Adik Ipar Malang
Bab 41 A Kamera PengawasPOV AuthorDi tempat lain, Fero sedang memarahi adik perempuannya yang sudah bertindak di luar akal. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan adiknya itu."Freya! Kamu keterlaluan. Aku enggak tahu dengan jalan pikiran kamu!" marah Fero pada adiknya dengan nada tinggi."Kamu enggak seharusnya melakukan itu pada Lilis. Dia enggak ada hubungannya dengan balas dendam kamu. Dia enggak tahu apa-apa, Fre. Aku setuju untuk bantu kamu, supaya kamu dapat keadilan. Bukan untuk jadi pembunuh," terang Fero lagi kepada adiknya.Teringat dengan jelas, saat Freya mendorong Lilis dengan kedua telapak tangannya. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga. Secepat kilat dia menarik Freya, saat berniat kabur dari tempat itu, lalu mengajaknya bersembunyi. Meski di sisi hatinya sangat berat untuk meninggalkan Lilis, dan ingin sekali menolongnya. Dalam hati Fero terus memanjatkan doa untuk keselamatAdik Ipar MalangBab 41 B Kamera PengawasDevan dan Evan sudah sampai di ruang kontrol kamera pengawas. Sudah ada satu orang laki-laki operator kamera pengawas, sedang duduk di hadapan layar monitor. Layar monitor tersebut menampilkan puluhan kamera pengawas yang tersebar di resort ini.Melihat Evan, adik dari pemilik resort ini, operator kamera pengawas tersebut berdiri. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu Bapak akan datang ke ruangan ini." Laki-laki ber-name tag Fiyan itu sedikit canggung. Evan melihat wajah operator tersebut sangat lelah dan kusut. Sepertinya terlihat kurang tidur."Perlu saya panggilkan Bapak Manajer, Pak Evan?" tanya operator itu lagi."Tidak perlu," tolak Evan. Saat kejadian di kolam renang, Evan sudah memberi perintah kepada manajer, agar berita ini jangan sampai tersebar. Selain melindungi privasi Lilis, juga untuk menjaga nama baik resort ini. "Kami ingin melihat rekaman kamera pengawas
Adik Ipar Malang Bab 42 A (Terserempet Mobil)POV AuthorDevan memesan taksi untuk menuju kafe yang sudah disepakati bersama teman lamanya. Butuh waktu sekitar 25 menit untuk sampai di sana. "Sepertinya kita sampai terlalu awal," ucap Devan begitu turun dari taksi. Dia melihat arlojinya, pukul 09.45 WITA. Ternyata 15 menit lebih awal dari waktu janjian mereka bertemu."Enggak apa-apa, Kak. Itu lebih baik. Dari pada teman Kakak yang harus menunggu kita, malah kita yang jadi merasa enggak enak.""Ya, sudah. Kita masuk saja dulu kemudian cari tempat duduk."Kafe ini kebetulan seluruh dindingnya terbuat dari kaca, yang mana dari arah luar mau pun dari dalam bisa terlihat. Lilis memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela. Kemudian Devan memanggil pelayan untuk memesan minuman terlebih dulu, sambil menunggu teman lamanya.Lilis melihat dua orang perempuan berdiri di luar kafe. Dia seperti pernah melihat salah satu pere
Adik Ipar MalangBab 42 B Terserempet MobilDalam perjalanan Lilis terus berpikir, tentang Devan yang mengenal perempuan di sebelahnya, juga masih bertanya-tanya tentang Devan yang lebih memilih mengejar Freya dibanding perempuan yang memberi obat Evan."Maaf, di kursi belakang ada air mineral dalam kardus. Mungkin bisa diberikan ke Mbak yang terluka. Supaya lebih mendingan." Setelah beberapa lama hening di dalam mobil, laki-laki itu membuka percakapan lebih dulu."Biar aku yang ambilkan. Tunggu sebentar." Lilis segera mengambil air mineral. Kemudian membuka segel tutup botol tersebut, sebelum diserahkan kepada Freya yang menerimanya dengan biasa saja. Tak tersenyum atau pun mengucapkan terima kasih kepada Lilis. Dia hanya sesekali meringis, kala lukanya berdenyut.Freya dan Lilis sama sekali tidak saling berbicara. Berbeda dengan para perempuan, di kursi depan para laki-laki malah saling mengobrol. Freya dan Lilis jadi dapat mengetahui d
