Share

Bab 47

Penulis: LANGIT JINGGA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Percikan kembang api menghiasi langit kota Jakarta, sangat cantik. Dari ketinggian lantai lima belas apartemen, Helsa menyaksikan semuanya. Ini pergantian tahun pertama tanpa papanya, dan juga tanpa Akmal.

Kehamilannya sudah memasuki bulan kelima, maka dari itu Adryan mempercepat pernikahan mereka. Hanya saja perutnya belum terlihat. Helsa pun sudah bertemu dengan keluarga besar Brawijaya, wanita itu diterima baik oleh keluarga itu. Apalagi bunda Marimar, ibu dari dokter Adryan sangat tertarik pada Helsa.

Malam pergantian tahun ini dihabiskannya seorang diri. Helsa tidak mau diganggu, dia mau menikmati kesendiriannya, mengumpulkan segala keberaniannya untuk menemui Akmal.

Ting ...

Ting ...

Suara bell pintu kamar apartemen mengalihkan perhatiannya. Helsa meletakkan cangkir teh yang dipegangnya, lalu beranjak menuju pintu masuk. Dia menyempatkan diri untuk melihat dari celah kecil pada daun pintu, untuk memastikan siapa yang bertamu tengah malam seperti ini.

Jakarta memang masih sangat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 48

    Matahari pagi menyeruak masuk ke dalam kamar apartemen milik seorang perempuan yang masih tertidur dalam balutan selimut yang tebal. Wajah cantiknya tak luntur. Pria yang sebentar lagi menjadi suaminya tersenyum simpul menyaksikan wajah calon istrinya saat tertidur.Tangan kekarnya mengusap wajah itu. "Kamu nangis lagi," lirihnya ketika sadar akan jejak air mata pada pipi perempuan itu.Adryan tahu apa yang selalu perempuan itu tangisi. Adryan tahu bagaimana Helsa mencintai kekasihnya, sulit memang harus melepaskan orang yang sudah lama bersamanya. Dokter tampan itu akan menunggu, dia yakin suatu saat nanti Helsa pasti bisa mengikhlaskan semuanya."Helsa ... Ayo bangun!" satu kecupan mesrah pada kening membuat perempuan itu menggeliat kecil sembari membuka perlahan matanya."Mas, kok bisa masuk sini?""Ini," tunjuk Adryan sebuah kartu akses yang diberikan Renata untuknya."Mama?" tebak Helsa. Dan Adryan mengangguk.Helsa menyibak selimut, duduk dipinggir ranjang sembari menatap Adryan

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 49

    Arjun memeluk Adryan begitu erat. Hari ini dia bahagia sekaligus sedih. Sedihnya karena Helsa tidak bisa bersama Akmal, dan bahagianya Helsa mendapatkan suami yang lebih baik dari bajingan itu. Begitu pun Ando pada Adryan, sudah seperti seumuran saja mereka."Pak dokter, kalau Helsa nakal marah aja. Jangan dimanjain anaknya," sarkas Ando."An…," tegur Helsa."Mas Adryan, terima kasih," ucap Arjun. "Jaga Helsa baik-baik. Cukup untuk air matanya kemarin, dia terlalu banyak menangis."Arjun seperti seorang abang yang melepas adik perempuannya menikah. Dia bahagia, sangat bahagia. Kekesalannya pada Akmal dibayar dengan kebahagiaan Helsa. Arjun pun tidak menyangka bahwa hubungan tiga tahun itu kandas begitu saja. Lucu sekali takdir."Helsa, lo harus ingat, kita masih sahabat sekaligus abang buat lo. Jangan sungkan minta bantuan selama suami lo sibuk," peringat Arjun."Makasih An, Jun. Bakal kangen kalian," kata Helsa."Sa, kelas akan seperti sayur tanpa garam. Tanpa lo dan Bella," keluh An

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 50

    Selama tiga puluh menit Helsa berada di kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya. Dan sekarang dia keluar dengan piyama coklatnya. Perasaan canggungnya masih seperti tadi, dia bahkan tidak ingin memandang pada suaminya yang sedang sibuk berkutat pada ponsel.Pria itu hanya melirik gerak-gerik istrinya yang kembali berkutat dengan skincarenya. Biarkan saja, perempuan memang selalu seperti itu."Mau tidur jam berapa?""Mas nanya Helsa?""Nggak! Mas nanya istrinya Mas," jawab Adryan."Kan Helsa-" suara lembut itu mendadak berhenti saat Adryan sudah berdiri di belakangnya, menatapnya dari pantulan cermin."Kamu cantik," sebut Adryan. Helsa membalas pujian itu dengan seulas senyum."Kamu tahu, Sa? Mas selalu percaya takdir," ujar Adryan. "Dan sekarang, lebih percaya lagi.""Kenapa gitu?" tanya Helsa, mendongak ke arah suaminya."Karena kamu," jawab Adryan cepat.Keputusan Adryan menikahi wanita itu tidak pernah disesalinya. Dia bahagia sekali bisa miliki Helsa seutuhnya, meskipun Adryan ta

