Merasa jika dirinya diperhatikan, Heru yang menggantungkan handuknya dan memakai kaos membalikkan badannya dan menghampiri Sarah. Dengan mukanya mendekat kepada Sarah, yang hanya berjarak beberapa centi dari mukanya, "Lo terpana melihat ketampanan gue ya?" tanya Heru.
Dengan mata melotot, Sarah mendorong pundak Heru, "Jangan geer deh. Cepat! Gue pengen lihat nyokap gue," dalih Sarah.Heru hanya tertawa melihat tingkah Sarah, "Gue! Model aja klepek-klepek lihat gue, apalagi cewek gila ini," batinnya sambil mengambil celana jeans dan memandang ke cermin. Dilihatnya dengan jelas, jika Sarah berusaha untuk mengacuhkannya."Apakah tidak keberatan jika gue berganti celana di depan lo?" tanya Heru."Eh, gue keluar kamar aja," ucap Sarah salah tingkah. Sekali lagi Heru tersenyum melihat Sarah yang salah tingkah."Duh! Sial kenapa otak dan mata gue gak sinkron?" lirihnya ketika berada dibalik pintu kamar.Sarah turun, bergabung dengan Sug"Wah ... dipanggil kerja, mudah-mudahan bunda bisa bangun sebelum jam 2 siang ini," ucap Sarah dengan senangnya. Ini adalah pengalaman pertama dia bekerja. Selama hidupnya, Sarah hanya belajar dan belajar karena dia suka belajar. Ayah dan bundanya selalu mengajaknya ke toko buku dibandingkan ke toko baju. Jadi, sampai saat ini, pakaian andalannya hanyalah kaos dan jeans dimana teman-teman sebayanya yang mempunyai perusahaan jauh lebih modis, fashionable serta good looking dengan riasan make up.Dilihatnya jam hampir jam 12 siang, seorang perawat datang membawakan makanan untuk Helena, "Mbak nanti kalau ibunya sudah siuman dan buang angin, boleh di kasih makan ya, tapi jangan dipaksa, pelan-pelan saja," ucap perawat. Sarah pun mengangguk.Perutnya pun mulai keroncongan, pagi-pagi, dia belum sempat sarapan karena menunggu bundanya operasi. Tapi sekarang, dilihat bundanya masih tidur nyenyak dan ada waktu 30 menit sebelum reaksi obat biusnya habis, Sarah memutuskan un
Sarah langsung mencari makan dengan cepat. Dia tidak mau bundanya siuman ketika dia sedang makan.Setelah makan, Sarah pun langsung Kembali ke ruang rawat bundanya melalui jalan lain. Dia tidak ingin berpapasan dengan Sugandi dan Bella.Dilihat jam sudah pukul 12 siang lebih, Helena pun berangsur-angsur siuman dan obat biusnya."Bagaimana rasanya, Bund?" tanya Sarah tersenyum sambil memegang tangan bundanya."Bunda masih hidup, Sayang!" ujar Helena berbisik."Iya Bun, tapi Bunda masih dalam masa pemulihan. Jika Bunda sudah lebih baik, bisa buang angin, nanti makan siang ya, Sarah yang suapi," kata Sarah.Helena mengangguk, dan berdoa, "Semoga setelah ini, aku semakin sehat dan bisa menjaga putriku." Tak lama, Helena pun bisa makan dan disuapi oleh Sarah, "Bund, kalau Sarah bekerja, boleh tidak?"Helena memandang putrinya yang menurutnya selalu menjadi anak-anak, kini meminta untuk bekerja, "Kamu mau kerja apa?
"Repot nih, kemana-mana mesti pake kendaraan umum," keluh Sarah yang lupa kalau mobilnya masih ada di rumah besar Heru. Mau ke rumah, tapi nanggung. Jadi hari ini, Sarah memutuskan untuk bepergian dengan ojek online saja."Hari ini lo mau pulang atau tetap di rumah sakit?" tanya Heru ketika mengirimkan pesan di aplikasi hijau milik Sarah."Gue pulang, Daddy ingin ketemu sama gue, katanya mau kasih sesuatu," ucap Sarah."Hmm ... mau gue jemput?" tanya Heru canggung."Oke! Gue tunggu di sanggar belajar, alamatnya gue share," ucap Sarah tanpa basa basi, langsung mengirimkan lokasi tempatnya dia interview."Gila nih cewek, dia kira gue sopirnya apa?" celetuk Heru dalam hati, tapi karena dia suntuk ditempat kerjanya, dia pun menyalakan mobilnya, "Gue otw, 10 menit lagi sampai sama," jawabnya.Sarah pun senang, dia dijemput Heru. Tidak perlu lagi memusingkan nunggu ojek, badannya sudah lengket berkeringat, "Duh gue lupa, nyokap gue dit
"Hahaha ... emang bisa hadapin gue? Enak aja," desis Heru sambil merebahkan badannya diatas kasur.Dari yang semula ingin cepat pulang karena ngantuk, melihat Sarah matanya jadi tidak terasa ngantuk lagi. Diambil ponselnya untuk memainkan game selama Sarah berada di kamar mandi, tapi mendadak menjadi bosan.Dibukanya aplikasi hijau miliknya, ada notifikasi pesan untuknya dari nomor yang tidak dikenal."Hallo Her, apa kabar? Gue tahu kalau selama ini Lo dah blokir semua yang berhubungan dengan gue. Tapi tolong, save nomor gue. Gue gak akan ganggu pernikahan lo, gue ingin kita tetap berteman seperti orang-orang lain. Gue, Kalina."Heru sebenarnya malas berhubungan kembali dengan mantan-mantannya, apalagi dengan teman kencan satu malamnya. Menurutnya, mereka hanya untuk senang-senang belaka.Tapi, dengan Kalina, adalah pacar yang sudah cukup lama, "hmm ... okelah, gue save nomornya," ucapnya sambil membalas pesan Kalina dan menyimpan nomorny