Adik Ipar Malang Bab 43 A Freya PergiPOV Author"Apa maksudnya aku merebut kebahagiaan Freya, Kak?" tanya Lilis dengan terisak. Devan tidak menjawab. Tangannya melingkari bahu Lilis, diusap, untuk menenangkannya.Evan sendiri hanya diam saja. Dia sama sekali tidak mengenal laki-laki yang dipanggil Fero itu, juga tidak mengetahui permasalahan yang terjadi. Namun dia sama terkejutnya dengan Lilis. Bagaimana bisa laki-laki itu menyimpulkan bahwa Lilis yang merebut kebahagiaan Freya? Di dalam sana Freya tersenyum sinis melihat keadaan di luar pintu yang setengah terbuka. Kejadian itu sempat dilihat oleh Evan. Kali ini Evan percaya dengan apa yang diucapkan oleh Laras."Bukan apa-apa, Sayang. Kamu enggak merebut kebahagiaan siapa pun. Kamu hanya salah paham." Devan masih berusaha menenangkan istri kecilnya, saat Lilis masih terisak. Dia tak tega melihatnya.Fero sendiri mengepalkan kedua telapak tangan dan mengetatkan rahang. Matanya bertemu pandang dengan mata Lilis. Hanya sesaat, kare
Adik Ipar MalangBab 43 B"Maksudnya?" tanya Evan sambil fokus kembali mengemudi, karena lampu sudah berganti warna hijau."Perempuan yang menaruh obat perangsang di makananmu juga sedang bersama Freya tadi. Saat aku kejar, dia sudah lari jauh, jadi aku mengejar Freya sampai dia terserempet mobil." Devan yang menjawab "Aku enggak ingin berpikiran buruk, apalagi aku enggak kenal dengan Freya, tapi ini agak mencurigakan," opini Lilis."Aku tidak menyangka, kalau memang Freya ikut terlibat dengan semua ini. Kira-kira apa motifnya?" heran Evan.Devan memberi usul. "Begini saja, besok kita pergi menjenguknya. Luka dia ringan, kemungkinan hari ini sudah boleh langsung pulang dari rumah sakit." "Kalau dia sudah pulang dari rumah sakit, lalu kita harus menjenguknya di mana?" tanya Evan."Di resort. Besok kita jenguk di kamar dia menginap?" Jawaban Devan hampir membuat Evan mengerem mendadak, dengan sigap dia hanya memperlambat laju mobilnya."Freya selama ini juga tinggal di resort?" tanya
Adik Ipar Malang Bab 44 A (Kebetulan Bertemu)POV Author"Satu lagi," ucap Evan. "Aku mau ikut kalian membeli oleh-oleh untuk orang rumah. Apakah boleh?"Devan melirik Lilis, mencari tahu ekspresi di wajahnya. Lilis sendiri sama sekali tidak menampakkan ekspresi apa pun. "Tentu saja boleh, kan, Lilis?""Ya. Nanti aku akan bantu untuk pilihkan barang-barang yang disukai Kak Laras dan orang rumah lainnya.""Terima kasih."Siang harinya mereka menghabiskan waktu membeli oleh-oleh untuk orang rumah di bagian pusat perbelanjaan. Lilis berjalan di depan memimpin jalan, sedang Evan dan Devan di belakang layaknya bodyguard. Mengikuti ke mana langkah Lilis pergi sambil membawa belanjaan.Lilis membeli sebuah kaos bertuliskan 'I Love Bali' untuk mas Tejo. Teringat pesannya sebelum dirinya dan Devan berangkat ke Bali. Juga beberapa sandal dan aksesoris lainnya. Untuk mbok Urip, kain batik khas Bali menjadi pilih
Adim Ipar MalangBab 44 B Kebetulan Bertemu Saat ini mereka sudah berada di sebuah ruangan yang tidak terpakai di resort. Tempat ini nantinya akan direnovasi untuk dijadikan loker tambahan dan tempat istirahat para karyawan. Kondisi perempuan itu duduk di tengah-tengah ruangan, dengan kedua tangannya diikat ke belakang. Badan dan kakinya juga diikatkan ke kursi. Tubuhnya terus bergerak-gerak, berupaya agar tali tersebut mengendur. Matanya memandang tajam ke arah Evan dan Devan yang berdiri di depannya.Dua karyawan Evan yang memiliki cukup ilmu bela diri, berada di pintu luar untuk berjaga-jaga.Sebenarnya Devan melarang Evan untuk mengikatnya seperti ini. Agak berlebihan menurutnya, tapi tenaga perempuan itu lumayan besar, sehingga membuat Evan mau tak mau harus melakukan ini."Siapa yang menyuruhmu untuk menaruh obat perangsang di atas makananku?" tanya Evan pada perempuan itu."Apa kamu bekerja sendiri? Atau ada yan
