Hari terakhir Adryan menjalankan tugas kemanusiaannya. Karena besok jadwal keberangkatannya bersama Helsa ke Alaska.Soal masa lalunya yang terkuak, Adryan sudah mengetahui bahwa Bunda yang memberitahu Helsa. Adryan tidak marah, karena Helsa memang harus mengetahui hal tersebut. Dia salah telah merahasiakan semuanya dari Helsa.Karena besok masa cutinya sudah berlaku, Adryan menggerakan segala tenaga untuk menyelesaikan seluruh urusannya."Gue nitip apa, ya dari Alaska?" pikir dokter Marcell. Pria itu sedari tadi menggoda sahabatnya yang akan honeymoon."Oh, nitip ponakan baru deh," lanjutnya.Adryan melempar gumpalan kertas ke arah dokter Marcell, "Devan masih kecil. Bini gue harus kuliah dulu."Marcell tergelak, "Ya siapa tahu lo kebablasan," timpalnya."Nggak akan, lah. Helsa harus kuliah, perempuan harus berpendidikan," cetus Adryan."Kalau ada yang bilang perempuan nggak usah capek-capek sekolah karena ujungnya di dapur, gue nggak setuju!" Sekali lagi Adryan mengeluarkan unek-une
Alaska, 31 desember 2017Malam pergantian tahun di Alaska, tidak ramai seperti biasa. Hanya ada beberapa pengendara mobil yang berlalu lalang dan beberapa penghuni perumahan yang sedang berdiri sebatas pintu rumah. Mungkin karena salju dimana-mana yang membuat orang malas untuk keluar. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan malam pergantian tahun bersama keluarga di rumah. Berbeda dengan yang lain, Helsa ingin menghabiskan waktu diluar Villa mereka tempati. Tidak jauh dari penginapan, ada sebuah tempat yang tengah mengadakan pesta kembang api. Sudah hampir dua minggu pasangan suami istri itu di Alaska, meninggalkan Devan bersama Bunda dan Ayah. Sebenarnya Adryan malas keluar, tapi istri kecilnya yang memaksa."Dinginkan? Makanya nggak usah sok ngajak keluar," kata Adryan. Ia genggam tangan wanitanya lalu dimasukan ke dalam saku jaket tebal. Tempat yang dikunjungi sangat ramai, ternyata yang sepi hanya jalanan kota Alaska. "Sekarang jam berapa, Sayang?" Adryan memalingkan waja
"Devan, Daddy's home!""Daddy, Daddy apaan lo!" sahut seorang pria yang tentu saja Jefry mengenali suaranya.Jefry terlonjak melihat Helsa dan Adryan yang sedang duduk bersama Ayah dan Bunda di ruang tengah.Dua minggu lebih mengasuh Devan, Jefry mengajarkan keponakannya untuk memanggilnya dengan sebutan daddy.Selama kepergian adiknya ke Alaska, Jefry meminta pada Bunda untuk mengasu Devan. Mbak Maya disuruh menjaga rumah Adryan.Jefry bahkan mengajak Viola tinggal di rumah selama dua minggu, tapi tidak sekamar karena belum menikah."Lo berdua tiba sejak kapan? Kenapa nggak bilang, biar hot daddy ini yang menjemput?"Helsa tertawa geli mendengar cetusan Jefry bahwa dirinya hot daddy."Bapak dosen yang terhormat, segera tentukan tanggal pernikahan tahun ini sebelum istri saya berangkat," tutur Adryan."Iya kali di nikahan lo, gue menduda bersama Devan digendongan," tambah Adryan."Kamu habis dari mana?" tanya Ayah pada Jefry."Biasa, Yah. Bimbingan skripsi," jawab Jefry.Lantas pria y
"Selamat Ulang tahun, Akmal." Seorang gadis membawa cheesecake mini dengan lilin kecil diatasnya. Tersenyum manis, berharap laki-laki yang saat ini sedang duduk di kantin merasa senang.Akmal melengos, tidak suka dengan tingkah gadis dihadapannya yang suka seenaknya. Dari mana juga dia mengetahui bahwa hari ini Akmal berulang tahun.Mariana Glenca Rusdiantoro.Sudah hampir satu tahun gadis itu mendekatinya. Glenca juga sudah akrab dengan teman-teman Akmal. Apalagi dengan tante Dila, sepertinya posisi Helsa sudah mulai tergantikan oleh Glenca.Walaupun sering mendapat perlakuan buruk, gadis itu tetap baik pada Akmal. "Lo ngapain, sih? Gue nggak ultah," sentak Akmal. "Hari ini kan tanggal 13 februari. Kamu ulang tahun, masa kamu lupa. Buat permohonan dan tiup lilinnya," sahut Glenca masih dengan senyuman.Akmal tertegun. Di kantin teknik ini sangat ramai, hampir semua memandang ke arah mereka. Akmal cukup famous untuk mahasiswa semester awal. "Karena gue nggak mau buat lo malu, jadi
Setelah semalaman di infus, sore itu Adryan mencabut jarum infus dari tangan istrinya. Betapa senangnya Helsa bisa terbebas dari jeratan benda tajam itu. Ya, walaupun hanya semalaman."Jangan sakit lagi, Sayang," pinta Adryan dengan memberi satu kecupan pada punggung tangan istrinya. Hari ini Adryan pulang lebih awal, dan besok ia izin untuk tidak bekerja. Kalian pasti paham perasaannya sekarang, dia galau brutal akan ditinggal istrinya besok. Benar sekali, besok sekitar pukul delapan malam, Helsa akan flight ke Kanada. Meninggalkan Adryan dan Devan untuk sementara. Ingat, hanya untuk sementara. "Kamu mau ngapain lagi? Baru juga dibuka infusnya," tanya Adryan yang melihat Helsa menuju dapur. "Besok kan Helsa berangkat, jadi untuk hari ini sampai besok sore Helsa bakal kabulkan semua permintaan Mas. Sekarang Mas mau Helsa masakin apa? Mas juga belum makan siang," tawar Helsa. Adryan menekuk wajahnya, di hampiri istri kecilnya dan memeluk dari belakang, "nggak minta apa-apa dari
"Selamat ulang tahun, kesayangannya Papi."Devan dengan wajah bantal tertawa senang kalah mendapat sebuah kue ulang tahun bertema mobil tayo itu. Hari ini tepat satu tahun yang lalu anak kecil itu terlahir ke dunia. Hari dimana istrinya berjuang antara hidup dan mati untuknya.Ada yang masih ingat gimana momen lahirannya Helsa?Devan yang memang sudah bisa berjalan sejak usia sebelas bulan pun berdiri di ranjang. Merentangkan tangannya agar Adryan bisa menggendong."Jagoan Papi sudah satu tahun," seru Adryan sambil mencium gemas Devan.Sejak keberangkatan Helsa satu setengah bulan yang lalu, Adryan dan Devan tinggal di rumah Bunda. Wanita itu yang memintanya. Mbak Maya pun turut ikut bersama. Meskipun diasuh mbak Maya, setiap malamnya Devan tidur bersama Adryan, karena memang hanya pria itu yang Devan mau."Ayo kita turun."Baru menginjakan kakinya di lantai, suara dari pintu masuk mengejutkan keduanya.Ada Jefry dan Viola, pengantin baru yang belum sebulan menikah itu datang untuk me
"Bunda..."Bandar Udara Internasional Lester B. Pearson, Toronto, selalu padat seperti biasanya. Siang itu Helsa menjemput mertuanya setelah menyelesaikan beberapa urusannya di kampus.Dan disini sekarang, ia peluk wanita paruh baya itu dengan kerinduan yang begitu besar. Sedikit tangis membuat Bunda tak tega padanya."Sudah, Bunda capek banget. Langsung ke apar kamu aja," seru Bunda, menenangkan menantu manjanya itu.Helsa mengangguk, "biar Helsa yang bawah kopernya."Di taxi sepanjang perjalanan menuju apartemen, Helsa tidak lepas pelukannya. Kedatangan Bunda ke Kanada untuk berlibur, dan juga khawatir akan kondisi Helsa. Sudah hampir satu bulan Adryan tak menghubunginya, semanjak pertengkaran itu. Setiap hari Helsa menangis, mengadu rasa rindunya pada Adryan dan Devan melalui Bunda.Oh ya, Bunda tidak sendiri. Wanita tersebut datang bersama keponakannya, anak dari saudara Bunda. Namanya Kelly."Mbak Kelly sudah skripsi ya?" tanya Helsa."Sudah, sidang satu minggu lalu. Makanya bera
Arjun menepuk pelan pundak Akmal, lalu beralih duduk disebelah kawannya. Sudah hampir satu jam Akmal menunggunya di kantin kampus yang Arjun kuliah, banyak sekali yang ingin dia ceritakan pada Arjun."Lo nggak ada kelas hari ini?" tanya Arjun."Dosennya nggak masuk," jawab Akmal.Arjun menyerngit, dia tahu ada sesuatu yang mau Akmal bicarakan. Tapi, pemuda itu seperti masih memikirkan apa yang harus dibicarakan."Jun, Helsa apa kabar?" tanya Akmal.Sudah Arjun duga, pasti salah satu pertanyaannya adalah kabar mantan kekasihnya yang hilang bagaikan ditelan bumi."Gue nggak tahu, Al. Udah lama banget nggak ke rumahnya." Arjun berbohong, dia tahu sebenarnya tentang Helsa. Tapi, Arjun tidak ingin memberitahu perihal pernikahan Helsa dan juga kehamilan wanita itu."Jun, kayaknya gue mau berhenti kuliah.""Sembarangan kalau ngomong, ingat masa depan," ujar Arjun.Akmal menghela nafas gusar, "gue mau ikut pendidikan bintara.""Tentara?" tebak Arjun. Akmal mengangguk."Sudah semester tiga, ja