Heru menaruh telunjuknya pada kening Sarah dan mendorongnya pelan, "Otaknya dipake sedikit, nona Sarah," ujar Heru."Kita bisa jalan-jalan ke Paris, kita sewa kamar lainnya, jadi kita berdua bisa sama sama enjoy!" celetuk Heru."Hei! Lo gak tau apa ini kartu? Semua pemakaian akan tercatat pada kartu ini. Bagaimana kalau bokap lo tau kalau kita pakai 2 kamar? Mau terbongkar rahasia kita?" tanya balik Sarah."Apa kau mau kita tetap dalam satu ranjang?" Heru memandang lekat Sarah dengan tajam kemudian mengerlingkan matanya sambil tersenyum."Apakah kau sekarang tertarik pada cewek gila ini, tuan Heru Hadiningrat?" tantang Sarah mendekati mukanya dengan muka Heru yang hanya terpisah beberapa centi.Heru terperanjat, Sarah bisa seberani itu. Dia pun mundur perlahan, "Aku tidak keberatan karena sekarang kau sah menjadi istriku," Heru kembali tersenyum.Sarah bangkit berdiri, "Seharusnya, aku menambahkan pasal sanksi jika kau berani men
Haryadi menyalakan mobilnya dan menutup jendelanya. Diarahkan mobilnya menuju tempat rumah Helena. Dilihat dari jauh, rumahnya gelap tak berpenghuni, gerbangnya sudah digembok dan di rantai dari luar. Rumput-rumput sudah meninggi."Heh!! Gue lupa, ini rumah kan sudah dijaminkan, hahahaha, sekarang gue mesti pergi, kakak ipar, kakak ipar, dimana kau berada?" senandung Haryadi ditengah keheningan malam."Oh, gue ingat! Lo gue kirim ke neraka! Ups! Ke rumah sakit!! Ya, ke rumah sakit, rumah sakit ... Pelita ... Pelita Kasih! Ayo kita lihat, hahaha," ucapnya sambil melajukan kembali mobilnya.Baru saja berjalan beberapa meter, matanya begitu berat karena hari sudah mau subuh, ditambah dengan alkohol membuat pandangannya tidak fokus."Jalannya ada dua, pilih yang mana yah?" tiba-tiba saja suara klakson dan cahaya dari depan mengarah kepada Haryadi. Haryadi kaget dan membanting setir ke arah kiri."Woiii!!! Nyetir yang benar!!" teriak seseorang
"Hah! Dasar Heru! Ranjang saja jadi rebutan," omel Sarah ketika tiba di rumah sakit sambil memarkirkan mobilnya.Sebelum pergi, Heru mengancam untuk tidur diatas ranjangnya, ada atau tidak ada Sarah. Jadi, Sarah pun mengalah, hanya untuk sementara, sampai saat yang tepat, Heru kembali tidur di sofa, atau Heru yang harus membelikan kasur untuknya.Sarah masuk menuju ke lobby rumah sakit, menuju kamar bundanya, sebelum masuk, Sarah menyapa para suster yang bertugas di pos jaga, "Halo suster, bagaimana dengan bunda saya?" tanya Sarah."Keadaan sudah makin baik, kita masih dalam tahap observasi. Jika seminggu ini tetap baik, maka Bu Helena bisa dibawa pulang ke rumah," kata salah satu suster jaga.Dengan senyum bahagia, Sarah pun mengucapkan terima kasih dan pamit ke kamar bundanya.Sarah membuka pelan-pelan pintu kamar dan melihat bundanya sedang duduk diatas ranjang dengan muka menghadap keluar jendela, "Apa bunda ingin jalan-jalan keluar?
"Saya ini, montir dari bengkel. Siang tadi, saya ditelepon Sarah, katanya mobilnya mogok, tapi saya baru bisa datang sore ini. Apa betul ini rumahnya Sarah?" tanya Haryadi sambil melirik ke bagian dalam halaman rumah yang besar itu."Bapak ini tidak sopan yah? Hanya manggil Sarah, Sarah, emangnya Sarah itu anak bapak?" tanya Daman yang tidak suka dengan tingkah laku Haryadi."Ya maaf, saya tidak tahu, kalau saya harus panggil Sarah dengan sebutan apa?" tanya Haryadi."Kamu kan montir? Harusnya bisa manggil mbak, atau ibu, lagian mobilnya neng Sarah gak ada masalah, dia juga gak titip pesan sama saya buat nungguin montir. Dah sana, Bapak pulang sana! Kalau memang Bapak montir, harusnya bawa bawa alat-alat bengkel!" jelas Daman.Haryadi tidak bisa berbuat apa-apa karena jawaban Daman telak buat dirinya, "Berarti benar kalau ini adalah rumah Bu Sarah?""Ini rumah suaminya! Dah sana pergi!" usir Daman kemudian menutup pintu gerbangnya.Haryadi tersenyum, "Keponakanku tersayang ... om Harya
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.