Bab 265: Hati di Dalam Cangkir
“Jadi, bagaimana kabar Olive sekarang?” Tanya Aje.
Karin tersenyum sebentar. Tangan kirinya naik untuk mengaitkan rambutnya ke samping telinga, lalu menjawab.
“Kondisinya semakin membaik.”
“Syukurlah.”
“Semenjak dia pulang ke rumah, dia tetap menjalani rawat jalan. Sesekali dia ke rumah sakit Harapan Asih untuk melakukan cek atau kontrol dengan dokter spesialis.”
“Apakah nanti, setelah sembuh, dia bisa berjalan normal seperti semula?”
“Entahlah,” jawab Karin seraya melepaskan nafas. “Sepertinya, kemungkinan itu kecil.”
“Dia masih harus menjalani dua kali operasi lagi. Yang pertama, untuk mereposisi otot di paha, yang terhubung dengan lututnya itu. Lalu operasi yang kedua, untuk mencabut pin yang ditanam di dalam tulang pahanya.”
“Pin?&rd
Bab 266:Dompet di Bawah Meja Karin menyebut nama wanita yang terakhir tadi dengan..,“Thea..! Nah, lho? Kalian berdua ke sini??”“Iya,” sahut Thea. “Biasalah, sesekali, lagi bete nih dengan kerjaan di kantor.”Karin pun sibuk berbasa-basi dengan dua wanita yang baru datang itu. Mereka saling bersalaman, berpelukan, tidak ketinggalan pula cipika-cipiki.Kemudian, Karin mengenalkan Aje pada dua orang wanita yang ternyata sahabat lamanya itu. Mereka berdua adalah wanita karir, dengan setelan kantor yang tetap tidak kusut untuk ukuran sore hari begini.“Wulan.” Sebut wanita pertama, menyalami Aje. “Dorothea, panggil saja Thea.” Susul wanita yang kedua.“Aje,” sebut Aje pula menyebut namanya.Wulan dan Thea lantas menolah-noleh, mencari meja untuk mereka berdua.“Ya sudah, di
Bab 267:Lawan Yang Asing “Tak usah terburu-buru. Mau pakai gincu, atau mau pakai bedak dulu, kami tetap sabar menunggu.”Olive mengangguk. Ia kemudian melanjutkan tatih-tatih langkahnya memasuki rumah. Sesampainya di dalam kamar, ia pun menyalin pakaiannya dengan seragam polisi miliknya.Hal yang paling sulit tentu saja adalah ketika ia memakai celana. Untuk yang satu ini, sang ibu sendiri yang selalu memakaikan untuk dirinya.Beberapa menit kemudian, Olive pun kembali memasuki mobil yang dikendarai Jehan tadi. Bersamaan dengan itu, berupa-rupa pertanyaan pun menghinggapi benaknya.“Untuk apa aku dipanggil menghadap para perwira?”“Perwira dari bagian manakah yang berkepentingan denganku?”********Di ruangan ini, Olive duduk di sebuah kursi, dikelilingi oleh para perwira dari Mapolda. Semuanya berpangkat melat
Bab 268:Pesan Cinta Untuk Ayah Tiba-tiba saja, Karin menepuk jidatnya sendiri, plok!Setelah itu, ia menjatuhkan dirinya pula ke ranjang, brug!Tangannya yang tadi memegang ponsel, terbanting begitu saja dan ponselnya pun terhempas dengan posisi terlentang. Untung masih di kasur.Layar ponsel Karin itu masih menyala, menampilkan sebuah pesan yang barusan tadi ia baca dan sontak membuat hatinya kesal. Ia memandangi plafon kamarnya untuk mencari pelampiasan.Pesan itu datang dari Kompol Corina, komandannya di Unit I Renakta. Pesan yang memberi tahu, tapi sekaligus juga memberi perintah.Yaitu, Karin diutus oleh Unit I Renakta untuk.,Ckk..! Karin berdecak, sembari menggeleng-gelengkan kepalannya perlahan.Padahal, selama beberapa waktu ini ia tidak pernah menonjol-nonjolkan dirinya di kantor. Di dalam meeting yang terakhir, ia juga tidak pernah mengajukan diri untuk turun and