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 51

    Dua manusia dengan tubuh polos yang ditutupi selimut tebal tertidur begitu pulas diatas ranjang hotel yang menjadi resepsi pernikahan mereka kemarin. Pakaian yang mereka kenakan semalam berserakan di lantai. Tampaknya pasangan baru ini melewati malam yang luar biasa ya saudara-saudari. Adryan bangun dari tidur panjang, sebuah panggilan masuk mengharuskannya untuk menjawab. Kalau bukan karena ibunya, Adryan enggan menjawab panggilan tersebut."Adryan sama Helsa masih di hotel, bun," ujar pria itu dengan suara khas orang bangun tidur."Helsa?" sebutnya, pria itu melirik ke samping wanita yang masih tertidur lelap, "masih tidur.""Iya, nanti kita kesana. Adryan kan cutinya sembilan hari. Tapi, sebelum kesana, mau beberes barang-barang milik Helsa yang sudah di apartemen." Adryan memang masih harus menetap di apartemennya, karena rumah pribadinya sedang dalam pembangunan. Orang tuanya menawarkan untuk tinggal bersama, namun hal tersebut ditolaknya."Bye bun," ucap Adryan dan memutuskan

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 52

    Adryan dan Helsa memasuki sebuah rumah besar di salah satu perumahan elite yang ada di Jakarta Selatan. Helsa sedikit gugup, ini kedua kalinya dia mengunjungi rumah ini. Kemarin sebagai calon menantu, sekarang sudah resmi. Ya. Itu adalah rumah milik orang tua dokter Adryan. "Helsa ..." sambut bunda Marimar yang baru saja keluar dari dapur, dengan membawa sebuah nampan berisi kue. "Bunda," sebut Helsa. "Ayah?" tanya dokter Adryan. "Lagi ada urusan," jawab bunda. "Duh, pengantin baru bedah banget ya, Bun," sindir Jefry. Jefry Van Brawijaya, dosen Teknik di salah satu kampus besar di Jakarta. Dia adalah kakak dari dokter Adryan, mereka cuma bedah tiga tahun. Dia punya calon istri, tapi tiba-tiba saja adiknya duluan. Payah sekali. "Itu pinggang nggak usah di peluk posesif gitu, Helsa nggak nyaman," ujar Jefry, langkah pria itu menuju dapur. "Apaan sih lo! Makanya cepat nikah," ketus Adryan. Helsa tersenyum malu-malu ketika digoda kakak iparnya. "Helsa, jangan di dengar Je

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 53

    Matahari pagi sudah menyeruak ke dalam kamar melalui pintu kaca balkon yang gordennya sudah dibuka Helsa sejak pukul enam pagi. Tangan kekar itu merabah pada bantal disampingnya, Adryan tersentak tidak mendapati istrinya. Tanpa mengenakan baju, hanya dengan celana trainingnya, Adryan berlari keluar kamar mencari keberadaan istrinya. Apa Helsa kabur? "Helsa…," panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur. "Sa, kamu ninggalin Mas?!" Tidak ada sahutan. Saat hendak mengambil baju dan kunci mobil untuk mencari istrinya keluar, dentingan garpu dan piring mengalihkan perhatiannya. Adryan mengambil langkah panjang menuju dapur, dan lihat betapa kesalnya dia saat menemukan istrinya sedang asyik sarapan. "Helsa ..." panggilnya. Wanita itu melihat ke sumber suara, disana berdiri suaminya yang sedang menatapnya penuh kekesalan. "Kamu nggak punya mulut untuk nyaut?!" tanya pria itu, langkah kaki kembali membawanya menuju meja pantry. "Mas nggak lihat Helsa lagi apa? Tadi mau nyaut, c

