"Ceritakan pada Bunda, apapun itu, Sarah tetap adalah anak Bunda. Dari pengalaman terdahulu, Bunda belajar, bahwa semua yang sudah terjadi, tidak dapat kita ubah, yang bisa kita ubah, hanya hati kita, sabar dan ikhlas, kemudian mencari jalan keluar. Bunda banyak belajar hidup kita hanya sepersekian detik. Andai Bunda tidak tertolong, Bunda meninggal dengan kebencian. Sekarang, bunda ingin hidup dengan damai, menerima apapun yang sudah Tuhan gariskan dalam hidup Bunda. Jadi, jangan kuatirkan Bunda. Ceritakan pada Bunda, kita akan mencari jalannya keluar bersama-sama," bujuk Helena.
Sarah membalikkan badannya kemudian memeluk pinggang bundanya. Helena hanya bisa mengusap-usap rambut Sarah agar lebih tenang."Kalau Bunda mau marah, Sarah terima, ini memang dosa Sarah, Bun--.""Sttt!! Ceritakan dengan tenang dari pertama, agar Bunda bisa memahamimu," sanggah Helena dengan tersenyum.Sarah akhirnya duduk, mengusap air matanya dan menghela nafas panjanBella masuk ke dalam kamarnya, lalu membuka ruangan khusus untuk menyimpan tas-tas branded yang dibelinya sebagai koleksi pribadi. Dengan marah, tak dilihat satu buah pun tas miliknya ada pada tempatnya, "Sialan! Brengs*k lo Sugandi!! Lo mempermainkan gue!!" teriaknya dengan histeris melihat ruangan koleksinya kosong tak berbekas.Sebuah telepon berbunyi dari ponsel milik Bella, terlihat layar tertulis, 'Haryadi', dan Bella langsung mengangkatnya, "Ada apa!!" bentak Bella."Hey! Hey! Sabar sayang! Kau seperti sedang marah-marah saja! Bukankah kau sedang menikmati uang warisanmu itu?" tanya Haryadi."Warisan yang dia sebutkan tidak sesuai dengan ekspektasi gue. Sekarang, gue sedang kesal! Jangan ganggu gue!" sembur Bella langsung menutup ponselnya."Gue mesti cek keuangan." Bella mencoba berbelanja online dengan kartu-kartu kredit yang biasa dia pakai untuk berbelanja. Biasanya pula, setelah proses berbelanja, tagihannya akan masuk ke dalam tagihan
"Baiklah, aku akan keluar, tapi aku ingin mempertanyakan kenapa semua kartu kreditku diblokir?" tanya Bella dengan geram. Dia tidak bisa hidup jika harus bekerja. Selama ini dia hanya tahu shopping dan bagaimana cara menghamburkan uang."Kartu kredit Tante semua atas nama daddy. Tentu saja hal yang menyangkut nama daddy diberhentikan karena sudah meninggal. Siapa yang akan membayar semua tagihan? Sebelum Tante menghamburkan uang yang tidak penting, aku selaku CEO memangkasnya," jelas Heru muak dengan tingkah laku Bella."Tapi tidak bisa seperti itu, Heru! Biar bagaimanapun juga, kau tidak mengusirku seperti itu!" pekik Bella tidak terima atas perlakuan Heru."Jika kau tidak mau, belajarlah untuk bekerja dari sekarang, bukankah sekarang kau sudah memiliki toko? Kembangkan itu!" Heru geram atas perkataan Bella, dia pun langsung masuk ke kamarnya untuk menenangkan diri.Sudah beberapa hari ini emosinya sangat tidak stabil naik turun semenjak Sarah me
"Gue jadi ingin menikmati Lo, seperti yang sudah-sudah. Ayolah Bella! Sekarang sudah tidak ada yang peduli dengan Lo! Lo gak usah takut ketahuan," bujuk Haryadi.Didorongnya sekuat tenaga tubuh Haryadi hingga jatuh ke lantai, "Gue jijik lihat Lo! Pergi sekarang juga!" Bella bangun dari kasur, berdiri dan membuka pintu kamarnya agar Haryadi keluar.Haryadi tampak geram. Harga dirinya seakan-akan diinjak-injak oleh Bella. Dia bangkit dan dengan mata nyalangnya menghampiri Bella. Bella yang melihat Haryadi berupaya untuk mendekatinya, dia pun mulai mundur untuk mencari tempat yang aman.Haryadi segera menaruh tangan diatas leher dan hampir mencekik Bella. Bella yang gelagapan mundur untuk memberi ruang dirinya agar bisa bernafas, "Lo? Lo berani sama gue, jal*ng?" ancam Haryadi dengan mata melotot, membuat Bella ketakutan.Nafasnya hampir habis karena cekikan Haryadi, tiba-tiba saja tangannya menggapai vas bunga yang berada di belakangnya dan memben
"Sarah, kamu baik-baik saja kan, Nak?" tanya Helena yang berada di atas pesawat dalam perjalanan ke Bali.Sarah tersenyum menatap Helena, dan mengangguk, "Sarah baik-baik saja, Bun." Matanya menatap kembali awan-awan dibalik jendela pesawat. Walau menggunakan kaca mata hitam besar, tapi Helena merasakan kesedihan yang amat sangat pada Sarah. Diraih tangannya Sarah dan ditepuk-tepuknya."Jika kau menyesal, kau bisa kapan saja kembali kemari," bisik Helena.Sarah menggelengkan kepalanya, "Tidak Bun, Bunda memang benar, kalau aku sudah mencintai Heru, tapi biarlah tunggu beberapa waktu kemudian, aku tidak tahu perasaan Heru. Jika dia mencintaiku juga, akan aku ceritakan semuanya. Tapi ...," dielusnya perutnya yang masih rata, "Aku tidak yakin bila aku benar-benar hamil, aku terlalu malu bertemu dengannya, Bun," lirih Sarah."Ada bunda disampingmu, Sayang," ucap Helena memberikan kekuatan.Selama beberapa hari ini, Sarah mengurus perceraian m