Bab 269:Simpan Untuk Kamu “Haloohh..,”.Aje terbengong beberapa saat. Menyimak suara Karin ini, sepertinya ia sudah tidur. Aduh, Aje jadi merasa tak enak hati karena telah membangunkan sang Polwan itu.Tak pantas, pikirnya, juga tidak etis. Sebab, ini sudah jam dua belas malam. Sudah sangat larut.“Karin..,” panggil Aje segan.“Hiyaahh..?”“Kamu sudah tidur?”“Sudaakkh..,”“Maaf ya, waktu kamu menelepon tadi aku tidak dengar. Aku tadi duduk di teras, ngobrol-ngobrol dengan Pak Sali.”“Pak Sali ini siapahh?” Tanya Karin dari seberang sana, disusul kemudian dengan suaranya yang menguap.“Huaaakhh..!”“Pak Sali ini suaminya Bu Atik.”“Bu Atik, oooh.., pemilik kontrakan kamu itu
Bab 270: Kisah Dari Film Lama BEBERAPA HARI KEMUDIAN..,Hekal menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan. Ia lalu menoleh, mengedarkan pandangannya ke seantero taman Damai Langgeng ini.“Kenapa Bang Aje belum datang juga?” Batinnya.Semakin lama menunggu, Hekal semakin penasaran saja. Motor yang bagaimanakah yang Aje comblangkan untuk dirinya ini?Hekal ingin meng-upgrade motor miliknya dengan motor yang lebih baru, lebih sehat, dengan tahun perakitan yang lebih muda.Hampir setiap hari ia mencermati marketplace lokal, baik itu di grup-grup facxbook maupun di aplikasi online yang lain. Namun, sejauh ini belum ada motor yang ia rasa cocok.Hekal tidak ingin menjual motornya, kemudian membeli yang lain. Ia hanya ingin melakukan TT, alias tukar tambah.Dalam hal ini, tentu saja ia akan menambah uang, yang jumlahnya merupakan selisih dari harga motornya dengan motor milik orang lain itu.Hekal tak perlu cemas dengan anggarannya. Sebab ia memang telah memikirkan itu sejak memutuskan kembali
Bab 271:Drama Tahi Lalat “Saya sudah melihatnya dari mata kamu.., kamu masih mencintai Olive!”Kata-kata wanita keriting berkacamata tadi menggema di dalam hati Hekal. Gaungnya tetap tinggal di situ hingga beberapa saat, membuat Hekal terpaku dalam duduknya yang gelisah.Ketika Hekal sadar pada sesuatu, cepat ia menoleh, mencari sosok wanita rambut keriting tadi. Ia sampai berdiri di atas bangku taman, dengan kepala mendongak-dongak dan matanya menghilir-mudiki seluruh area taman.Aneh, pikir Hekal.Sama dengan kedatangannya yang tak terduga, kepergian wanita keriting itu juga sangat misterius. Seperti lenyap begitu saja seakan ditelan bumi.Seiring dengan Hekal yang kembali duduk di bangku taman ini, sebuah tanda tanya besar pun menghinggapi kepalanya. Tanda tanya yang beranak pinak.“Siapa wanita berambut keriting itu?”“Sahabatnya Oliv