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 54

    Ini sudah minggu kedua setelah Helsa dinikahi dokter Adryan. Usia kandungan wanita itu sudah menginjak enam bulan, perutnya sudah terlihat besar.Di apartemen Helsa sendirian, sedangkan Adryan kembali menjalankan tugas mulianya di rumah sakit, cuti sembilan harinya sudah selesai. Wanita itu mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas kamar, lalu kembali duduk pada pinggiran ranjang. Helsa membuka room chat dari Renata, mamanya. Wanita paruh baya itu mengirim fotonya saat bisnis trip beberapa hari kemarin. 'Mama kangen. Main ke rumah, ya Cha?' Sorot mata Helsa berkaca-kaca saat membaca pesan singkat itu. Rasanya dia ingin sekali kembali ke masa kecilnya. Selalu dekat bersama Mama dan Papanya.'Nanti Echa bilang sama mas Adryan, ma,' balasnya. Ting ... Suara bell pintu apartemen mengalihkan perhatiannya. Helsa melihat ke arah jam dinding, Mas Adryan pulang secepat ini?Dengan cepat wanita hamil itu berjalan pelan menuju pintu, lalu membuka tuas pintu secara perlahan. "Helsa...,"

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 55

    Adryan dan Helsa mengikuti langkah bunda memasuki rumah. Wanita paruh baya itu sama sekali tidak bicara sejak dari klinik. Mereka tahu jika bunda kecewa saat ini. Di dalam hanya ada Jefry yang sibuk berkutat dengan laptop di ruang tengah. Pria itu menyerngit heran saat melihat wajah bundanya yang ditekuk. "Bunda, kenapa?" tanya Jefry pada Adryan dan Helsa. "Bun, Adryan sama Helsa mau jujur sekarang. Kita perlu bicara ini," ujar dokter Adryan. "Kenapa?" tanya Jefry penasaran. Biasanya jika bunda dari apartemen adiknya, selalu bahagia. Apalagi setelah Adryan menikah. Bunda Marimar tidak menggubris perkataan Adryan, dia langsung masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu rapat. "Gue dikacangin mulu," gumam Jefry"Helsa hamil," sambar dokter Adryan. "Alhamdulillah," ucap Jefry, dengan tangannya yang menengadah "Terus itu bunda kenapa? Bukannya bersyukur, udah mau punya cucu." "Helsa hamil diluar nikah," balas dokter Adryan. Helsa hanya menunduk, dia malu pada kakak iparnya.Bagai terk

Bab terbaru

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 126

    Lima hari sudah Adryan tidak kembali ke rumah. Kata Bunda, pria itu sedang berada di apartemen. Bunda sudah memberikan kotak berisi testpack padanya. Entah kenapa, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.Setelah pulang mengantarkan Devan ke sekolah, wanita yang kini berbadan dua itu mampir kesana. Kebetulan letak Cafe itu tak jauh dari sekolahan anaknya.Helsa hanya ingin menikmati cheesecake. Lagian di rumah hanya dia sendiri. Oh ya, dia dan Devan tetap di rumah mereka. Bunda melarang ia pulang ke rumah Mamanya.Helsa menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada mertuanya.Pandangannya keluar kaca jendela. Kebetulan macam apa yang harus membuatnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Akmal lengkap dengan seragamnya.Helsa bercedak pelan, seharusnya dia tidak bertemu lagi dengan pria itu."Helsa, kamu disini juga?"Helsa meraih tas, ingin beranjak dari sana, namun dicegah pria itu. "Cake kamu belum habis. Mubazir," sebut Akmal."Gue boleh duduk disini?" tanya Akmal."Silahkan," kata Helsa

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 125

    BMW hitam memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu tepat pukul lima sore. Setelah memarkirkan mobil, sang empunya keluar dari sana. Disambut baik istri dan juga anaknya. Helsa mencium punggung tangan kekar itu, lalu dibalas kecupan singkat pada dahinya."Bagaimana harinya?" tanya Adryan.Helsa tersenyum menerima satu buket bunga mawar putih kesukaannya. Buket bunga kelima, di hari kelima cuti."Papi nanya Devan dong, Mami aja yang ditanya," protes Devan yang kini duduk pada kursi piano.Nggak mau kalah ini bocah satu.Adryan mendekatinya. "Bagaimana hari ini Singa kecilnya Papi?" Ia mencium gemas anaknya, tak lupa Devan pun mencium punggung tangan Papinya."Baik dong, hari ini Devan langsung pulang ke rumah. Om Jefry sama tante Vio yang nganterin," jawab Devan, semangat.Helsa berlalu meninggalkan percakapan Ayah dan anak tersebut. Tak lupa membawa serta tas dan juga jas milik Adryan. Akan panjang jika ia harus menunggu keduanya selesai dengan perbincangan, mulai dari yang penting

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 124

    Siang itu kantor pusat Perusahaan Andrean Corp dibuat panik pada lantai sepuluh, tepatnya di dalam ruangan meeting. Renata memberi perintah untuk mengangkat tubuh lemah tak berdaya putrinya yang jatuh di depan ruangan tersebut setelah hampir dua jam melakukan pertemuan dengan salah satu investor asal Rusia. Beberapa hari ini Helsa terlihat kelelahan karena menyiapkan persentase dan semua laporan untuk melakukan pertemuan ini. Dan pada akhirnya, ia tumbang sesaat setelah investor tersebut menandatangani kontrak kerja sama. "Helsa...," panggil Renata. Wanita paru baya itu menepuk-nepuk pelan pipi putrinya, namun hasilnya nihil, Helsa sama sekali tidak sadarkan diri.Renata segera menghubungi Adryan. Untuk beberapa saat belum ada jawaban, sampai pada panggilan keempat barulah pria itu menjawabnya."Hallo, Ma...,"Renata menarik nafas sebentar. "Rumah sakit Mitra Husada, sekarang Adryan." *** Langkah kakinya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit Mitra Husada. Adryan tidak mengh

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 123

    "Devan..., tante Diandra kangen," seru Diandra sembari memeluk bocah tersebut."Tante Andra cantik deh," puji Devan."Makasih, Sayang," balas Diandra.Devan menyodorkan tangan, "bagi duit merah tante Andra, kan Devan udah bilang tante cantik."Diandra memelototkan matanya, bisa-bisanya bocah ini meminta imbalan padanya. Duh, ajaran siapa sih bocah satu ini."Jangan gitu dong, kita kan temenan," rayu Diandra."Tante Andra tuh temannya Mami, bukan Devan," balas Devan. Ia kemudian sibuk melihat-lihat beberapa pajangan di dalam caffe tersebut.Helsa dan Citra terkikik mendengar percakapan Diandra dan Devan. Pas banget Devan ketemu sama aunty yang lemot nya nggak hilang-hilang."Sa, anak lo ngeselin banget, sumpah!""Devan lo ajak bicara," celetuk Citra.Sore itu mereka tidak sengaja bertemu di Cafe yang ada di rumah sakit Mawar Medika. Citra dan Diandra akan menjenguk Ando yang sakit. Guru olahraga itu mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."Kalian kenapa nggak bilang sama gue kala

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 122

    Acara reuni sudah selesai. Helsa pikir dia tidak akan bertemu Akmal lagi setelah itu, tapi hari ini mereka dipertemukan kembali.Seperti saat ini, lagi-lagi dia bersama Akmal di pinggir jalan yang tidak jauh dari markas TNI. Akmal yang baru saja akan menjemput kekasihnya pun bertemu Helsa yang sedang meratapi ban mobilnya yang pecah."Pakai derek aja ke bengkelnya, aku antar kamu pulang," ujar Akmal. Pria itu lengkap dengan seragam lorengnya.Entah sudah berapa kali Akmal menawarinya, tapi Helsa tetap menolak. Hari sudah semakin gelap."Gue nggak mau terjadi salah paham," jujur Helsa."Aku yang tanggung jawab di depan suami kamu," sahut Akmal, "ponsel kamu aja mati total."Tertegun. Mungkin lebih baik Helsa pulang bersama Akmal, lagian setelah dipikir-pikir dia tak ada apa-apanya dengan tentara satu ini."Mau, kan?" Akmal bertanya lagi, memastikan Helsa mau pulang bersamanya."Antar gue di depan perumahan aja," jawab Helsa.Dia tidak ingin Akmal tahu dimana rumahnya sekarang, karena j

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 121

    Weekend adalah hari bermalas-malasan Adryan untuk berangkat ke rumah sakit. Bagaimana tidak, istri dan anaknya asyik di rumah, sedangkan ia harus bekerja. Padahal kan, dia juga ingin berlibur.Ya, setiap sabtu Helsa dan Devan memang libur.Pukul lima pagi Helsa sudah terjaga. Mandi, menyiapkan sarapan, dan juga pakaian kerja suaminya. Helsa juga sempat mengintip Devan di kamar, anaknya masih tertidur, sama seperti Adryan.Sudah selesai dengan semuanya, wanita tersebut kembali ke kamar untuk membangunkan bayi besarnya.Bayi besar? Itu karena Adryan berlaku manja sejak Helsa kembali dari Kanada.Helsa duduk pada bibir ranjang, ia usap lengan suaminya, "Mas, Helsa udah sejam berkutat di dapur, masih aja tidur,"Hanya sedikit erangan yang terdengar, sekali lagi Helsa membangunkannya. Menarik selimut yang menutup sebatas pinggang."Good morning, babe," ucap Adryan. Ia menarik tangan Helsa dan mengecupnya. Aish, jantung aman?Helsa hanya bergumam, ia beranjak dari sana membuka gorden jendel

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 120

    Satu minggu setelah pertemuan Akmal dan Helsa. Devan selalu memberitahu bahwa teman Maminya yang ia panggil om tentara itu selalu mendatangi sekolahnya. Akmal mengetahui sekolah Devan dari Ranaya. Pria itu memaksa Ranaya agar mau jujur. Takut dimarahi Helsa, sebelum Akmal bertemu Devan, Ranaya meminta maaf pada sahabatnya. Helsa tidak menyalahkan Ranaya, sama sekali tidak. Karena dia tahu hal semacam ini akan terjadi. "Jadi, dia sering ke sekolah bertemu Devan?" tanya Adryan. Helsa menjawab dengan anggukan kecil. Sekarang mereka berada dalam satu mobil menuju rumah Mamanya. Seharian ini Devan di rumah Renata. "Kamu nggak marah, kan, kalau Akmal sering ketemu Devan?" tanya Adryan lagi. "Mas tau apa yang paling Helsa takutin disini." Adryan meraih tangan kanan istrinya, mencium punggung tangan itu. "Dia tahu Devan lebih butuh kamu, Sayang." "Mas, apa Helsa cerita sama Mama?" tanya Helsa. "Jangan buat Mama sakit karena hal semacam ini. Kamu tau kan, gimana perasaan Mama sama dia

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 119

    "Mami..!Wanita itu menoleh, tersenyum melihat jagoan kecilnya berlari menghampirinya. Helsa merentangkan tangan, menyambut pelukan Devan. Devan mencium pipi Helsa, lalu mencium punggung tangan wanita itu. "Mami pakai mobil Papi? Mobil Mami kemana? Kok Papi nggak jemput Devan?" tanyanya beruntun. "Lagi di service. Emang salah kalau Mami yang jemput?" Devan mencebik, "Devan kan udah bilang Mami nggak boleh jemput Devan.""Papi lagi sibuk," timpal Helsa. "Mami nggak kerja? Emang Oma nggak marah?" "Nggak. Mami udah ijin sama Oma," sahut Helsa, "ayo kita masuk." Helsa membuka pintu mobil untuk Devan, memakaikan seatbelt untuknya, lalu turut masuk ke dalam. "Kita jemput Papi dulu," kata Helsa. "Papi pulang cepet banget." "Nggak tau, Mami cuma disuruh gitu." Mobil keluar dari parkiran sekolah tersebut, dan melaju dengan kecepatan sedang menuju Mawar Medika. Hari ini mobilnya masuk service, jadi Helsa memakai mobil Adryan. Pria itu pun meminta untuk menjemput Devan sebelum kemba

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 118

    Hari berlalu, bulan pun berganti. Satu tahun sudah Helsa berada di Jakarta. Selain mengurus keluarganya, Helsa pun disibukkan dengan pekerjaannya. Jabatannya yang hanya karyawan biasa di perusahaan Papanya sudah naik satu tingkat menjadi sekretaris Mamanya. Helsa sendiri yang meminta belajar dari bawah dahulu. "Devan-," panggil Adryan. Suasana meja makan terasa hening, biasanya Devan yang selalu banyak bicara. Menceritakan tentang sekolahnya, tentang teman-temannya yang absurd, guru yang cerewet, dan masih banyak lagi."Devandra-," sekali lagi Adryan memanggilnya.Tidak ada sahutan sama sekali, bocah itu malahan turun dengan membawa piringnya hendak makan di pantry dapur. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar deheman pria dewasa tersebut. "Azlan Devandra Van Brawi-," "Ia, Papi," sahut Devan. Jika Adryan sudah menyebut dengan nama lengkapnya, maka Devan tahu Papinya sedang tidak bercanda."Kenapa diemin Maminya dari kemarin, hm?" Devan mendekat pada kursi yang ditempati Ad

DMCA.com Protection Status