Share

Bab 43

Author: LANGIT JINGGA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dari banyaknya manusia di bumi, kenapa harus Bella? Helsa begitu terpukul dengan semua pengakuan sahabatnya. Dia tidak habis pikir dengan semua kenyataan ini, Bella justru menyimpan perasaan untuk Akmal jauh sebelum dia dan Akmal menjalin asmara.

Suasana rumah yang tadinya begitu riuh, mendadak hening. Pengakuan Arjun yang mengatakan bahwa dia menyukai Bella membuat suasana makin canggung. Akmal pun tidak menyangkah bahwa Arjun menaruh perasaan lebih pada Bella. Pantas saja laki-laki itu lebih dominan pada Bella, apa-apa harus Bella.

"Sa, gue antar pulang ya?"

"Enggak usah, Jun. Gue nanti dijemput," pungkas Helsa.

"Dijemput siapa? Aku yang antar kamu pulang," sambung Akmal. "Kita pulang bareng."

Helsa tertawa miris. "Aku dijemput orang yang bisa hargai aku, bahkan selalu ada saat aku butuh kamu."

Akmal berdiri menghampiri Helsa, matanya tersirat penyesalan yang luar biasa. Pemuda itu duduk bersimpuh dihadapan kekasihnya, Akmal menatap dalam manik mata He
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 44

    Mobil porsche hitam berhenti tepat di rumah besar bernuansa putih. Suasana rumah terlihat sepi seperti tidak ada penghuninya. Kejadian malam ini membuatnya cukup trauma, melihat Akmal memukul dokter Adryan dengan beringas. Selama mereka bersama, Akmal tidak pernah seperti itu. Helsa mengalihkan pandangannya pada dokter Adryan, namun dia tersentak saat pria itu sudah menatapnya lebih dulu. Bahkan sejak tadi. Seulas senyum terpancar dari wajah lebam itu, masih tetap tampan. "Mas, maaf. Karena Akmal-" Suaranya mendadak putus saat Adryan mencium keningnya. Matanya mengerjap berulang kali, Helsa tidak mengerti apa maksud semua ini. "Untuk pukulan tadi mas maafin dia, tapi tidak untuk semua air mata kamu," ungkap Adryan sembari menatap dalam manik mata perempuan dihadapannya. "Helsa boleh minta sesuatu?" tanyanya. "Apa?" "Bawa pergi Helsa sejauh mungkin," ujarnya. "Maksud kamu?" "Helsa mau lurusin amanah papa," ucapnya final. Adryan melepaskan seat belt, mengambil posisi duduk sed

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 45

    "Ma ... Echa boleh minta sesuatu?"Renata menghentikan aktivitasnya pada laptop, suara parau puterinya mengalihkan perhatiannya. Tidak biasanya Helsa mengusik waktu kerjanya saat di rumah, mungkin hanya saat dia masih kecil."Kamu minta apa? Sini," seru Renata sambil menepuk sofa agar Helsa bisa duduk disampingnya.Dengan langkah kecil, Helsa berjalan menuju Renata. Lalu duduk bersimpuh dekat kaki wanita itu, Helsa menangis."Ma, Echa boleh ikut paket aja untuk ijazah SMA? Echa mau berhenti sekolah," pintanya."Cha, are you ok? Cerita sama mama! Kamu punya masalah di sekolah? Ada yang jailin kamu, sayang?""Ma, Echa harus tanggung jawab!""Maksud kamu apa? Mama nggak ngerti? Jangan nangis kayak gini, ayo bangun!""Helsa...., hamil, Ma," lirihnya disela isakan tangis.Renata diam. Tubuhnya seketika menegang, suara Helsa barusan membuatnya bisu. Untung saja dia tidak punya riwayat penyakit jantung.Untuk beberapa saat semuanya terasa kaku, Renata membiarkan Helsa menangis."Cha, bilang s

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 46

    "Banyak-banyak istirahat ya cantik. Minum air putih yang banyak, jangan stres. Nggak usah mikir hal yang memperlambat kesehatannya. Biar cepat pulang. Nggak enak lama di rumah sakit," nasihat pria berjas putih pada pasiennya.Sejak pagi, pasien di Mawar Medika begitu padat, mulai dari yang rawat jalan sampai yang rawat nginap. Tapi, dokter dengan marga Brawijaya ini tetap dengan tangan terbuka menangani semuanya.Adryan Brawijaya. Seorang dokter penyakit dalam spesialis Hematologi. Dokter yang memfokuskan diri pada komponen darah dan permasalahannya. Adryan terlahir dari keluarga kasta menengah.Pria blasteran Belanda-Jogyakarta ini bukan anak tunggal seperti Helsa ataupun Akmal, tapi dia memiliki satu saudara yang berprofesi sebagai dosen. Adryan menjadi salah satu dokter termuda di rumah sakit Mawar Medika.Pasien yang baru dinasehatinya adalah seorang anak perempuan berusia dua belas tahun yang mengidap leukimia atau kanker darah. Namanya Denta."Dokter udah punya istri?" tanya an

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 47

    Percikan kembang api menghiasi langit kota Jakarta, sangat cantik. Dari ketinggian lantai lima belas apartemen, Helsa menyaksikan semuanya. Ini pergantian tahun pertama tanpa papanya, dan juga tanpa Akmal.Kehamilannya sudah memasuki bulan kelima, maka dari itu Adryan mempercepat pernikahan mereka. Hanya saja perutnya belum terlihat. Helsa pun sudah bertemu dengan keluarga besar Brawijaya, wanita itu diterima baik oleh keluarga itu. Apalagi bunda Marimar, ibu dari dokter Adryan sangat tertarik pada Helsa.Malam pergantian tahun ini dihabiskannya seorang diri. Helsa tidak mau diganggu, dia mau menikmati kesendiriannya, mengumpulkan segala keberaniannya untuk menemui Akmal.Ting ...Ting ...Suara bell pintu kamar apartemen mengalihkan perhatiannya. Helsa meletakkan cangkir teh yang dipegangnya, lalu beranjak menuju pintu masuk. Dia menyempatkan diri untuk melihat dari celah kecil pada daun pintu, untuk memastikan siapa yang bertamu tengah malam seperti ini.Jakarta memang masih sangat

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 48

    Matahari pagi menyeruak masuk ke dalam kamar apartemen milik seorang perempuan yang masih tertidur dalam balutan selimut yang tebal. Wajah cantiknya tak luntur. Pria yang sebentar lagi menjadi suaminya tersenyum simpul menyaksikan wajah calon istrinya saat tertidur.Tangan kekarnya mengusap wajah itu. "Kamu nangis lagi," lirihnya ketika sadar akan jejak air mata pada pipi perempuan itu.Adryan tahu apa yang selalu perempuan itu tangisi. Adryan tahu bagaimana Helsa mencintai kekasihnya, sulit memang harus melepaskan orang yang sudah lama bersamanya. Dokter tampan itu akan menunggu, dia yakin suatu saat nanti Helsa pasti bisa mengikhlaskan semuanya."Helsa ... Ayo bangun!" satu kecupan mesrah pada kening membuat perempuan itu menggeliat kecil sembari membuka perlahan matanya."Mas, kok bisa masuk sini?""Ini," tunjuk Adryan sebuah kartu akses yang diberikan Renata untuknya."Mama?" tebak Helsa. Dan Adryan mengangguk.Helsa menyibak selimut, duduk dipinggir ranjang sembari menatap Adryan

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 49

    Arjun memeluk Adryan begitu erat. Hari ini dia bahagia sekaligus sedih. Sedihnya karena Helsa tidak bisa bersama Akmal, dan bahagianya Helsa mendapatkan suami yang lebih baik dari bajingan itu. Begitu pun Ando pada Adryan, sudah seperti seumuran saja mereka."Pak dokter, kalau Helsa nakal marah aja. Jangan dimanjain anaknya," sarkas Ando."An…," tegur Helsa."Mas Adryan, terima kasih," ucap Arjun. "Jaga Helsa baik-baik. Cukup untuk air matanya kemarin, dia terlalu banyak menangis."Arjun seperti seorang abang yang melepas adik perempuannya menikah. Dia bahagia, sangat bahagia. Kekesalannya pada Akmal dibayar dengan kebahagiaan Helsa. Arjun pun tidak menyangka bahwa hubungan tiga tahun itu kandas begitu saja. Lucu sekali takdir."Helsa, lo harus ingat, kita masih sahabat sekaligus abang buat lo. Jangan sungkan minta bantuan selama suami lo sibuk," peringat Arjun."Makasih An, Jun. Bakal kangen kalian," kata Helsa."Sa, kelas akan seperti sayur tanpa garam. Tanpa lo dan Bella," keluh An

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 50

    Selama tiga puluh menit Helsa berada di kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya. Dan sekarang dia keluar dengan piyama coklatnya. Perasaan canggungnya masih seperti tadi, dia bahkan tidak ingin memandang pada suaminya yang sedang sibuk berkutat pada ponsel.Pria itu hanya melirik gerak-gerik istrinya yang kembali berkutat dengan skincarenya. Biarkan saja, perempuan memang selalu seperti itu."Mau tidur jam berapa?""Mas nanya Helsa?""Nggak! Mas nanya istrinya Mas," jawab Adryan."Kan Helsa-" suara lembut itu mendadak berhenti saat Adryan sudah berdiri di belakangnya, menatapnya dari pantulan cermin."Kamu cantik," sebut Adryan. Helsa membalas pujian itu dengan seulas senyum."Kamu tahu, Sa? Mas selalu percaya takdir," ujar Adryan. "Dan sekarang, lebih percaya lagi.""Kenapa gitu?" tanya Helsa, mendongak ke arah suaminya."Karena kamu," jawab Adryan cepat.Keputusan Adryan menikahi wanita itu tidak pernah disesalinya. Dia bahagia sekali bisa miliki Helsa seutuhnya, meskipun Adryan ta

  • AYAH UNTUK DEVAN   Bab 51

    Dua manusia dengan tubuh polos yang ditutupi selimut tebal tertidur begitu pulas diatas ranjang hotel yang menjadi resepsi pernikahan mereka kemarin. Pakaian yang mereka kenakan semalam berserakan di lantai. Tampaknya pasangan baru ini melewati malam yang luar biasa ya saudara-saudari. Adryan bangun dari tidur panjang, sebuah panggilan masuk mengharuskannya untuk menjawab. Kalau bukan karena ibunya, Adryan enggan menjawab panggilan tersebut."Adryan sama Helsa masih di hotel, bun," ujar pria itu dengan suara khas orang bangun tidur."Helsa?" sebutnya, pria itu melirik ke samping wanita yang masih tertidur lelap, "masih tidur.""Iya, nanti kita kesana. Adryan kan cutinya sembilan hari. Tapi, sebelum kesana, mau beberes barang-barang milik Helsa yang sudah di apartemen." Adryan memang masih harus menetap di apartemennya, karena rumah pribadinya sedang dalam pembangunan. Orang tuanya menawarkan untuk tinggal bersama, namun hal tersebut ditolaknya."Bye bun," ucap Adryan dan memutuskan

Latest chapter

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 126

    Lima hari sudah Adryan tidak kembali ke rumah. Kata Bunda, pria itu sedang berada di apartemen. Bunda sudah memberikan kotak berisi testpack padanya. Entah kenapa, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.Setelah pulang mengantarkan Devan ke sekolah, wanita yang kini berbadan dua itu mampir kesana. Kebetulan letak Cafe itu tak jauh dari sekolahan anaknya.Helsa hanya ingin menikmati cheesecake. Lagian di rumah hanya dia sendiri. Oh ya, dia dan Devan tetap di rumah mereka. Bunda melarang ia pulang ke rumah Mamanya.Helsa menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada mertuanya.Pandangannya keluar kaca jendela. Kebetulan macam apa yang harus membuatnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Akmal lengkap dengan seragamnya.Helsa bercedak pelan, seharusnya dia tidak bertemu lagi dengan pria itu."Helsa, kamu disini juga?"Helsa meraih tas, ingin beranjak dari sana, namun dicegah pria itu. "Cake kamu belum habis. Mubazir," sebut Akmal."Gue boleh duduk disini?" tanya Akmal."Silahkan," kata Helsa

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 125

    BMW hitam memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu tepat pukul lima sore. Setelah memarkirkan mobil, sang empunya keluar dari sana. Disambut baik istri dan juga anaknya. Helsa mencium punggung tangan kekar itu, lalu dibalas kecupan singkat pada dahinya."Bagaimana harinya?" tanya Adryan.Helsa tersenyum menerima satu buket bunga mawar putih kesukaannya. Buket bunga kelima, di hari kelima cuti."Papi nanya Devan dong, Mami aja yang ditanya," protes Devan yang kini duduk pada kursi piano.Nggak mau kalah ini bocah satu.Adryan mendekatinya. "Bagaimana hari ini Singa kecilnya Papi?" Ia mencium gemas anaknya, tak lupa Devan pun mencium punggung tangan Papinya."Baik dong, hari ini Devan langsung pulang ke rumah. Om Jefry sama tante Vio yang nganterin," jawab Devan, semangat.Helsa berlalu meninggalkan percakapan Ayah dan anak tersebut. Tak lupa membawa serta tas dan juga jas milik Adryan. Akan panjang jika ia harus menunggu keduanya selesai dengan perbincangan, mulai dari yang penting

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 124

    Siang itu kantor pusat Perusahaan Andrean Corp dibuat panik pada lantai sepuluh, tepatnya di dalam ruangan meeting. Renata memberi perintah untuk mengangkat tubuh lemah tak berdaya putrinya yang jatuh di depan ruangan tersebut setelah hampir dua jam melakukan pertemuan dengan salah satu investor asal Rusia. Beberapa hari ini Helsa terlihat kelelahan karena menyiapkan persentase dan semua laporan untuk melakukan pertemuan ini. Dan pada akhirnya, ia tumbang sesaat setelah investor tersebut menandatangani kontrak kerja sama. "Helsa...," panggil Renata. Wanita paru baya itu menepuk-nepuk pelan pipi putrinya, namun hasilnya nihil, Helsa sama sekali tidak sadarkan diri.Renata segera menghubungi Adryan. Untuk beberapa saat belum ada jawaban, sampai pada panggilan keempat barulah pria itu menjawabnya."Hallo, Ma...,"Renata menarik nafas sebentar. "Rumah sakit Mitra Husada, sekarang Adryan." *** Langkah kakinya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit Mitra Husada. Adryan tidak mengh

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 123

    "Devan..., tante Diandra kangen," seru Diandra sembari memeluk bocah tersebut."Tante Andra cantik deh," puji Devan."Makasih, Sayang," balas Diandra.Devan menyodorkan tangan, "bagi duit merah tante Andra, kan Devan udah bilang tante cantik."Diandra memelototkan matanya, bisa-bisanya bocah ini meminta imbalan padanya. Duh, ajaran siapa sih bocah satu ini."Jangan gitu dong, kita kan temenan," rayu Diandra."Tante Andra tuh temannya Mami, bukan Devan," balas Devan. Ia kemudian sibuk melihat-lihat beberapa pajangan di dalam caffe tersebut.Helsa dan Citra terkikik mendengar percakapan Diandra dan Devan. Pas banget Devan ketemu sama aunty yang lemot nya nggak hilang-hilang."Sa, anak lo ngeselin banget, sumpah!""Devan lo ajak bicara," celetuk Citra.Sore itu mereka tidak sengaja bertemu di Cafe yang ada di rumah sakit Mawar Medika. Citra dan Diandra akan menjenguk Ando yang sakit. Guru olahraga itu mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."Kalian kenapa nggak bilang sama gue kala

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 122

    Acara reuni sudah selesai. Helsa pikir dia tidak akan bertemu Akmal lagi setelah itu, tapi hari ini mereka dipertemukan kembali.Seperti saat ini, lagi-lagi dia bersama Akmal di pinggir jalan yang tidak jauh dari markas TNI. Akmal yang baru saja akan menjemput kekasihnya pun bertemu Helsa yang sedang meratapi ban mobilnya yang pecah."Pakai derek aja ke bengkelnya, aku antar kamu pulang," ujar Akmal. Pria itu lengkap dengan seragam lorengnya.Entah sudah berapa kali Akmal menawarinya, tapi Helsa tetap menolak. Hari sudah semakin gelap."Gue nggak mau terjadi salah paham," jujur Helsa."Aku yang tanggung jawab di depan suami kamu," sahut Akmal, "ponsel kamu aja mati total."Tertegun. Mungkin lebih baik Helsa pulang bersama Akmal, lagian setelah dipikir-pikir dia tak ada apa-apanya dengan tentara satu ini."Mau, kan?" Akmal bertanya lagi, memastikan Helsa mau pulang bersamanya."Antar gue di depan perumahan aja," jawab Helsa.Dia tidak ingin Akmal tahu dimana rumahnya sekarang, karena j

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 121

    Weekend adalah hari bermalas-malasan Adryan untuk berangkat ke rumah sakit. Bagaimana tidak, istri dan anaknya asyik di rumah, sedangkan ia harus bekerja. Padahal kan, dia juga ingin berlibur.Ya, setiap sabtu Helsa dan Devan memang libur.Pukul lima pagi Helsa sudah terjaga. Mandi, menyiapkan sarapan, dan juga pakaian kerja suaminya. Helsa juga sempat mengintip Devan di kamar, anaknya masih tertidur, sama seperti Adryan.Sudah selesai dengan semuanya, wanita tersebut kembali ke kamar untuk membangunkan bayi besarnya.Bayi besar? Itu karena Adryan berlaku manja sejak Helsa kembali dari Kanada.Helsa duduk pada bibir ranjang, ia usap lengan suaminya, "Mas, Helsa udah sejam berkutat di dapur, masih aja tidur,"Hanya sedikit erangan yang terdengar, sekali lagi Helsa membangunkannya. Menarik selimut yang menutup sebatas pinggang."Good morning, babe," ucap Adryan. Ia menarik tangan Helsa dan mengecupnya. Aish, jantung aman?Helsa hanya bergumam, ia beranjak dari sana membuka gorden jendel

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 120

    Satu minggu setelah pertemuan Akmal dan Helsa. Devan selalu memberitahu bahwa teman Maminya yang ia panggil om tentara itu selalu mendatangi sekolahnya. Akmal mengetahui sekolah Devan dari Ranaya. Pria itu memaksa Ranaya agar mau jujur. Takut dimarahi Helsa, sebelum Akmal bertemu Devan, Ranaya meminta maaf pada sahabatnya. Helsa tidak menyalahkan Ranaya, sama sekali tidak. Karena dia tahu hal semacam ini akan terjadi. "Jadi, dia sering ke sekolah bertemu Devan?" tanya Adryan. Helsa menjawab dengan anggukan kecil. Sekarang mereka berada dalam satu mobil menuju rumah Mamanya. Seharian ini Devan di rumah Renata. "Kamu nggak marah, kan, kalau Akmal sering ketemu Devan?" tanya Adryan lagi. "Mas tau apa yang paling Helsa takutin disini." Adryan meraih tangan kanan istrinya, mencium punggung tangan itu. "Dia tahu Devan lebih butuh kamu, Sayang." "Mas, apa Helsa cerita sama Mama?" tanya Helsa. "Jangan buat Mama sakit karena hal semacam ini. Kamu tau kan, gimana perasaan Mama sama dia

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 119

    "Mami..!Wanita itu menoleh, tersenyum melihat jagoan kecilnya berlari menghampirinya. Helsa merentangkan tangan, menyambut pelukan Devan. Devan mencium pipi Helsa, lalu mencium punggung tangan wanita itu. "Mami pakai mobil Papi? Mobil Mami kemana? Kok Papi nggak jemput Devan?" tanyanya beruntun. "Lagi di service. Emang salah kalau Mami yang jemput?" Devan mencebik, "Devan kan udah bilang Mami nggak boleh jemput Devan.""Papi lagi sibuk," timpal Helsa. "Mami nggak kerja? Emang Oma nggak marah?" "Nggak. Mami udah ijin sama Oma," sahut Helsa, "ayo kita masuk." Helsa membuka pintu mobil untuk Devan, memakaikan seatbelt untuknya, lalu turut masuk ke dalam. "Kita jemput Papi dulu," kata Helsa. "Papi pulang cepet banget." "Nggak tau, Mami cuma disuruh gitu." Mobil keluar dari parkiran sekolah tersebut, dan melaju dengan kecepatan sedang menuju Mawar Medika. Hari ini mobilnya masuk service, jadi Helsa memakai mobil Adryan. Pria itu pun meminta untuk menjemput Devan sebelum kemba

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 118

    Hari berlalu, bulan pun berganti. Satu tahun sudah Helsa berada di Jakarta. Selain mengurus keluarganya, Helsa pun disibukkan dengan pekerjaannya. Jabatannya yang hanya karyawan biasa di perusahaan Papanya sudah naik satu tingkat menjadi sekretaris Mamanya. Helsa sendiri yang meminta belajar dari bawah dahulu. "Devan-," panggil Adryan. Suasana meja makan terasa hening, biasanya Devan yang selalu banyak bicara. Menceritakan tentang sekolahnya, tentang teman-temannya yang absurd, guru yang cerewet, dan masih banyak lagi."Devandra-," sekali lagi Adryan memanggilnya.Tidak ada sahutan sama sekali, bocah itu malahan turun dengan membawa piringnya hendak makan di pantry dapur. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar deheman pria dewasa tersebut. "Azlan Devandra Van Brawi-," "Ia, Papi," sahut Devan. Jika Adryan sudah menyebut dengan nama lengkapnya, maka Devan tahu Papinya sedang tidak bercanda."Kenapa diemin Maminya dari kemarin, hm?" Devan mendekat pada kursi yang ditempati Ad

DMCA.com Protection Status