Bab 272:Menyiram Bunga Sore berikutnya..,Di tempat yang berbeda..,Olive berjalan tertatih-tatih dengan bantuan kruk, juga dengan alat penyangga yang terpasang di kakinya. Ia ingin menuju ke halaman samping, mengisi waktunya di sore ini dengan menyiram bunga.Ini adalah satu dari beberapa kegiatan Olive dalam mengisi waktu luang di masa penyembuhannya ini. Selain memasak, menyiram bunga juga termasuk aktifitas yang pada akhirnya ia gemari.Belakangan ia juga baru sadar, bahwa aglaonema milik sang ibu di deretan pojok teras samping ini, rupanya berharga mahal. Bahkan dihargai pertiap daunnya oleh sang penjual.Ada juga beberapa koleksi caladium, berjejer beraturan dengan kompilasi sanseivera. Nama yang terakhir, sanseivera, betapa pun unik corak daunnya meruncing dan menjulang ke atas, tapi namanya sangat aneh di dalam bahasa Indonesia. Yaitu, lidah mertua.Kalau begitu, apakah ad
Bab 273:Romansa Pahit Tepian InderapuraHekal mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Beberapa kendaraan yang lajunya lebih kencang, melintas di sisi kanannya. Kali ini angin bertiup dari arah utara.Sementara matahari yang mulai redupkan sinarnya tampak bertengger di kaki langit barat yang masih cerah nan menyilaukan.Tak berapa lama kemudian, Hekal menghentikan motornya persis di tepi sebuah jalan kecil, lalu memarkirkannya secara serong.Ruas jalan tempat ia berhenti ini, memanjang dari timur ke barat, sejajar dengan garis tepi sungai Inderapura yang berair kecoklatan.Meskipun sungai Inderapura ini tidak terlalu cantik secara visual, namun sudah lebih dari cukup untuk memberi sedikit relaksasi bagi para warga kota Bandar Baru.Karena, di sepanjang bibir sungai ini, terdapat kafe-kafe jongkok yang menghadirkan view yang cukup melegakan mata, yaitu hamparan sungai yang melebar dan
Bab 303: Selendang Cinta “Saya terima nikah dan kawinnya Karin Jazmina Zachrie binti..,” Kalimat Aje terputus lagi! Bintinya, binti siapa? Aje lupa! Siapa tadi nama ayah kandung Karin? Siapa tadi namanya, ini, lelaki di hadapanku yang menggenggam tanganku ini! Mengapa lidah Aje menjadi kelu begini? Tiba-tiba saja hatinya bergetar dahsyat. Ia merasa tengah berada di dalam sebuah dimensi yang tak terdefinisi. Seakan-akan ia berada di suatu kegelapan, di mana sekarang tengah dipampangkan di depan matanya, seluruh kolase hidupnya yang bersambungan bak deretan potret. Dia yang dulu menikah dengan Diana., Dia yang dulu menjalani hidup nan bahagia.., Diana yang kemudian mengandung.., Diana yang dimasukkan ke ruang operasi…, Diana yang tak sadar dan terus pergi.., Darah Aje mendesir begitu derasnya. Bulu romanya pun serentak meremang. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Namun, tiba-tiba kegelapan yang menyungkupinya tadi menghilang. Digantikan suasana yang terang benderang, de
Bab 302: Riam Kanan Riam Kiri “Eeem, ini, Abang ada masalah, Kal.”“Masalah? Masalah apa, Bang?”“Jadi begini, besok malam, eee.., besok malam.., Abang mau.., ini, ckk, eee..,”“Mau apa?” Kejar Hekal.“Emmm, Abang mau melamar seseorang.”“Melamar?”“Iya.”“Siapa?”“Kamu pasti tahu orangnya.”“Mbak Karin?”“Iya.”“Tunggu, tunggu dulu, Bang.”“Kenapa?”“Aku bilang cie dulu ya.”“Silah..,” belum sampai ‘kan’, Hekal sudah,“Ciiieeeee..!”Nah, masalahnya adalah, Aje sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Kerabat terdekat ayahnya yang dituakan justru tinggal di kota yang berbeda dan itu jauh.Aje bisa saja, dan ia berani melakukan itu, melamar Karin seorang diri. Akan tetapi, ia juga tidak bisa mengabaikan etika.Semestinya, untuk berbicara dengan orang tua Karin harus melalui perantara orang tua juga, dalam hal ini keluarga.“Abang sudah meminta tolong Pak Sali untuk menjadi perwakilan keluarga Abang. Tapi, dia tidak berani. Grogi, begitu katanya.”“Oh, begini saja, Bang. Aku ada ide.”“Ap