Adik Ipar MalangBab 45 A Ada Bi Tirah"Apa lagi yang kamu ketahui? Apa kamu tahu kenapa Freya sampai melakukan hal itu padaku?" tanya Evan semakin tidak sabar."Aku tidak tahu. Aku hanya disuruh untuk melakukan apa yang dia suruh, tanpa harus tahu tentang yang lain. Kemudian menerima bayaran darinya."Evan dan Devan meneliti wajah Siska. Mencari kejujuran di sana. "Apa ada rencana lagi yang akan dijalankan Freya?"Siska menggeleng. "Aku tidak tahu. Apa Tuan ...""Devan. Namaku Devan," sela Devan."Apa Tuan Devan ingat saat Tuan memergoki aku dan Freya di kafe?" Devan mengangguk."Saat itu sebenarnya kami ingin membuat rencana baru, tapi belum sampai duduk, lagi-lagi Tuan Devan sudah menggagalkan kami," lanjutnya.Seketika nyali Siska langsung mengkerut karena Evan memandanginya dengan tajam."Aku belum sepenuhnya percaya denganmu," tukas Evan. "Kamu tetap di sini sampai ak
Bab 91 Senyum Bahagia Freya tidak tahu kalau Laras juga mencari bantuan saat pergi. Makanya dia berpikir kalau Laras merupakan orang yang menyebabkan dirinya menjadi seperti sekarang. Sedangkan nasib ketiga pemuda yang melecehkan Freya, mereka sudah tew4s di dalam sel sesaat setelah Freya keguguran. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Fero. Lilis melihat Devan sedang menunduk sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Tangannya segera merengkuh telapak yang mengepal itu. Devan mengangkat kepalanya dan melihat senyuman hangat Lilis. Semua yang ada di sana juga melihat ke arah Devan. Mereka tahu bagaimana perasaan bersalah yang Devan miliki. "Devan, kamu enggak sepenuhnya salah. Bagaimanapun, kamu punya pilihan sendiri. Apa lagi ini untuk seumur hidup. Jangan karena orang memintamu melakukan ini, kamu juga harus menurutinya. Kamu itu milik diri kamu sendiri. Kamu berhak menentukan yang terbaik untuk dirimu." Pak Arifin selaku mertua Devan ber
Bab 90Fero memberi kode pada anak buahnya untuk tetap menangkap Freya. Kemudian terjadilah perkelahian antara Meisya dengan kedua anak buah Fero. Meski Meisya menguasai bela diri pun kalau harus melawan dua laki-laki yang ilmunya jauh di atasnya, dia akan kalah. Tidak sampai lima menit, Meisya bisa dikalahkan. Kemudian Fero membawa Freya kembali bersama dengan Meisya juga. Setelah mereka pergi, Devan menyuruh anak buahnya untuk segera membereskan preman-preman bayaran Freya dibantu oleh anak buah Evan.Evan menghubungi orang tuanya untuk segera pergi ke rumah sakit di mana Elan dirawat. Siska yang mendengar tentang Elan pun langsung mendekati Evan. "Tuan Evan, bolehkah saya bertemu dengan Tuan Elan?" tanyanya dengan nada memohon. Matanya berkaca-kaca. Evan mengangguk begitu saja. Sebenarnya dia merasa tak enak sudah mencurigai Siska kemarin. Sudah seharusnya dia meminta maaf. Tetapi suaranya tetap tidak bisa keluar, kembali ditelannya lagi. "Siska, ayo kita ke rumah sakit jengu