Perlintasan rel kereta api ini merupakan jalan desa dengan kiri kanan pematang sawah, "Sepertinya cocok disini," gumam Bella.Jalanan yang sepi, yang hanya diterangi oleh lampu jalan yang sebentar mati, sebentar hidup, Bella berusaha membawa mayat Haryadi, "Sial! Tubuhnya sudah mulai kaku dan berat sekali!" Bella menarik Haryadi sekuat tenaga, entah darimana datangnya kekuatan itu, karena ketakutan ada orang yang datang, dia menyeret Haryadi pelan-pelan untuk sampai ke rel kereta api.Cukup lama Bella menyeret tubuh Haryadi. Dengan berpeluh keringat, akhirnya Haryadi bisa dinaikkan ke rel kereta api. Didengarnya bunyi suara kereta api, dia pun bergegas masuk ke dalam mobil dan menjauhinya untuk melihat dari jauh.Brak! Sreeet! Ciiittt!Suara rem dari kereta api pun terdengar membuat ngilu yang mendengarnya.Kereta api pun berhenti beberapa puluh meter dari tempat terjadinya tabrakan. Orang-orang dari kereta berhamburan keluar untuk meliha
"Sarah, Bunda buat cemilan. Ayo dicoba dulu selagi masih hangat." Sarah meletakkan perlengkapan kebersihannya, dan mencoba cake yang baru saja dibuat Helena. "Hm, cake buatan bunda memang tiada duanya, enak, tapi ...." Tiba- tiba saja, perut Sarah bergejolak. Sarah berlari ke toilet dan memuntahkan semua yang ada.Helena menghampiri Sarah yang tiba-tiba ke toilet, "Kamu gak apa-apa, Sayang?" tanya Helena dengan kuatir.Sarah menggeleng, "Bun, aromanya terlalu kuat, tiba-tiba saja tercium di hidung Sarah," keluh Sarah."Apakah terlalu kuat? Bunda pakai resep yang selalu bunda pakai kok," Helena mencium aroma cake yang baru saja diciumnya, "Gak terlalu harum kok," gumam Helena."Bunda mau coba kasih ke tetangga ya. Mungkin ada yang salah dengan resep bunda," ucap Helena sambil memotong beberapa untuk tetangga ruko sebelah."Iya, Bun. Sarah mau naik saja, rasanya tambah mual setelah mencium cake itu," keluh Sarah naik ke
"Pak Heru, setelah beberapa bulan ini, saya mau mengevaluasi pekerjaan Kalina, menurut pak Heru, apakah Kalina membantu pekerjaan bapak, ataukah sama seperti pada waktu pertama kali, pendapat pak Heru yang ragu menggunakan Kalina?" tanya Rahmat pada suatu kesempatan berdua ngobrol dengan Heru.Heru yang sudah ditinggal Sarah beberapa bulan sudah bisa menerima keadaannya. Heru bekerja sangat keras, tapi hasilnya cukup memuaskan. Perusahaan Hadiningrat berkembang luar biasa. Sekarang ini, fokus Heru untuk mengembangkan perusahaan dan membuat cabang kantor di Bali untuk mengakomodir penjualan di Indonesia bagian timur dan ekspor ke negara Australia dan beberapa negara Asia."Pada mulanya, aku ragu terhadap kinerja Kalina, secara pribadi, aku tidak menyukai kepribadiannya. Tapi aku melihat, Kalina begitu profesional dalam melakukan pekerjaannya, ditambah dia pun banyak memberikan masukan dan usulan kepadaku hingga perusahaan ini bisa berkembang.""Jika memang
"Tapi ini menyalahi data privasi klien saya loh pak Heru," canda Hotman."Pak Hotman tidak akan disalahi, saya tidak akan memberitahukan kepada Sarah, bahwa aku memintanya dari bapak, hahaha" jawab Heru dengan tertawa.Pak Hotman pun memberikan nomor telepon Sarah kepada Heru. Dengan senang, Heru menyimpannya."Sebenarnya, ibu Sarah sendiri yang memperlambat kasus perceraian ini pak Heru, dia meminta saya untuk menangani permasalahan perceraiannya, sudah bayar dimuka, tapi kemudian nomor kontaknya dia hapus. Kesulitan bagi saya untuk berinteraksi dengannya untuk membahas perkembangan kasusnya ini. Tapi kemarin, dia menelpon saya, tidak menanyakan kasus perceraiannya tapi meminta tolong kepada saya," jelas Hotman."Meminta tolong apa?" tanya Heru."Apa pak Heru kenal dengan perempuan ini?" tanya Hotman memperlihatkan berkas foto seorang wanita kepada Heru.Heru memperhatikan foto wanita yang tanpa polesan make up, tapi masih terli
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.