Bab 301:Bunda Untuk Tiara Aje mengendarai motornya dengan perasaan yang melambung. Seakan-akan ia baru saja menghirup gas helium, membuat dirinya dan juga motornya terasa amat ringan.Rasanya seperti mau terbang saja. Mungkin benar apa yang dikatakan pujangga lama dari antah berantah itu, bahwa bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta, mereka tak butuh sayap!Seperti inikah dampak dari sesuatu yang dinamakan asmara itu?Apakah ini merupakan pengalaman yang paling baru bagi Aje?Tidak juga. Bersama almarhumah Diana dulu ia pernah merasakan gejolak yang seperti ini. Momen ketika dulu ia bertemu dengan almarhumah Diana pun kembali membayang di dalam benak Aje, seiring dengan perjalanannya bermotor kembali ke rumah.Di dalam bus metro, ya, di situlah ia dulu bertemu dengan Diana sewaktu masih tinggal di Jakarta. Cerita pun bergulir dari beberapa pertemuan hingga menjadi perkenalan.
Bab 300:Kamu Oke Aku Pun Oke “Ayim!”“Jazmin!”Tiba-tiba saja, bumi berhenti berputar, angin berhenti berhembus, bunga dan pepohonan tak bergerak, kupu-kupu diam mengambang.., semua yang ada di taman ini seakan terpasung pada waktu yang abadi.Pelan-pelan, Karin melirik ke arah Aje. Pelan-pelan juga Aje melirik ke arah Karin. Beberapa detik mereka berdua saling bersitatap, lalu serentak saling mengalihkan pandangan. Canggung, grogi, gugup, kikuk.Aje dan Karin telah tertangkap basah dengan kata-kata mereka sendiri, Saat ini Karin merasa bagai pencuri ayam yang terkurung di dalam kandang.Aje pun merasa bagai maling celana dalam yang dipergoki sang pemilik jemuran.“Naaah..!” Kata Olive menunjuk Hekal. “Sudah dengar Kakak kan? Gebetannya Mbak Karin itu cuma Ayim!”“Sudah dengar juga kamu kan?” Sahut Hekal pula. &ldq
Bab 299:Ayim & Jazmin Aje mengendarai motornya dengan kecepatan yang sedikit lebih dari biasanya. Ia tidak ingin Hekal terlalu lama menunggu, lalu membuat penerima paket pun ikut menunggu.Barang yang tidak biasa, dengan layanan yang tidak biasa pula. Butuh cepat, begitu kata Hekal tadi. Ongkosnya saja dua kali lipat dari yang semestinya.Sesekali Aje berhenti di lampu merah, atau di ruas jalan yang kebetulan sedang ada kemacetan. Ia barengi proses mengendara motornya itu dengan berpikir, tentang apa pun yang kebetulan melintas di dalam benaknya.Nah, tiba-tiba ia teringat lagi pada mimpinya beberapa waktu yang lalu. Tentang seorang wanita di bawah joglo yang ditunjukkan almarhumah Diana.Atau, bagaimana jika.., joglo dalam mimpinya itu memiliki pengertian yang tidak harfiah. Artinya bukan joglo dalam bentuk fisik, tapi joglo dalam bentuk yang.., heemm, Aje terus berpikir, terus melamun, se
Bab 298:Yang Bertengkar Sepanjang perjalanannya menuju alun-alun ini, benak Karin terus diganggu dengan banyaknya pertanyaan. Ia tak habis pikir, masalah apa yang sedang dihadapi Olive itu hingga ia meminta bantuan pada dirinya.“Mudah-mudahan, Olive nanti bisa kuat dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan Hekal,” harap Karin dalam hati.“Mudah-mudahan aku tidak perlu campur tangan.” Olive bilang di telepon tadi, dia bertengkar dengan Hekal suaminya itu. Pasal apakah? Apakah ini menyangkut fisik Olive yang tidak sempurna lagi dan Hekal yang kakinya juga cacat?“Sepertinya, tidak mungkin.” Bantah Karin pula.Sebab, dengan pandangannya sendiri ia bisa menilai ketulusan Hekal pada Olive dan begitu juga sebaliknya.Atau, ada rahasia lain?Misalnya, Olive frigid, dan Hekal impoxten hingga tak mampu menafkahi batin istrinya itu? Hemm,
Bab 296:Antara Tangisan dan Orderan Masih pukul sepuluh pagi, Karin ingin mengambil break dari pekerjaannya dengan keluar menuju kantin yang terletak di antara komplek perkantoran Ditreskrimum dan Ditlantas.Ia berharap segelas teh manis dengan campuran irisan lemon bisa menyegarkan pikirannya.Sejak kemarin ia diperintah oleh Kompol Corina untuk membaca-baca buku, artikel, atau jurnal yang membahas psikologi wanita.Ini terkait dengan sebuah kasus kekerasan dari sebuah Polres yang sekarang tengah mendapat supervisi dari komandannya itu.Karin membaca, membuat resume, dan menyunting semua hal yang perlu dari bacaannya itu, untuk selanjutnya nanti akan ia diskusikan bersama.Tak sampai dua menit kemudian Karin telah sampai di kantin dan segera memesan segelas teh lemon.Ia sengaja memilih duduk di meja yang paling pojok. Selain karena memang itu nalurinya sebagai petugas rese
Bab 296:Lumer “Aku tadi sudah ke Rowo Bening, Bang,” kata Hekal mulai buka percakapan.“Hem-hem? Ke tempat siapa?”“Tentu saja ke rumah Abang.”“Nah, Abang kan lagi mengojek.”“Itu dia yang aku lupa. Ya sudah, sekalian saja aku silaturrahmi ke rumah Kak Eda. Sekalian juga aku nengokin Tiara.”Aje tersenyum. Ia memindahkan jaket Ayo-Jek-nya dari meja ke kursi, supaya ia bisa melipat tangannya di meja itu. Cangkir kopinya ia geser juga sedikit.“Pantas saja aku pangling dengan Tiara ya, Bang.”“Kenapa?”“Tiara makin comel begitu, pipinya makin chubby, rambutnya pun makin panjang.”Aje tersenyum lagi.“Tiara rupanya sudah lupa dengan aku, Bang. Mau kugendong dia tak mau. Mau kucium apa lagi. Aku keluar dulu, beli es krim, barulah dia mau kugendong. Hahaha.
Bab 295:Duren Montong Sepanjang perjalanan pulang ini Aje sesekali tersenyum. Ia merasa geli ketika teringat keberhasilannya melakukan ‘prank’ kecil pada Karin di gazebo tadi.Begitu lucunya mungkin bagi sang Polwan itu. Sampai ia tertawa tergelak-gelak. Berhenti sebentar untuk bertanya jawab, lalu tertawa dan tergelak-gelak lagi.Karin bahkan sampai bangkit dari posisi duduknya dan mencubiti bahu Aje.Memori di gazebo belum lama tadi ia padan-padankan dengan memorinya yang dulu bersama almarhumah Diana.Prank pura-pura tertidur akibat terkena hipnotis sendiri, dulu juga pernah ia lakukan pada istrinya itu.Betapa senang dan gembiranya Diana ketika itu. Ia tertawa begitu lepas, dan menggeram-gerami dirinya dengan pukulan bantal guling.Aje lalu menangkap bantal guling, menarik tangan Diana pula, lalu segera menyambar bibir Diana yang merona itu dengan ciuma