Bab 89 Tukar Kebebasan SiskaSemua yang ada di dalam ruangan itu terkejut. Terutama Freya. Padahal dia sudah membayar orang-orang untuk melindungi tempat ini. Lagi pula rumah ini berada jauh di dalam karena dibangun di belakang kebun. Lilis yang melihat Devan datang segera berlari ke arahnya. Freya yang melihat itu langsung berteriak, "Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia berlari ke sana!"Semua preman itu langsung berlari ke arah Lilis. Bukannya menangkap Lilis, mereka malah berdiri di sisi kanan, kiri, dan di belakang Devan. Freya langsung tercengang. Bagaimana bisa orang bayarannya malah berdiri di pihak Devan? Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Sepertinya dia sudah tahu apa yang sudah terjadi. Jangan-jangan, Elan tidak dibawa ke tempat yang sudah dia rencanakan, melainkan sudah diselamatkan oleh mereka. Tetapi Freya masih mencari cara untuk menyelamatkan dirinya. Devan memandang Freya dengan pandangan yang sulit. Dulu mereka bertiga—dengan Fero—sangat akrab. Devan sudah menganggap F
Adik Ipar Malang Bab 88 Yang SebenarnyaBeberapa hari berikutnya, Freya mau mengeluarkan suaranya. Hal yang pertama kali dia ucapkan adalah meminta Fero mencari siapa perempuan yang berlibur juga di puncak pada saat itu.Akhirnya, setelah beberapa hari, Fero sudah menemukan keluarga mana yang pergi berlibur pada hari di mana Freya mengalami kejadian naas. Saat Fero ingin memberitahu Freya, dia malah mendapati adiknya sedang sekarat setelah meminum obat peng9u9ur kandungan lebih dari takaran. Hal itu membuat Fero syok karena ternyata Freya tiba-tiba mengalami pendarahan dan kemudian keguguran.Karena pendarahan terus menerus, membuat rahimnya menjadi infeksi. Untuk meminimalisir munculnya kanker dan kerusakan pada organ lainnya, dokter menyarankan agar Freya menjalani pengangkatan rahim.Freya jelas menolak. Baginya rahim adalah salah satu tanda perempuan sejati. Dari gadis saja dia tidak punya rahim, laki-laki mana yang mau men
Adik Ipar Malang Bab 87 Kamu Punya Sesuatu "Kamu tidak percaya, kalau kamu punya sesuatu yang tidak aku punya?" tanya Freya dengan dingin. Lilis hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan.Freya berucap dengan lirih, "Devan."Mata Lilis melebar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Mungkin telinganya sedang tidak berfungsi dengan baik.Freya paham melihat dari ekspresi Lilis. Pasti perempuan di depannya ini merasa sudah salah dengar."Kamu enggak salah dengar. Aku benar-benar menginginkan Devan.""Jangan macam-macam Freya! Kamu mendekati kak Elan untuk menghancurkan rumah tangga kak Evan dan kak Laras, kenapa kamu meminta kak Devan padaku? Aku pikir kamu menyukai kak Evan!" ucap Lilis dengan nada tinggi.Lilis merasa kalau Freya sudah terkena gangguan jiwa. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya. Dengan wajah cantik dan kekayaan keluarganya, laki-laki mana yang akan menolak? Kenapa harus terobsesi dengan laki-laki yang sudah menikah,
Adik Ipar Malang Bab 86 Menghubungi Devan Di tempat lain, Fero tiba-tiba penasaran dengan adiknya yang sedang cuti. Dia coba untuk menghubungi adiknya kembali. Namun, masih tidak tersambung.Tadinya dia ingin membuat kejutan untuk adiknya, dengan tidak memberitahukan kepulangannya ke Indonesia. Ternyata adiknya malah mengambil cuti, dan nomornya susah dihubungi."Ini sudah hampir tiga jam, tapi kenapa Freya masih susah dihubungi?" gumam Fero.Akhirnya Fero penasaran untuk apa adiknya itu mengambil cuti tanpa sepengetahuannya. Dia segera meminta bawahannya untuk mencari keberadaan adiknya.Setelah beberapa saat, Fero menerima laporan kalau Freya beberapa hari yang lalu memesan tiket pesawat ke Singapura, tetapi tidak pergi ke sana. Lalu, untuk apa?Setelah mengerti dengan situasi ini, Fero langsung bangkit dari duduknya. Dia membawa dua bawahannya untuk mengikutinya."Pergi ke lokasi di mana Freya sekarang berada!"
