk masa keemasan masa muda, Rafsa di kenal merupakan sosok fuckboy di kampusnya. Nama Rafsa sudah sangat terkenal, tapi terkenalnya karena kelakuan minusnya itu.Sesampainya di rumah menjelang jam 1 malam, Rafsa langsung menuju kamarnya dan beristirahat, tak lama kemudian, dia pun tertidur dengan sangat pulas.Paginya, sekitar jam 8.00…!“Rafsaaaa….!” terdengar teriakan dari dalam rumah besar dan mewah.“Hadeuhh…apa lagi si mami ini, bawell banget, ada ajaa kalau aku udah mau ke kampus!” keluh pria yang di panggil Rafsa ini pun nggak jadi masuk mobil sedan sportnya, tapi balik lagi ke dalam rumah.“Apa mamiii…Rafsa mau ke kampus ini?” saat melihat seorang wanita parobaya yang masih terlihat sangat cantik ini keluar sambil membawakan smartphone nya.“Ini ketinggalan…emank kamu mau nggak pake hape ke kampus!” sungut wanita ini, sambil men
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi