Share

bab 51

Author: Butterfly 98
last update Last Updated: 2022-07-17 23:17:28
Setelah memastikan kepergian Zico dan kedua orangtuanya, aku merasa lebih lega.

"Selamat Nona Bella, pria benalu itu sudah resmi keluar dari rumah ini. Jika ibunya mengancam menuntut harta goni-gini, kau bisa memberinya nomorku, aku akan menanganinya untukmu," ucap pengacara Nowela. Ia membereskan foto-foto vulgar itu lalu mengembalikan ke amplopnya.

Aku tersenyum menghadapnya, "Terimakasih Nona pengacara, peranmu sangat membantuku hari ini. Aku yakin ibunya itu tidak akan berani menuntut harta apapun."

Pengacara Nowela memasukan amplop foto itu kedalam tasnya, "kalau begitu, aku pamit pergi dulu. Aku akan meminta temanku untuk mengunggah berita itu malam ini. Kau tunggulah kabar selanjutnya," ucapnya sebelum pergi.

Aku mengangguk dan menyuruh Nina mengantarnya sampai keluar karena aku masih ada urusan dengan satu ular ini.

"Tania adikku, bukankah sekarang giliranmu?" aku tersenyum ramah sembari menoleh padanya yang tengah berdiri mematung.

"Hei~ adikku sayang, kemarilah ... Kakakmu in
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Adikku, Pelakorku.   bab 52

    Setelah memastikan Tania dibawa pergi. Rasa lemas dikakiku tiba-tiba menyerang. Aku terduduk dilantai memperhatikan telapak tanganku yang memerah setelah berulang kali menampar anak itu.Aku menggenggam tanganku sembari menutup mata, tergambar jelas wajah ayah dan mendiang ibuku saat mereka menyuruhku menyayangi Tania sewaktu kecil. Perasaan ini mengangguku, namun aku tidak ingin terlihat lemah. Itu akan membuat Tania semakin menjadi-jadi meremehkanku.Dia sudah menujukkan wajah aslinya, itu artinya ini bukan lagi perang tersembunyi. Jika ingin mengakhiri ini, aku atau dia harus ada yang kalah."Bella ... Kau tak apa?" tanya Rachel mendatangiku, aku tersenyum menoleh padanya. "Aku baik-baik saja."Aku merogoh kantungku dan mengeluarkan botol kecil dari sakuku. "Dia sudah merasakan bagaimana rasanya meminum racun yang ia berikan sendiri. Aku sudah puas melihat ketakukannya saat meminum racun itu," ucapku. Aku menatap datar botol kecil di telapak tanganku.Aku beranjak berdiri kemudian m

    Last Updated : 2022-07-18
  • Adikku, Pelakorku.   bab 53

    Keesokan harinya Nina datang ke kamarku untuk memberi laporan. "Apa kau sudah membaca pesanku kemarin?" tanyaku yang tengah bersiap didepan cermin."Seperti isi pesan Nyonya, saya sudah menyuap dokter itu untuk memberi penawarnya diam-diam lalu tidak lupa dokter itu mengatakan diagnosa palsu seperti yang Nyonya inginkan," jawab Nina.Aku tersenyum sembari merapikan rambutku, "baguslah."Nina terdiam sesaat, ia seperti ingin bertanya namun ragu. "Apa ada yang ingin kau katakan," tanyaku menoleh padanya.Nina meremas tangannya kemudian dengan ragu bertanya padaku, "Ma-maafkan saya jika pertanyaan saya lancang Nyonya, mengapa Nyonya memberi penawar itu? padahal kemarin di gubuk Nona Tania sempat sekarat dan akan mati."Aku mengela nafas, tidak aneh dia menanyakan itu. Rachel juga sempat bertanya begitu."Aku senang kau bertanya begitu Nina, itu artinya kau mendukungku untuk menghabisinya, ... tetapi, ini belum saatnya. Biarkan aku membuatnya menderita dulu," jawabku tersenyum.Bohong jika

    Last Updated : 2022-07-19
  • Adikku, Pelakorku.   bab 54

    Didalam mobil ditengah perjalan sangat hening, Edward hanya fokus menyetir sedang aku memperhatikan luar jendela. "Apa kau sudah menghukum adikkmu dengan baik?" tanya Edward memulai pembicaraan."Ya, bisa dikatakan begitu. Dia orang yang sangat membenciku. aku tidak tahu, apa setelah ini ia akan berhenti atau tidak," jawabku tanpa menoleh."Aku tahu kau ingin menghukum adikkmu dengan tanganmu sendiri, walau begitu jika kau butuh bantuan. Katakanlah padaku," ucap Edward. Aku menunduk dan tersenyum, "terimakasih."Sesampainya di kantor, aku pamit pergi pada Edward, namun ia tiba-tiba memanggilku. "Bella, kau cukup menangani adikmu saja. Dan jangan khawatir, mantan suamimu tidak akan pernah menganggumu lagi," ujar Edward dengan senyum misterinya.Aku terdiam hingga mobil Edward pergi, "apa dia sudah melakukan sesuatu pada Zico?" gumanku berfikir.Aku berjalan memasuki lobi kantor. Keramaian di tempat receptionist membuatku menyerit, aku buru-buru menghampiri mereka. "Ada apa ini?" tanyaku

    Last Updated : 2022-07-20
  • Adikku, Pelakorku.   bab 55

    PoV Tania..."Lepaskan! lepas ku bilang!" Aku meronta sebisa mungkin, namun dua pria kekar ini dan melemparku masuk ke gubug jelek. "Aku tidak ingin disini! aku ingin pulang!" teriakku dengan nafas memburu.Tiba-tiba aku merasa aneh dijantungku, "uhuk ... uhuk ..." Aku berusaha menahan batuk tapi tetap tidak berhenti. Aku memegang dadaku, rasa sakit saat batuk begitu menyakitkan. Hingga tiba-tiba aku merasa akan muntah."Uhuk ... Brub!" tanganku gemetar saat melihat cairan darah yang begitu banyak keluar dari mulutku. "D-darah?" kepalaku terasa berat aku terus batuk dan memuntahkan cairan darah. Sampai aku merasa lemas dan terkapar, rasanya benar-benar menyakitkan."To-tolong ... a-aku mohon ... uhuk ..." Aku merayap memegang kaki salah satu pria kekar itu, "d-dokter, p-panggilkan, to-tolong." Rasanya aku semakin sulit untuk bernafas.Tidak! aku tidak ingin mati, sekuat tenaga aku menjaga kesadaranku. Aku berusaha menganggkat kepalaku untuk mendongak, pelayan itu muncul bersama dokter

    Last Updated : 2022-07-21
  • Adikku, Pelakorku.   bab 56

    PoV Tania 2Aku sampai di kantor Bella lebih pagi, salah satu pria kekar itu mengantarku, ia mengancam jika aku tidak pulang tepat waktu maka aku tidak akan diberi makan satu bulan, dan jika aku mencoba kabur mereka akan melakukan sesuatu yang lebih kejam.Aku membeku ditempat mendengar ancaman pria itu, hingga ia pergi. Kakiku melangkah ke dalam kantor Bella, ini pertama kalinya aku tidak bisa menegakkan kepalaku dengan bangga.Aku terus berjalan menunduk takut jika ada seseorang yang mengenaliku.Namun tiba-tiba seorang wamita berdiri menghalangi jalanku, aku terhenti dan mendongak. "Wah siapa ini? bukankah kau pelakor yang ngerebut suami kakak sendiri?" sindir wanita itu dengan suara nyaring.Aku mengenalinya dia adalah Viona sekretaris Bella. Aku menggertakkan gigi sembari menatapnya."Hei~ beraninya kau menatapku begitu?" ucapnya menoyor dahiku. Aku tersentak menatapnya nyalang."Bagaimana rasanya berselingkuh dengan kakak ipar sendiri? apa begitu menyenangkan?" tanyanya meremehka

    Last Updated : 2022-07-22
  • Adikku, Pelakorku.   bab 57

    PoV Tania 3...Karena badanku yang masih lemah dan diriku yang tidak berpengalaman, sudah hampir setengah hari aku baru selesai membersihkan dua bilik toilet.Rasa menjijikan dan enggan menyentuh membuatku mual dan merinding. Aku benar-benar tidak bisa, sejauh ini cukup bagus aku memaksakan tangan cantikku.Aku bersandar di dinding luar toilet. Mencoba menghirup udara segar. Tetapi rasa lapar tiba-tiba menyerangku, kepalaku pusing karena terus bekerja dengan perut kosong.Aku mencoba kembali ke tempat para cleaning service berkumpul, melihat mereka tengah istirahat sambil memakan bekal. Membuat perutku kembali keroncongan.Aku hanya bisa menatap mereka sembari memegang perut."Hei kau sakit? mukamu, terlihat sangat pucat," tegur seorang pria sawo matang. Dia mendatangiku, tampilannya begitu dekil dan memakai seragam yang sama denganku.Aku membuang wajah dan mengabaikannya, karena perut yang makin melilit aku memutuskan untuk duduk berjongkok. Aku belum pernah duduk lantai langsung be

    Last Updated : 2022-07-24
  • Adikku, Pelakorku.   bab 58

    PoV Tania 4...Diam-diam aku keluar ditemani Agam, nama pria itu. Aku menggunakan jaket, masker dan helem miliknya. Walau sangat bau aku memaksa untuk memakainya, biarlah aku menahannya sebentar.Akhirnya kami keluar dari kantor, Agam membawaku ke puskesmas dengan motor maticnya. Diperjalan aku merasa ada sesuatu yang berat di kantong jaket kirinya, tanganku merogoh dan mengambil sesuatu dari kantung itu.Dompet? apa ini dompet Agam?Aku mengintip isinya terdapat uang lembaran biru lima lembar."Cih, dia begitu miskin," guamanku pelan. Aku memasukkan uang itu dan hendak menaruhnya kembali, tetapi aku tiba-tiba terpikir. Bukankah aku tidak memegang uang sama sekali?Aku melirik dompet itu dan mengambil uangnya dua lembar. Aku tidak berniat mencuri hanya saja aku akan meminjamnya sebentar. Lagian nominal ini sangat kecil, aku akan mengganti sepuluh kali lipatnya nanti.Motor maticnya terhenti di depan puskesmas, dengan tertatih aku mencoba turun dari motor metic itu. "Kau kembalilah, da

    Last Updated : 2022-07-25
  • Adikku, Pelakorku.   bab 59

    PoV Arbella....Karena ingin bertemu Edward aku memutuskan untuk pulang lebih awal hari ini. Ku rapikan semua berkas diatas mejaku kemudian meraih tas keciluntuk bersiap pergi. Aku berniat menunggu Edward menjemputku di kafe samping kantor sembari menikmati kopi.Deringan ponsel mengalihkan perhatianku, ku buka tasku untuk melihat siapa yang menelepon. Keningku menyerit memandangi nomor tak dikenal dilayar ponsel, walau ragu aku tetap mengangkat telfon itu.["Halo Bella, ini paman Robert."]Degh! sesaat aku membeku mendengar suara diseberang telepon, itu adalah ayah Edward.["I-iya paman, ada apa menelfon Bella?"] tanyaku sesopan mungkin.["Banyak yang ingin paman katakan, saat ini, tolong temui paman di rumah sakit harapan bangsa, ruangan VVIP. Paman akan menunggu,"] ucap paman menutup telepon.Aku tertegun menatap layar ponsel. Kenapa tiba-tiba paman ingin menemuiku? firasatku mengatakan tidak enak. Apa yang harus ku lakukan? Semoga ini hanya sekedar firasat saja."Bella ada kabar

    Last Updated : 2022-07-26

Latest chapter

  • Adikku, Pelakorku.   Bab 71

    "Terima! terima! terima!" David, Brian, Rachel bersorak bersamaan.Edward mengangkat telapak tangan, sorakan itu seketika berhenti. "Bella, aku sudah pernah mengungkapkan perasaanku padamu sebelumnya. Ku harap kali ini kau menerimanya," ucap Edward masih di posisinya.Ku tutup mataku sejenak, lalu menatapnya. Sebenarnya aku belum yakin untuk memulai berumah tangga lagi, aku masih belum siap. Aku sangat takut akan kegagalan dan penghianatan. Aku tahu Edward bukan orang yang seperti itu, tetapi ketakutan tetaplah ketakutan.Ku layangkan pandangan ke semua sisi, persiapan yang begitu niat dan mewah dibuat khusus untukku. Zico saja tidak pernah melakukan ini, jika aku menolaknya maka aku akan menyakiti usaha dan juga orang-orang yang hadir disini."Ya, aku bersedia," jawabku tersenyum.Mata Edward melebar binar, ia berdiri dan tersenyum bahagia menatapku. "Sungguh?" tanyanya yang ku jawab dengan anggukkan.Spontan Edward memelukku erat, "kau sudah menerimaku, jangan harap untuk berubah pi

  • Adikku, Pelakorku.   bab 70

    Seusai makan siang itu, Edward mengantarku dan Viona kembali ke kantor."Bella, apa malam ini kau ada waktu? aku ingin membawamu ke sesuatu tempat," ucap Edward di dalam mobil. Aku menatapnya sebentar, "kemana?" tanyaku.Edward tersenyum, "rahasia, kau akan tahu nanti. Berdandanlah yang cantik," jawabnya. Mendengar itu membuatku merasa dejavu, ini mengingatkanku saat pertama kali dinner bersamanya."Ehem, ehem, bisakah aku turun dulu, baru kalian lanjutkan percakapan romantisnya?" sela Viona yang duduk di kursi belakang. Ia melipat tangan sembari melirik kami berdua."Ba-baiklah, nanti kau bisa menjemputku di rumah," ujarku pada Edward, tak ingin Viona menunggu lama. Aku membuka pintu mobil dan keluar, disusul juga dengan Viona yang ikut keluar."Oke sampai jumpa nanti malam," ujar Edward didalam mobil, aku membalas tersenyum dan melambaikan tangan padanya."Apa hubungan kalian sudah ada kemajuan?" tanya Viona tiba-tiba."Kemajuan apa yang kau maksud?" aku bertanya balik padanya."Kem

  • Adikku, Pelakorku.   bab 69

    PoV Arbella…Sudah sebulan semenjak aku mengirim Tania dan Zico ke desa itu. Sekarang aku sudah tinggal kembali dirumah utama bersama ayah dan bibi. Sedang rumah lamaku telah terjual dua minggu yang lalu.Bulan lalu, aku memberitahu ayah. Bahwa aku sudah tahu tentang identitas Tania yang bukan adik kandungku. Awalnya ayah meminta maaf telah merahasiakannya, dan aku menolak permintaan maaf itu. Bagiku keputusan ayah dan mendiang ibu tidaklah salah, jadi tidak seharusnya ayah meminta maaf.Seandainya sejak awal Tania tidak mengkhianati ataupun berencana membunuhku, mungkin aku juga akan memilih untuk tidak mendengar rahasia itu.Berbicara tentang Tania, aku memberi tahu pada ayah, bahwa aku mengirimnya ke desa Geneva. Respon Ayah hanya diam, namun sorot matanya menyembunyikan kekhawatiran. Sebagai penenang aku bilang walau kota itu sedikit berbahaya, namun ada bawahan Edward yang menjaganya. Ayah menghela nafas lega setelah mendengar itu.Begitulah ayah. Sejahat apapun anaknya membuat l

  • Adikku, Pelakorku.   bab 68

    PoV Tania 2 ..."Tania … Tania … Bangunlah!" panggilan seseorang dan nafas yang begitu bau membangunkanku setengah sadar. Dengan sayup-sayup perlahan membuka mataku."Tania, …" Mataku terbelalak melihat wajah Zico yang begitu dekat dan bertelanjang dada. Sontak aku bangun dan mendorongnya. Tanganku kini kembali terikat, kepalaku terasa begitu pusing, dan kakiku yang begitu sakit.Zico terdiam dengan tangan yang juga terikat, aku menolah-noleh. Ternyata aku kembali kedalam mobil box, bedanya yang ini lebih sempit. Hanya ada aku dan Zico didalamnya.Mataku melebar melihat tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam. "D-dimana bajuku?" tanyaku menyilangkan dada.Zico menatapku dingin, "seharusnya aku yang bertanya seperti itu! dimana bajumu? kenapa kau kembali dengan bertelanjang!" tanyanya setengah berteriak.Aku memalingkan wajah dan melirik kakiku yang dililit acak menggunakan bajunya."Kenapa kau diam saja? apa benar kata penjaga itu kau berniat menggodanya? katakan!" seru Zico, mata

  • Adikku, Pelakorku.   bab 67

    PoV Tania.…Hawa yang pengap didalam sebuah box mobil, aku tengah bersandar sembari berbagi udara dengan satu pria bodoh dan dua pria yang tak ku kenal.Walau tanganku telah diikat kembali, tetapi penutup mataku sudah dilepas. Tidak ada pemandangan, hanya cahaya remang dan rasa sesak untuk bernafas. Aku membenci ini!Kenapa? kenapa semua harus berakhir begini?Ku pikir dengan kepulangan ayah itu akan membebaskanku dari neraka buatan ini. Tapi apa? ayahku, satu-satunya harapanku malah tak berpihak padaku. Rasa sesak hatiku yang merasa sangat tidak adil! tanpa sadar rasa marah itu membuatku mengungkap rahasia dengan mulutku sendiri.Apa aku menyesal? tidak juga. Saat melihat raut wajah Kak Bella yang tak berdaya membuatku sedikit terhibur. Kak Bella sangat lemah terhadap kesehatan ayah, kenapa aku tidak menggunakan kesempatan itu dari awal?Aku ingin sekali membuat Kak Bella mencium kakiku, tapi aku malah berada disini! menyebalkan!Tiba-tiba mobil terhenti. "Apa kita sudah sampai?" tan

  • Adikku, Pelakorku.   bab 66

    Aku menghela nafas, kemudian menuntun Bibi untuk duduk disofa bersama. "Bibi, sungguh aku sangat terkejut mendengarnya. Apa semua itu benar? Tania bukan adik kandungku? mengapa aku tidak tahu?" tanyaku. Kenyataan itu membuatku masih terkejut, aku ingin tahu semua kebenarannya."Baiklah, akan Bibi katakan. Sebenarnya ini adalah rahasia yang ingin dijaga ibumu Bella. Kau tahu ibumu adalah wanita baik. Sebenarnya, ibumu memilik seorang adik angkat yang diselamatkan dari korban KDRT, namanya Wenda. Ibumu sangat menyangi adik angkatnya itu seperti adiknya sendiri ...""... Tetapi Wenda sangat berbanding terbalik dengan ibumu. Jika ia menginginkan sesuatu harus terpenuhi. Suatu ketika dua bulan sebelum pernikahanku, aku memperkenalkan calon suamiku Devan. Itu adalah awal petaka bagiku, karena setelahnya. Sehari sebelum pernikahanku. Tiba-tiba Wenda mengaku tengah hamil anak Devan ...""... Kau tahu betapa hancurnya duniaku saat itu Bella, aku bahkan sampai pingsan karena terkejut. Tanpa tah

  • Adikku, Pelakorku.   bab 65

    Selepas ayahku dibawa ke rumah sakit, David mengantar kami ke tempat ayahku dirawat. Perasaan campur aduk menghampiriku saat menunggu dokter keluar dari ruang ICU.Aku terus memegang tanganku berharap dan berdoa Ayah akan baik-baik saja. Sesekali Bibi dan Edward mengiburku yang terus gelisah, tapi aku tetap tidak bisa tenang.Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan Ayah, buru-buru aku menghampirinya dan bertanya keadaan ayahku."Syukurlah pasien dibawa tepat waktu, ia berhasil melewati masa kritisnya. Namun karena masih dalam pemulihan, saat ini keluarga tidak diizinkan menjenguk hingga pasien sadar," tutur dokter.Aku mengangkat kepalaku sembari mengusap lega, "syukurlah ayah tidak apa-apa," gumanku mengatupkan tangan.Tidak lupa aku berterimakasih pada dokter sebelum ia pergi.Bibi memelukku haru,"syukurlah Bella, ayahmu sekarang baik-baik saja." Aku mengangguk membalas pelukan Bibi.Seusai memeluk Bibi, pandanganku menoleh pada sosok pria tegas yang tengah duduk di kursi tunggu.

  • Adikku, Pelakorku.   bab 64

    PoV Arbella...Dua hari berlalu sejak aku menikahkan pasangan penghianat itu, sesuai rencana. Hari ini, aku dan Edward kembali menemui Tania dan Zico dirumah hitam, aku membawa dua paperbag dan melemparkannya ke dalam sel."Apa ini?" Zico meraih paperbag itu dan membukanya, "baju?" dia menoleh padaku dan mengernyit."Ya itu pakaian untuk kalian, tidak mungkin kalian akan pergi dengan tampilan lusuh seperti itu."Zico terdiam memandangi baju yang dipegangnya, sedang Tania terlihat tidak tertarik sama sekali."Pakailah cepat," kataku berbalik pergi. Namun tiba-tiba ponselku bergetar, aku mengambil ponselku dari saku. Ternyata Rachel yang meneleponku.["Halo Rachel,"] ucapku mengangkat telepon.Hening sejenak, aku mencoba memanggilnya lagi. ["Rachel?"]["Be-Bella, Ayah dan Bibimu ada dirumah sekarang."]Mataku membulat sempurna mendengarnya, ["Ayahku ada dirumah?"] seruku terkejut.["Y-ya dia memintaku menghubungimu dan menyuruhmu untuk pulang bersama Tania,"] ucap Rachel gugup.Pandanga

  • Adikku, Pelakorku.   bab 63

    PoV Zico 2...Hingga keluar dari gedung, senyumku tak henti-hentinya mengembang. Ternyata mantan istriku benar-benar baik sampai repot-repot mengurusi pernikahan kami. Aku gak sabar pengen cepat pulang dan menikmati hidup yang baru bersama Tania, istriku.Mertuaku adalah ayah yang royal pada anaknya, meskipun Tania tidak memiliki perusahaan. Pasti ayahnya akan memberi rumah dan modal sebagai hadiah pernikahan kami, aku tak sabar menerima itu.Tapi ada yang aneh, mengapa Tania terus diam? ia bahkan tidak mengukir senyum indahnya sepertiku. Ntahlah mungkin dia masih lelah.Tania masuk ke mobil duluan, diiringi dengan aku yang duduk disampingnya."Selamat atas pernikahan kalian," ucap pria yang di panggil Brian itu. Ia menyengir dan memberi dua penutup mata padaku.Aku mengernyit heran, "untuk apa itu? bukankah kalian akan mengantarku pulang kerumah?"Pria itu tertawa, "memang kalian punya rumah? Edward menyuruhku membawa kalian kembali ke sel terlebih dahulu, nikmatilah malam pertama ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status