Adik Ipar Malang Bab 85 Memata-mataiSiska dan Lilis sedang duduk di ruang tamu. Mereka sedang menunggu sang Tuan Rumah keluar dari ruangannya. Lilis merasa was-was. Dia sedang memikirkan bagaimana kedepannya dengan Daffin kalau dirinya terjadi sesuatu di sini. Sedang Siska, dia malah merasa sangat gugup dan takut.Meisya segera menghampiri Siska dan Lilis. Dia membawa sebuah kotak berukuran tiga puluh sentimeter dan meletakkan di atas meja. "Silakan taruh ponsel Nona berdua di dalam kotak ini!" ujar Meisya dengan sopan. Siska dan Lilis saling memandang dan mengerutkan kening.Melihat keragu-raguan kedua perempuan itu, Meisya menambahkan, "Kami tidak akan mengambilnya. Hanya untuk mengantisipasi saja." Siska dan Lilis masih enggan untuk mengeluarkan ponsel mereka. Tidak disangka kalau Freya sangat berhati-hati. Padahal rencana Lilis adalah ingin merekam dan mencari bukti sebanyak-banyaknya untuk m
Adik Ipar Malang Bab 84 Dua Perempuan Sementara itu, Lilis sudah sampai di dekat gang besar yang dimaksud oleh Freya. Sebelumnya Freya memberitahu lagi, kalau mereka naik kendaraan umum, mereka harus turun di gang besar yang menuju ke rumah di mana Elan disembunyikan. Lalu, mereka harus berjalan kaki kurang lebih sejauh lima puluh meter lagi. Selama berjalan, Lilis memerhatikan keadaan tempat ini. Sepanjang jalan, di sisi kanan dan kiri hanya kebun yang ditanami pohon buah-buahan. Di antaranya pohon rambutan, mangga, dukuh, dan jambu air. "Lis, perasaanku agak kurang enak. Apa kita balik lagi saja?" Siska menggandeng lengan Lilis dengan kuat. Meski siang hari, tapi di sini sangat sunyi. Bahkan tidak ada orang yang lewat. Sepertinya lahan di sini adalah milik satu orang, sehingga orang-orang tidak berani lewat jalan ini sembarangan. "Jangan dulu! Kalau kita kembali, bagaimana dengan Kak Elan?" tolak Lilis."Tapi aku
Adik Ipar Malang Bab 83 Penyekapan Elan Di kantor Devan, tiba-tiba saja pikirannya mengarah ke Lilis. Entah kenapa hatinya sangat merindukan istri kecilnya itu.Devan menghentikan pekerjaannya sebentar, lalu mengambil ponsel dan menghubungi nomor Lilis. Panggilannya tersambung. Hanya saja tidak di angkat oleh istrinya itu. Sampai panggilan ketiga, Lilis tetap tidak mengangkat telfonnya. Kemudian Devan menghubungi nomor rumah Bu Maya. Tepat sekali beliau yang mengangkatnya. [Halo, kediaman Rifan di sini.]"Halo, Tante. Ini aku Devan."[Oh, Devan. Ada apa?]"Apa Lilisnya ada, Tante?"[Lilis? Dia sedang menemani Siska ke rumah sakit.]"Sejak kapan?"[Kurang lebih dari dua jam yang lalu. Mungkin sedang banyak pasien, jadi antreannya sedikit panjang.]"Apa Daffin juga ikut?"[Enggak. Daffin di rumah dengan Tante dan Laras. Ada apa, ya? Suara kamu kok terdengar cemas.]"Enggak apa-apa, kok, Tante. Terima kasih, ya. Mungkin L